Ingin Warga Jakarta ”Happy”, Pramono-Rano Usung Slogan ”Jakarta Menyala”
Jakarta Menyala berarti Jakarta lebih bersemangat dan bergairah menyongsong peran baru sebagai kota global.
Bagian pertama dari empat tulisan
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung-Rano Karno, akan mengusung tagline ”Jakarta Menyala”. Lewat tagline itu, keduanya ingin warga Jakarta happy (senang), bukan mengerutkan kening.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pasangan Pramono-Rano bertarung dalam Pilkada Jakarta 2024 setelah mengantongi dukungan dari PDI Perjuangan. Namun, elektabilitas pasangan ini belum terukur. Sosok Pramono tak begitu dikenal publik. Sebaliknya, Rano merupakan figur publik.
Apa yang dilakukan Pramono-Rano untuk mendongkrak elektabilitasnya? Bagaimana visi misi membangun Jakarta ke depannya? Dan, apa yang akan dilakukan? Berikut petikan wawancara Kompas dengan Pramono Anung saat berkunjung ke Redaksi Harian Kompas/Kompas.id di Menara Kompas, Jakarta, Sabtu (31/8/2024).
Apa yang akan dilakukan untuk mengenalkan sosok Pramono Anung kepada warga Jakarta?
Jujur, saya harus mengatakan orang lebih mengenal Doel (Rano Karno) dibandingkan saya di Jakarta ini. Jauh banget, jadi Bang Doel itu 75 persen lebih dikenal warga Jakarta dan dia Betawi asli. Dia paham dan mengetahui tentang bagaimana demografi di Jakarta. Maka, kami membagi tugas, membagi peran bahwa nanti di awal-awal saya akan melakukan sosialisasi di internal dulu. Kemudian, baru keluar bersama-sama, seperti beberapa hari ini.
Kami sudah mulai keliling dengan membawa tema, gagasan yang kami tampilkan itu harus hal-hal yang lebih ringan. Enggak boleh yang membuat orang berkerut keningnya, terlalu susah, dan tidak membuat orang happy (senang) sehingga kami, saya dan Bang Doel, bersepakat bahwa tagline kami sederhana saja. Kami bikin Jakarta lebih menyala, ”Jakarta Menyala”.
Apa maksud dari ”tagline” Jakarta Menyala?
Ini baru pertama kali saya sampaikan tagline kami Jakarta Menyala. Jakarta Menyala itu Jakarta yang lebih bersemangat, bergairah, karena dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta, Jakarta ini bukan lagi sebagai ibu kota negara. Jakarta menjadi pusat perekonomian nasional dan sekaligus Jakarta sebagai kota global.
Dua hal itu yang menjadi dasar kami untuk membuat, membangun Jakarta ke depan. Menurut saya, akan jadi hal yang lebih menarik karena Jakarta menjadi kota internasional, sekaligus menjadi pusat ekonomi Indonesia, dan mudah-mudahan juga menjadi pusat ekonomi ASEAN, dan pusat ekonomi yang lainnya. Akan banyak hal yang bisa dilakukan untuk Jakarta ini.
Baca juga: Hari yang Mengubah Pramono Anung-Rano Karno
Apa yang akan dilakukan untuk membangun Jakarta ke depan?
Kebetulan saya ini, kan, goweser (pesepeda). Setiap gowes, setelah dua atau tiga kali memutari Sudirman-Thamrin, kemudian ke Kuningan, ada hal yang sangat istimewa.
Kami pulang melewati Ahok (Basuki Tjahaja Purnama). Artinya, lewat Ahok itu naik ke atas, melintasi Simpang Susun Semanggi. Menurut saya itu legacy (peninggalan) Ahok yang luar biasa.
Saya juga melihat apa yang ditinggalkan Mas Sutiyoso, Bang Foke (Fauzi Bowo), dan Mas Anies (Anies Baswedan) itu luar biasa sehingga bagi saya simpel saja. Apa yang baik, yang diwariskan, kita jaga, kita teruskan. Apa yang kurang, kita perbaiki. Itu saja enggak usah terlalu menjadi seakan-akan pintar dengan membuat sebuah gagasan baru. Terlalu lama dan nanti akan habis waktunya untuk mengimplementasikan program itu.
Kita tahu bahwa Jakarta punya banyak masalah, kemacetan, banjir dan penyediaan hunian layak. Apa sudah ada rencana kerja yang akan dilakukan?
Jadi, saya bersyukur sebagai Sekretaris Kabinet selama dua periode ini mengetahui pembahasan Jakarta yang selalu dilakukan dalam sidang kabinet. Saya mempersiapkan sebelum dan sesudah, bahkan risalah menyangkut keputusan tentang LRT, MRT, pengendalian banjir, kemudian sodetan, polusi, dan pada saat pandemi Covid-19.
Begitu kompleksnya Jakarta. Saya merasa beruntung bahwa saya terlibat dalam 10 tahun ini dan saya tahu secara detail tentang itu, termasuk saat penyusunan UU Daerah Khusus Jakarta. Dengan demikian ini bukan hal yang baru bagi saya pribadi karena dalam rapat itu setelah diputuskan oleh Presiden, pasti saya yang membuat surat kepada masing-masing kepala lembaga ataupun gubernur untuk menindaklanjutinya.
Jadi saya bersyukur dan saya yakin, mampu dan tahu persoalan di Jakarta walaupun saya tidak pernah ada di permukaan untuk terlibat langsung. Tetapi sewaktu-waktu menyangkut pembicaraan Jakarta saya pasti ada sehingga saya cepat untuk memahami itu.
Maka begitu saya sudah dicalonkan, saya langsung cepat dan mungkin enggak membayangkan dalam satu hari harus menyiapkan program visi misi dan sebagainya. Ternyata kami yang pertama kali mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta dan menyiapkan program.
Baca juga: Pramono: Ahok Bakal ”Full Speed”, Parpol yang Tidak Dukung Juga Siap Membantu
Dari semua itu, apakah program diprioritaskan? Apakah macetnya, polusi, atau banjir?
Dari hasil survei, keinginan publik yang paling utama itu sebenarnya berkaitan papan, sandang, dan pangan. Jadi harga-harga menurut masyarakat masih cukup tinggi. Kemudian kemacetan, juga hunian ini yang menjadi perhatian saya dengan Bang Doel nantinya.
Kompetitor (Ridwan Kamil-Suswono) sudah bilang akan membangun apartemen di atas sungai. Bagaimana dengan pasangan Pramono-Rano?
Program seperti itu sebenarnya sudah dilakukan Pak Ahok. Bahkan, bukan hanya perumahan. Pak Ahok sudah membangun sebagian Rumah Sakit Tarakan di atas rawa-rawa. Jadi, menurut saya, bukan hal yang baru. Pasti juga akan dilakukan oleh siapa pun, termasuk saya pasti akan melakukan itu.
Soal transportasi juga jadi banyak pertanyaan dari warga Jakarta. Belakangan ada yang mengkritik karena pelayanannya menjadi lebih lama. Perbaikan untuk pelayanan transportasi ini juga jadi prioritas?
Saya akan memberikan kemudahan orang untuk menjalankan aktivitasnya. Jadi persoalan yang sekarang terjadi karena sering kali masih ada ego sektoral antarwilayah Jawa Barat, Banten, termasuk hal yang berkaitan dengan LRT, MRT konektivitas Transjakarta.
Baca juga: ”Plot Twist” Karier Politik Pramono Menyusul Anaknya, Hanindhito, di Pilkada
Sebenarnya hal itu bisa diputuskan, tetapi tidak pernah dilakukan. Termasuk dengan pemerintah pusat dan Kementerian Perhubungan. Dengan adanya UU Daerah Khusus Jakarta saya yakin persoalan-persoalan ini lebih memungkinkan untuk bisa diatasi.
Dalam dua periode pemerintahan di Jakarta juga dilakukan berbagai perbaikan ada LRT Jabodebek, MRT fase 2, kemudian juga koneksinya yang makin luas. Menurut saya tinggal diteruskan, diperbaiki, dimudahkan, dan juga birokrasi di internal pemerintahan di Jakarta jangan seperti yang dulu.
Menurut saya, harus dilakukan perbaikan dan semua kalau bisa dilakukan dengan digitalisasi. Dan, jangan sampai interaksi itu terlalu banyak.
Keinginan publik yang paling utama itu sebenarnya berkaitan papan, sandang, dan pangan.
Masalah lainnya terkait bantuan sosial. Sedang berlangsung pemadanan data agar tepat sasaran. Salah satunya pengalihan KJP Plus untuk sekolah swasta gratis. Apa yang akan dilakukan dengan program-program bansos?
Apa yang menjadi usulan Pj Gubernur saat ini untuk program pendidikan gratis di sekolah swasta, menurut saya, sebenarnya langkah yang maju karena memang perlu anggaran yang tidak sedikit dan kompensasi anggaran juga harus ada. Tetapi, itu harus dimatangkan terlebih dahulu. Jangan sampai kemudian, misalnya, menimbulkan persoalan baru. Orang kemudian berlomba-lomba mendirikan sekolah swasta dan itu tren kita selama ini ketika ada program baru.
Jadi ide yang baik harus disosialisasikan dan juga betul-betul dipikirkan. Jangan sampai hanya pada saat ini dan itu harus panjang. Kalau menurut saya apa yang menjadi usulan Pj Gubernur yang sekarang tentang hal itu adalah usulan baik.