Tak Sekadar ”Perang Bintang”, Pilgub Jateng Diharapkan Jawab Problem Riil
Pilgub Jateng jangan hanya menjadi ”perang bintang”, tapi juga pertarungan gagasan guna mencari solusi sejumlah masalah.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS – Pemilihan Gubernur Jawa Tengah mendapat sorotan luas karena dinilai menghadirkan ”perang bintang” dalam kontestasinya. Persaingan ketat di antara dua pasangan calon pun diprediksi bakal terjadi. Para kandidat di Pilgub Jateng diharapkan bisa memperhatikan sejumlah persoalan riil di masyarakat, seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan.
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Jateng diikuti dua pasangan calon, yakni Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen yang diusung sembilan partai politik serta Andika Perkasa-Hendrar Prihadi yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Luthfi merupakan mantan Kepala Kepolisian Daerah Jateng, sedangkan Andika adalah mantan Panglima TNI. Kehadiran dua purnawirawan jenderal sebagai calon gubernur itu membuat Pilgub Jateng kerap disebut sebagai ”perang bintang”.
Pengajar Politik dan Inovasi Kebijakan Universitas Negeri Semarang, Cahyo Seftyono, mengatakan, meski jumlah partai politik pendukung pasangan Luthfi-Yasin jauh lebih banyak dibandingkan pasangan Andika-Hendrar, persaingan dalam Pilgub Jateng kemungkinan bakal cukup berimbang.
Hal ini karena persaingan dalam pemilihan kepala daerah dinilai lebih banyak dipengaruhi oleh sosok pasangan calon yang maju ketimbang jumlah partai politik pendukung.
”Tren sekarang, kompetisi politik itu tidak otomatis bisa dilihat dari perspektif jumlah partai politik pendukung, tetapi lebih (dipengaruhi) bagaimana person (calon) itu mencitrakan diri di ruang publik. Makanya, kompetisi pasangan Luthfi-Yasin dan Andika-Hendrar itu cukup berimbang kalau menurut saya,” kata Cahyo saat dihubungi, Sabtu (14/9/2024).
Di sisi lain, Cahyo juga berharap dua pasangan calon tersebut bisa memberikan tawaran solusi terkait sejumlah persoalan riil yang dialami masyarakat Jateng. Dengan begitu, Pilgub Jateng diharapkan tidak sekadar jadi perang bintang, tetapi juga arena pertarungan gagasan.
”Saya sepakat bahwa pertarungan gagasan itu harus menjadi daya tawar juga. Masing-masing (pasangan calon) bisa memberikan tawaran solusi terhadap persoalan yang ada untuk kemudian membuat Jateng lebih maju,” ungkapnya.
Cahyo menyebutkan, beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian serius di Jateng antara lain terkait kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Jateng pada Maret 2024 mencapai 10,47 persen. Adapun jumlah penduduk miskin di Jateng sekitar 3,7 juta orang.
Persentase penduduk miskin di Jateng itu turun 0,3 persen dibandingkan kondisi Maret 2023. Namun, persentase penduduk miskin di Jateng masih lebih tinggi daripada kondisi nasional yang sebesar 9,03 persen.
Masalah pendidikan juga dinilai perlu mendapat perhatian serius karena masih ada kesenjangan terkait Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di sejumlah wilayah di Jateng. Berdasarkan data BPS, IPM di Kota Salatiga merupakan yang tertinggi di Jateng, yakni 84,99. Adapun Kabupaten Brebes skor IPM-nya 67,95 dan merupakan yang terendah di Jateng.
Di bidang kesehatan, salah satu persoalan yang perlu mendapat perhatian adalah tengkes (stunting). Prevalensi tengkes di Jateng tercatat masih mencapai 20,8 persen. Angka itu cukup jauh dari prevalensi tengkes yang ditargetkan pemerintah pusat pada 2024, yakni 14 persen (Kompas.id, 30/6/2024).
Investasi dan SDM
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengatakan, salah satu persoalan yang mesti mendapat perhatian dari Gubernur Jateng mendatang adalah terkait investasi. Dia menyebutkan, sosok pemimpin Jateng ke depan harus mampu mendatangkan investasi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
”Kami mengharapkan gubernur mendatang bisa menarik investasi sebanyak-banyaknya ke Jawa Tengah. Dengan demikian, kesejahteraan rakyat akan meningkat. Karena tanpa investasi yang banyak, pertumbuhan ekonomi juga tidak akan tinggi,” kata Frans.
Ia memaparkan, saat ini, di Jateng sudah terdapat sejumlah kawasan industri beserta infrastruktur pendukung, seperti jalan tol, yang bisa menjadi daya tarik untuk mendatangkan investasi. Namun, kawasan industri dan jalan tol itu masih terpusat di wilayah utara Jateng.
Oleh karena itu, Frans berharap, kawasan industri serta jalan tol juga bisa dibangun di kawasan selatan Jateng. ”Daerah selatan ini potensial untuk pertumbuhan ekonomi karena lahan-lahan di sana relatif masih lebih murah,” ujarnya.
Untuk menarik investasi, lanjut Frans, pemerintah harus membuat sejumlah terobosan. Dia mencontohkan, Pemerintah Provinsi Jateng bisa memberikan insentif khusus kepada investor baru, misalnya berupa pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk beberapa tahun.
Selain itu, Frans meminta Gubernur Jateng mendatang serius meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Hal ini karena kualitas SDM sangat penting untuk mendatangkan investasi. ”Kalau investasi banyak masuk, tetapi sumber daya manusia kita kurang, itu bisa menjadi hambatan,” ungkapnya.
Saya sepakat bahwa pertarungan gagasan itu harus menjadi daya tawar juga. Masing-masing (pasangan calon) bisa memberikan tawaran solusi terhadap persoalan yang ada untuk kemudian membuat Jateng lebih maju.