Pilgub Jatim mempertarungkan Khofifah, Risma, dan Luluk yang berebut 32 juta suara rakyat Jatim sebagai amanah memimpin.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tiga pasangan bertarung dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur untuk Jawa Timur. Kontestasi diharapkan berlangsung dengan jujur dan adil dalam berebut suara rakyat melalui adu visi dan misi.
”Janganlah bertarung dengan kampanye hitam, saling menjelek-jelekkan,” kata Tri Rismaharini, mantan Menteri Sosial yang kini calon gubernur untuk Jatim, di Surabaya, Sabtu (14/9/2024).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Risma-Hans diusung oleh PDI-P, Hanura, dan Ummat. Khofifah-Emil diusung Koalisi Indonesia Maju, yakni Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PKS, PSI, PPP, Nasdem, Perindo, Gelora, PBB, PKN, Partai Buruh, Partai Garuda, dan yang tidak lolos verifikasi, yakni Partai Prima. Luluk-Lukman diusung PKB, pemenang Pemilihan Legislatif 2024 untuk Jatim.
Risma mengatakan, Jatim berpopulasi lebih dari 41,814 juta jiwa. Yang tercatat dalam daftar pemilih sementara (DPS) dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim lebih dari 31,336 juta jiwa. ”Ada ungkapan suara rakyat suara Tuhan. Vox populi vox Dei, jadi berebut suara rakyat terutama yang miskin, menderita karena terpinggirkan, tersisihkan,” katanya.
Risma melanjutkan, mengutip data Badan Pusat Statistik Jatim, masih ada 3,983 juta jiwa warga miskin. Jumlah itu melampaui populasi Surabaya yang 3,011 juta jiwa. Surabaya adalah kota yang pernah dipimpinnya sedasawarsa sampai Desember 2020 sebelum menjabat Menteri Sosial.
Garis kemiskinan senilai Rp 536.000-Rp 537.000 per kapita per bulan. Nilai itu cuma seperempat dari upah minimum regional 2024 yang Rp 2,165 juta. Jika dibandingkan dengan upah minimum di Kota Surabaya yang Rp 4,725 juta, nilai garis kemiskinan seperdelapan-sepersembilan.
”Suatu keharusan mewujudkan kesejahteraan sosial terutama mengentaskan kemiskinan. Suara rakyat yang miskin itulah yang harus didengar dan dibantu,” ujar Risma.
Dalam perjumpaan beberapa waktu lalu, Emil mengatakan menerima tugas untuk kembali mendampingi Khofifah. Penugasan itu dari Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional.
”Tentu juga disetujui oleh Ketua Majelis Tinggi Bapak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-6),” kata Ketua Demokrat Jatim ini.
Emil melanjutkan, dalam kontestasi 2018, mereka menang atas pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno. Saifullah adalah wakil gubernur dua periode yang bersama Soekarwo, kini Wantimpres, mengalahkan Khofifah di dua kontestasi. Saifullah kini menjabat Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Menteri Sosial. Ia baru saja melepaskan jabatan Wali Kota Pasuruan. Khofifah sebelum menjadi gubernur dan memimpin provinsi bersama Emil ialah Menteri Sosial.
”Semoga kami dipercaya kembali mendapatkan amanah dari rakyat untuk melanjutkan kepemimpinan,” kata Emil yang pada Sabtu (14/9/2024) malam tampil bersama Kahitna di Jazz Traffic Festival, Grand City Convex.
Di festival itu, Risma juga hadir, tetapi tidak diketahui apakah bertemu dan bersapa dengan Emil. Selan itu, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji yang notabene politikus PDI-P juga ada di antara penonton.
Menurut pakar komunikasi politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam, Pilgub Jatim 2024 berbeda daripada semua kontestasi sebelumnya karena mempertarungkan tiga perempuan tokoh politik. Khofifah juga menjabat Ketua Umum Muslimat, sayap perempuan NU. Luluk politikus PKB yang juga nahdliyin. Risma meskipun kader PDI-P juga nadhliyin.
”Pertarungannya ketat meski mengerucut pada sosok Khofifah dan Risma,” ujar Surokim. Saat Khofifah menjabat gubernur, Risma menjabat wali kota. Hubungan mereka sempat dinilai ”dingin” tampaknya karena perbedaan latar belakang politik keduanya. Namun, setelah Risma menjabat Mensos, mulai menguat pandangan bahwa sosok ini layak bertarung di Jatim melawan Khofifah yang sempat dijagokan sebagai salah catu calon wapres.
Pertarungan Khofifah, Luluk, dan Risma, menurut Surokim, patut dilihat sebagai jalan terbaik bagi rakyat memilih pemimpin yang sesuai preferensi. Ketiga perempuan ”hebat” itu berasal dari Bumi Majapahit yang tak pernah kekurangan stok calon pemimpin. Mereka juga didampingi calon wakil yang kompeten dan bervisi. ”Dalam demokrasi, pemenangnya seharusnya rakyat, yang terpilih harus menyadari mendapat amanah, merangkul, dan memajukan kehidupan rakyat,” katanya.