Blusukan di Jakarta dan Jateng, ke Mana Kaesang Berlabuh?
Ketua DPP PSI Andy Budiman mengatakan, meskipun rutin blusukan di Jateng, Kaesang belum ambil keputusan.
Sejak pertengahan Juni lalu, Kaesang Pangarep rutin blusukan di berbagai tempat di DKI Jakarta. Hampir setiap Jumat, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia itu berbaur dan melaksanakan shalat Jumat bersama warga Jakarta. Ia juga menyempatkan diri berkunjung ke rumah warga.
Namun, dalam sepekan terakhir, putra bungsu Presiden Joko Widodo itu mulai meninggalkan Jakarta dan bergeser ke Jawa Tengah. Aktivitasnya lebih banyak dilakukan di beberapa daerah di Jawa Tengah. Mulai dari menyerahkan rekomendasi calon kepala daerah hingga menyapa warga di hari bebas kendaraan bermotor.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Penelusuran di laman Instagram Partai Solidaritas Indonesia ( PSI) @psi_id, Kaesang memulai safari di Jateng dengan meresmikan Kantor Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSI Kota Semarang, Sabtu (20/7/2024). Dalam kesempatan itu, Kaesang juga menyerahkan surat rekomendasi kepada bakal calon bupati Blora dan Cilacap yang didukung PSI.
Baca juga: Kaesang Beri Surat Tugas kepada Adik Mantan Ajudan Jokowi Maju Pilkada Boyolali
Seusai beraktivitas di Semarang, Kaesang yang didampingi istrinya, Erina Gudono, menikmati malam minggunya di Gatsu Corridor, Surakarta. Di areal seni jalanan itu, Kaesang menjajal kudapan produksi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dari Surakarta, kampung halamannya. Kehadiran Kaesang di kampung halamannya itu turut menjadi perhatian warga yang kebetulan berada di tempat tersebut.
Aktivitasnya lebih banyak dilakukan di beberapa daerah di Jawa Tengah. Mulai dari menyerahkan rekomendasi calon kepala daerah hingga menyapa warga di hari bebas kendaraan bermotor.
Komunikasi politik dengan partai lain
Sehari berselang, Kaesang menyerahkan rekomendasi kepada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X atau akrab disapa Gusti Bhre pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Surakarta 2024. Dalam kesempatan itu, Kaesang juga bermain sepak bola melawan tim dari Mangkunegara.
Saat blusukan di Jateng, Kaesang juga membangun komunikasi politik dengan parpol lain.
Saat blusukan di Jateng, Kaesang juga membangun komunikasi politik dengan parpol lain. Pertemuan dilakukan antara pengurus PSI dan jajaran pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Solo.
Beralihnya tujuan blusukan Kaesang dari Jakarta ke Jateng itu mulai dilakukan tatkala sejumlah lembaga survei merilis elektabilitas di pilkada di Pulau Jawa. Pada awalnya, Kaesang digadang-gadang masuk dalam bursa Pilkada DKI Jakarta. Kaesang bahkan diwacanakan oleh Partai Golkar untuk maju di Pilkada DKI Jakarta berpasangan dengan Jusuf Hamka.
Namun, hasil survei menunjukkan, elektabilitas Kaesang justru lebih tinggi di Jateng. Hasil survei Litbang Kompas tentang Pilkada Jateng yang dirilis pada Kamis (18/7/2024) menunjukkan, elektabilitas Kaesang tertinggi di provinsi tersebut. Tingkat elektabilitas Kaesang sebesar 7 persen, unggul dari tokoh-tokoh lain, seperti Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Ahmad Luthfi (6,8 persen), Taj Yasin Maimoen (3,2 persen), Hendar Prihadi (2 persen), Muhammad Yusuf Chudlori (1,2 persen), dan Bambang Wuryanto (1,2 persen). Adapun yang belum menentukan pilihan sebanyak 64 persen.
Sementara elektabilitas Kaesang di Pilkada Jakarta menurut survei Litbang Kompas adalah 1 persen. Selisih elektabilitas dengan Anies Baswedan yang mendapatkan elektabilitas tertinggi pun sangat jauh. Petahana tersebut mendapatkan elektabilitas 29,8 persen.
Tunggu saja, Agustus akan ada kejutan.
Meskipun belakangan Kaesang rutin blusukan di Jateng, Ketua DPP PSI Andy Budiman mengatakan, Kaesang belum menentukan. Pihaknya masih mencermati situasi politik dan akan terus turun ke masyarakat. Blusukan juga tak akan terbatas hanya di wilayah Jateng.
Menurut dia, kehadiran Kaesang di beberapa daerah merupakan bagian dari mendengar apa yang menjadi keinginan masyarakat. Sebab, dalam mengambil keputusan, PSI akan selalu berbasis pada suara rakyat. ”Tunggu saja, Agustus akan ada kejutan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (24/7/2024).
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jateng Muhammad Yusuf Chudlori atau akrab disapa Gus Yusuf menilai, konstelasi di Pilgub Jateng sangat dinamis. Belum ada sosok yang memiliki elektabilitas dua digit sehingga semua tokoh masih sangat berpeluang memenangi kontestasi. Oleh karena itu, PKB sebagai partai pemenang kedua di Jateng akan berupaya mengusung kadernya maju sebagai calon gubernur atau wakil gubernur Jateng.
Meski baliho tidak sebanyak yang lain, kami gunakanbannerkecil ke desa-desa karena lebih efektif. Juga tentu disertai koordinasi langsung turun ke masyarakat jalan terus.
Ia pun tak khawatir dengan manuver Kaesang yang mengubah haluan dari awalnya blusukan di Jakarta menjadi di Jateng. Sebab, ia juga terus menguatkan sosialisasi ke daerah-daerah melalui berbagai alat peraga, seperti baliho.
”Meski baliho tidak sebanyak yang lain, kami gunakan banner kecil ke desa-desa karena lebih efektif. Juga tentu disertai koordinasi langsung turun ke masyarakat jalan terus,” ucap Gus Yusuf.
Wakil Rektor Universitas Diponegoro Wijayanto menilai, konstelasi Pilgub Jateng masih sangat dinamis. Tidak ada satu pun kandidat yang menonjol. Hal itu terlihat dari hasil survei yang menempatkan elektabilitas tertinggi hanya di angka 7 persen. Padahal, jika dibandingkan provinsi lain, seperti Jakarta dan Jawa Timur, elektabilitas tertinggi berada di atas 25 persen.
Masih belum aman
Begitu pula elektabilitas Kaesang yang masih di angka 7 persen masih belum aman. Oleh karena itu, Kaesang mengalihkan tujuan blusukan yang awalnya di Jakarta menjadi ke Jateng. Peluang untuk memenangkan kontestasi dianggap lebih besar jika maju di Jateng, bukan di Jakarta.
Menurut Wijayanto, situasi konstelasi di Pilgub Jateng menjadi ironi. Di satu sisi, Jateng memiliki beragam masalah, seperti kemiskinan, kesehatan, dan lingkungan. Maka, diperlukan pemimpin yang bisa memahami akar masalah sekaligus memberikan tawaran solusi konkret ke masyarakat.
Baca juga: Kaesang Pangarep, Dipilih dan Ditolak di Jateng
Namun, di sisi lain, kandidat justru masih mengandalkan cara-cara konvensional, seperti memasang baliho dan blusukan ke rumah warga. Padahal, publik membutuhkan gagasan yang ditawarkan kandidat jika nantinya terpilih sebagai gubernur dan wagub Jateng. Akibatnya, ketertarikan masyarakat terhadap tokoh masuk dalam bursa Pilgub Jateng masih rendah.
”Tidak ada inovasi untuk mendekati publik. Padahal, mereka bisa menunjukkan pengalaman dan prestasi yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah di Jateng,” kata Wijayanto.
Di tengah konstelasi politik di Pilgub Jateng yang masih sangat cair, parpol perlu mendorong kader-kadernya untuk semakin berani muncul ke publik. Adu gagasan harus sudah dimulai untuk meyakinkan pemilih. Dengan demikian, publik bisa mengetahui rekam jejak dan kompetensi calon pemimpin mereka.