Mahasiswa dan Pengajar Stipas Kupang Kini Dapat Mengakses Gratis Kompas.id
Civitas akademika mengakses produk jurnalistik berkualitas. Forum taman baca dan pemerintah mengapresiasi.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sekolah Tinggi Pastoral atau Stipas Keuskupan Agung Kupang di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mendapat akses gratis untuk berlangganan Kompas.id, versi digital dari media harian Kompas. Civitas akademika kampus itu berterima kasih atas sajian produk jurnalistik berkualitas. Akses itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Akses gratis yang diperkenalkan di halaman kampus pada Senin (27/5/2024) pagi itu untuk sementara diberikan kepada 250 pengguna yang terdiri atas mahasiswa dan pengajar. Akses gratis berlaku satu tahun ke depan dan dapat diperpanjang lagi.
Ketua Stipas Keuskupan Agung Kupang Romo Florens Maxi Un Bria mengatakan, sajian jurnalisme berkualitas Kompas.id tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga menjadi sumber belajar. Banyak isu menarik yang dibaca setiap waktu, mulai dari politik, hukum, ekonomi, analisis ilmu pengetahuan dan teknologi, opini, hiburan, hingga sastra.
Menurut dia, artikel, foto, dan video yang ada di kanal Kompas.id berkedalaman, bervariasi, kaya dengan perspektif, dan penuh makna. Karya jurnalistik itu sama kualitasnya dengan versi cetak di koran harian Kompas. ”Kalau mau cerdas, baca Kompas.id,” ujar pakar ilmu komunikasi itu.
Ia menuturkan, karya jurnalistik harian Kompas bukan hal baru bagi kampus Stipas Kupang. Selama ini, mereka berlangganan harian Kompas satu eksemplar, tetapi khusus untuk pimpinan kampus. Kini, paparan Kompas semakin luas lewat akses gratis bagi 250 orang di kampus itu.
Maxi berterima kasih kepada harian Kompas bersama mitranya yang telah memberi akses gratis tersebut. Ia berjanji akan memanfatkan sebaik mungkin. ”Kami senang karena menjadi kampus yang dipilih untuk boleh mengakses karya jurnalistik berkualitas,” kata Maxi, yang juga Ketua Jaringan Kampus Stipas Seluruh Indonesia itu.
Fabianus Lagur, mahasiswa semester III Stipas Kupang, menuturkan, dirinya penggemar tulisan analisis di Kompas.id. Selama ini, ia mengakses e-paper atau koran elektronik Kompas. Ia sering mengunduh e-paper atau mendapat kiriman file dari kawan. Ia menyukai rubrik opini.
”Tulisan yang paling berkesan belakangan ini adalah kesaksian Romo Franz Magnis-Suseno di sidang sengketa pemilu di Mahkamah Konstitusi. Banyak orang menyerang Romo Magnis, tetapi bagaimana media mendudukkan persoalan itu secara clear. Saya temukan itu di Kompas.id,” kata Fabianus.
Dengan membaca Kompas.id, ia berobsesi suatu ketika bisa menulis opini di Kompas. Bagi dia, opini Kompas memiliki standar yang tinggi. Tak semua penulis bisa mendapat ruang itu. Opini Kompas tak sebatas panggung eksistensi penulis, tetapi juga ruang untuk memengaruhi kebijakan publik.
Minat baca
Ketua Forum Taman Baca Kota Kupang Agung Hermanus Riwu berharap agar mahasiswa Stipas Kupang yang mengakses Kompas.id semakin selektif dalam memilih informasi yang kini banyak berseliweran di jagat maya. Tak dipungkiri, banyak mahasiwa sering kali tidak bisa membedakan informasi yang benar dan hoaks.
Menurut dia, kehadiran akses gratis Kompas.id di Stipas Kupang memperkuat literasi digital di Kota Kupang. Jika memungkinkan, akses semacam itu juga perlu diperluas ke kampus lain dan komunitas masyarakat. ”Memang lagi-lagi, tantangan kita adalah minat baca yang masih rendah,” ujar guru SMP Katolik Giovani Kupang itu.
Opini Kompas tak sebatas panggung eksistensi penulis, tetapi juga ruang untuk memengaruhi kebijakan publik.
Dimintai tanggapannya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur Ambrosius Kodo mengapresiasi upaya Kompas dalam mendukung kemajuan literasi digital di NTT. Ia berharap, akses gratis itu juga bisa diberikan kepada sekolah jenjang SMA dan sederajat di NTT.
”Saya sering ingatkan kepala sekolah dan para guru untuk membaca dan menulis. Bagaimana Anda bisa menulis dengan baik kalau Anda tidak membaca. Kompas jadi referensi yang tepat,” kata Ambrosius.