Mengenal Gagasan Tiga Srikandi Jatim dan Teladan Gayatri Rajapatni
Apa saja gagasan yang ditawarkan oleh Khofifah, Risma, dan Luluk Nur Hamidah untuk memakmurkan warganya?
Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini, dan Luluk Nur Hamidah secara resmi dinyatakan sehat jasmani dan rohani serta siap mengikuti kontestasi pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur 2024. Lantas, apa saja gagasan yang ditawarkan oleh tiga srikandi itu untuk memakmurkan warganya?
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim mengumumkan tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jatim yang mendaftar telah menjalani pemeriksaan kesehatan. Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak, pasangan Tri Rismaharini dan Zahrul Azhar Asumta, serta pasangan calon Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim.
Ketua KPU Jatim Aang Kunaifi mengatakan, hasil tes kesehatan telah diserahkan secara langsung oleh RSUD dr Soetomo, Senin (2/9/2024) sore. Secara garis besar, kesehatan ketiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jatim dalam kondisi baik. Mereka juga tidak terindikasi terlibat dalam penyalahgunaan narkotika ataupun obat terlarang lainnya.
”Kesimpulan tim pemeriksa kesehatan RSUD dr Soetomo menyatakan ketiga pasangan calon dalam kondisi sehat jasmani dan rohani (sehingga) dianggap mampu mengikuti Pilgub Jatim 2024. Tidak terindikasi pernah menyalahgunakan narkotika,” ujar Aang.
Baca juga: Ketika Dua Srikandi Pimpin Sementara DPRD Jatim 2024-2029
Pemeriksaan kesehatan terhadap tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jatim dilakukan tim dokter RSUD dr Soetomo dengan melibatkan 121 dokter dari berbagai spesialisasi dan subspesialisasi. Setiap pasangan calon menjalani pemeriksaan kesehatan selama dua hari berturut-turut, tetapi waktunya ada yang tidak bersamaan.
Pasangan calon Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak, misalnya, menjalani pemeriksaan kesehatan pada 29-30 Agustus 2024. Sementara pasangan Tri Rismaharini dan Zahlul Azhar Asumta, serta Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim menjalani pemeriksaan kesehatan pada 31 Agustus 2024-1 September 2024.
Anggota KPU Jatim Divisi Teknis, Choirul Umam, mengatakan, setelah menyelesaikan pemeriksaan kesehatan, KPU Jatim melanjutkan kembali tahapan verifikasi administrasi. Verifikasi ini dilakukan terhadap berkas-berkas atau dokumen yang diserahkan masing-masing pasangan calon saat pendaftaran.
”Proses verifikasi administrasi ini dilakukan sejak 29 Agustus 2024 lalu hingga 4 September 2024 nanti. Diharapkan tidak ada kendala signifikan selama proses verifikasi berlangsung,” ucap Umam.
Khofifah dan Emil Dardak diusung 15 partai, yakni Gerindra, Golkar, Demokrat, Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), PAN, PPP, Partai Solidaritas Indonesia, Perindo, Partai Gelora, Partai Buruh, PBB, Partai Garuda, PKN, dan Partai Prima. Adapun pasangan calon Tri Risma Harini dan Zahlul Azhar Asumta diusung PDI-P dan Partai Hanura. Pendaftar terakhir adalah pasangan Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim yang diusung PKB.
Baca juga: Survei ”Kompas” Pilgub Jatim 2024: Siapa yang Menjadi Penantang Khofifah-Emil?
Dari tiga pasangan calon tersebut, posisi calon gubernur ditempati para perempuan. Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa, Luluk Nur Hamidah, dan Tri Rismaharini. Tiga srikandi ini akan bersaing ketat mendapatkan dukungan rakyat agar bisa memimpin Bumi Majapahit untuk lima tahun ke depan.
Khofifah Indar Parawansa merupakan Gubernur Jatim periode 2019-2024. Dia juga menjabat Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama. Selain itu, Khofifah juga pernah menjabat sebagai Menteri Sosial pada era awal pemerintahan Presiden Joko Widodo. Jauh sebelum itu, dia pernah menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan pada era Presiden Abdurrahman Wahid. Ia juga pernah menjadi anggota DPR dan menjabat sebagai wakil ketua DPR.
Adapun Luluk Nur Hamidah dikenal publik sebagai politisi PKB dan saat ini menjabat sebagai pengurus di DPP PKB. Sebelumnya, perempuan kelahiran Jombang, Jawa Timur, itu terpilih sebagai anggota DPR periode 2019-2024 dari daerah pemilihan Jawa Tengah IV.
Sementara Tri Rismaharini dikenal sebagai Wali Kota Surabaya selama dua periode, yakni 2010-2020. Setelah itu, dia menjabat Menteri Sosial pada era Presiden Joko Widodo atau sejak 2020 hingga sekarang. Sejak menjabat sebagai kepala daerah, Risma terafiliasi dengan PDI-P.
Kehadiran tiga perempuan dalam perebutan kursi kepemimpinan di Jatim ini baru pertama kali. Pada pesta demokrasi 2019 lalu, pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jatim diikuti dua pasangan calon. Mereka adalah Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarnoputri dan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak. Khofifah menjadi satu-satunya perempuan yang mengincar kursi gubernur.
Pertanyaannya, apa visi dan misi tiga srikandi ini untuk Provinsi Jatim 5 tahun yang akan datang? Sebagai petahana, Khofifah ingin melanjutkan visi-misinya yang mewujud dalam Nawa Bhakti Satya jilid kedua. Program tersebut akan melanjutkan Nawa Bhakti Satya jilid pertama yang diusung pada Pilgub 2019 lalu.
Menurut Khofifah, ada sembilan program dalam Nawa Bhakti Satya, yakni Jatim Sejahtera, Jatim Kerja, Jatim Cerdas dan Sehat, Jatim Akses, Jatim Diniyah, Jatim Agro, Jatim Berdaya, Jatim Amanah, dan Jatim Harmoni. Untuk jilid kedua ini ada sedikit perubahan, yakni Jatim Sejahtera, Kerja, Cerdas Berkualitas, Sehat, Akses, Diniyah, Agro, Berdaya dan Amanah, Harmoni.
”Sembilan program Nawa Bhakti Satya ini untuk memuliakan masyarakat Jawa Timur meningkatkan kemakmuran, keadilan, dan keunggulan kualitas sumber daya manusia menyambut generasi emas 2045,” ujar Khofifah.
Khofifah mengklaim selama 5 tahun pemerintahannya, Jatim tumbuh menjadi provinsi yang paling maju dan terdepan di Nusantara. Setidaknya ada 738 penghargaan yang diraih sampai dengan Februari 2024. Selain itu, Jatim juga memiliki banyak keunggulan kompetitif serta inovasi.
Sementara Tri Rismaharini yang mengusung tagline ”Resik-Resik” bertekad akan memberantas korupsi yang menggerogoti sistem pemerintahan daerah saat ini. Resik juga menjadi akronim dari responsif, efisien, smart, integritas, dan konsisten. Risma diharapkan membawa pemerintahan Jatim lebih dipercaya rakyat.
Menurut Risma, ada beberapa permasalahan berat yang dihadapi Jatim saat ini. Oleh karena itulah, jika terpilih dalam Pilgub Jatim 2024, pihaknya akan menjalankan sejumlah program prioritas, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mengatasi kemiskinan. Hal itu dinilai penting karena kemiskinan berpotensi memicu berbagai masalah sosial.
Selain itu, ia juga memberikan perhatian kepada masalah kesehatan masyarakat di Jatim. Sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, antara lain, mengatasi tingginya angka kebutaan, serta kasus TBC dan polio. Adapun program prioritas berikutnya ialah di bidang pendidikan. Alasannya, banyak orangtua yang mengirim surat kepada Kementerian Sosial karena tidak mampu membayar kebutuhan agar anak-anak mereka bisa bersekolah.
”Kemudian yang kita sering lupa juga adalah mereka yang selalu terpinggirkan, yaitu orang-orang disabilitas. Mereka perlu diberdayakan karena kemampuannya bisa melebihi yang normal. Begitu diberikan kesempatan dan didorong, mereka akan menjadi insan-insan yang bisa berprestasi dan itu sudah saya buktikan,” kata Risma.
Kiprah perempuan dalam kepemimpinan di Jatim sejatinya bukan hal baru. Sejarah mencatat, kepemimpinan perempuan telah teruji sejak zaman Kerajaan Majapahit (1294-1527 M) yang merupakan cikal bakal Jatim.
Mantan Wali Kota Surabaya ini menambahkan, program prioritas berikutnya adalah mengatasi masalah infrastruktur terutama terkait kesenjangan pembangunan antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Di sisi lain, Jatim juga memiliki pekerjaan rumah di sektor ketenagakerjaan karena memiliki jumlah pekerja migran Indonesia ilegal yang tinggi sehingga berpotensi menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Sementara itu, Luluk Hamidah bertekad menghadirkan perubahan di Jatim menuju yang lebih baik dari kondisi saat ini. Dia ingin mengukir sejarah baru bagi rakyat Jatim melalui berbagai perubahan yang lebih baik lagi. Menurut Luluk, Jatim mampu melakukan itu karena sejarah telah membuktikannya.
”Jatim memiliki sejarah besar di masa lampau, salah satunya pada masa Kerajaan Majapahit yang saat itu mampu menyatukan seluruh wilayah Nusantara. Oleh karena itu, ini adalah momentum untuk membuat Provinsi Jatim jauh lebih besar dan bisa dibanggakan oleh seluruh rakyat,” ujar Luluk.
Menurut aktivis isu lingkungan, pemberdayaan perempuan, dan kesejahteraan sosial tersebut, Jatim seharusnya berkembang menjadi provinsi yang besar bahkan melampui teritori atau wilayahnya sendiri. Hal itu pernah terjadi pada zaman Kerajaan Majapahit yang mampu melakukan ekspansi wilayah kekuasaan hingga kawasan Asia Tenggara.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Luluk berpendapat, Jatim memerlukan nakhoda atau pemimpin baru yang memiliki visi jauh ke depan serta tidak memiliki beban pada masa lalu. Pemimpin Jatim harus memiliki beban masa depan, yakni membuat rakyat Jatim bahagia, sejahtera, dan berdaya.
Luluk bertekad menggunakan energi baik yang dimiliki untuk memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat Jatim. Memberikan kesegaran bagi demokrasi Indonesia sehingga lebih segar dan penuh kebajikan.
Teladan Rajapatni
Kiprah perempuan dalam kepemimpinan di Jatim sejatinya bukan hal baru. Sejarah mencatat, kepemimpinan perempuan telah teruji sejak zaman Kerajaan Majapahit (1294-1527 M) yang merupakan cikal-bakal Jatim. Kerajaan yang mendatangkan persatuan dan kemakmuran di seluruh wilayah Nusantara ini memiliki sejumlah tokoh perempuan yang tersohor kapabilitasnya.
Salah satunya, Dyah Gayatri atau Sri Rajapatni (1275-1350 Masehi), yang dikenal sebagai perempuan hebat di balik kejayaan Majapahit. Pada masa-masa sulit, Gayatri bersama Patih Gajah Mada berhasil menumpas berbagai pemberontakan dan menegakkan kembali wibawa Majapahit.
Sejarawan yang juga mantan Duta Besar Kanada di Indonesia, Earl Drake, dalam bukunya yang berjudul Gayatri Rajapatni menggambarkan sosok ibu bangsa bagi Majapahit ini sebagai perempuan terhormat, cerdas, berkarakter kuat, dan bijaksana.
Salah satu pemikiran yang selalu ditegaskan Gayatri adalah bahwa Majapahit senantiasa menyambut tamu bhiksu dan cerdik pandai dari semua agama. Artinya, Gayatri mau menerima pertukaran ide dan pengetahuan dengan orang asing, mengadopsinya, dan melebur dengan tradisi yang kuat sehingga memperluas sistem pengetahuan dan membuat Majapahit menjadi kuat.
Earl Drake juga mengisahkan bahwa Gayatri senantiasa membangun pemerintahan yang baik seperti pada masa Raden Wijaya (1293-1309). Saat dinobatkan menjadi raja, pendiri Majapahit itu menetapkan empat agenda utama, yakni memulihkan dan memperbaiki negeri, menghancurkan musuh, meningkatkan kerukunan umat beragama, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi demi kemaslahatan seluruh rakyat.
Terlepas siapa pun yang akan memenangi kontestasi Pilgub Jatim 2024, pemimpin di Bumi Majapahit harus mampu meneladani sosok Dyah Gayatri atau Sri Rajapatni. Hal itu agar pemimpin di Jatim senantiasa mampu melewati berbagai rintangan serta mengubah tantangan menjadi peluang demi menegakkan kejayaan Jatim di level internasional.
Baca juga: Pemilih Jatim Terbuka, Calon Gubernur Semua Perempuan