Lelah dan Mengantuk, Mulut Ketua KPPS Tak Bisa Mengatup Seusai Menguap Lebar
Beragam cerita akibat kelelahan dialami petugas KPPS di Kabupaten Temanggung dan Magelang, Jawa Tengah.
Padatnya aktivitas petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS menyisakan cerita tentang kelelahan, derita sakit, hingga meninggal. Di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, seorang ketua KPPS yang kelelahan dan mengantuk menguap terlalu lebar hingga sendi rahangnya lepas dan mulutnya tak bisa mengatup.
Insiden itu dialami Davit Meriyandoko (32), Ketua KPPS di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01, Dusun Getas, Desa Getas, Kecamatan Kaloran. Belum pernah terlibat sebagai petugas KPPS, Davit mengaku sempat stres saat menjalankan tugas.
Beban tugas itu masih ditambah munculnya masalah tak terduga. Tiga hari menjelang pemungutan suara, rumah yang semula akan menjadi lokasi pendirian TPS ternyata tidak bisa dipakai lantaran sang pemilik rumah meninggal. Ia dan segenap anggota KPPS segera mencari lokasi pengganti.
Sekalipun kemudian bisa langsung mendapatkan lokasi pengganti, Davit tetap merasa gugup. Sejak dua hari menjelang pemilu, dia terus kurang tidur karena beban pikirannya sendiri, cemas, dan khawatir tentang pelaksanaan pemungutan suara. Dia hanya tidur 2-4 jam per hari. Karena itulah, dia sering kali mengantuk dan menguap.
Pada hari pemungutan suara, Rabu (14/2/2024) sekitar pukul 05.00, dia bangun untuk menghafalkan naskah sambutan dan pembacaan sumpah petugas dalam acara pembukaan TPS. Di tengah rasa lelah dan beban pikirannya, dia menumpahkan semuanya dengan menguap lebar-lebar. Saat itulah, insiden terjadi dan memicu kepanikan baru.
”Rahang mulut saya mendadak tidak bisa menutup lagi,” ujarnya, Jumat (16/2/2024), mengisahkan insiden itu.
Saat itu juga ia bergegas tancap gas mengendarai sepeda motor menuju RSUD Temanggung dengan mulut yang menganga. Sesampainya di rumah sakit, ia ditangani dokter jaga. Oleh karena rahangnya telanjur terlalu kaku dan sulit digerakkan, dokter merekomendasikan tindakan operasi.
Untuk penanganan jelang operasi, rahangnya diperban dan diikat ke bagian atas kepalanya agar mulutnya bisa mengatup. Selanjutnya, rangkaian tindakan persiapan operasi dilakukan, mulai dari dipasangi selang infus dan oksigen hingga dibius total.
Namun, di tengah kondisi tersebut, dokter masih melakukan upaya terakhir sebelum tindakan operasi, yakni mencoba memijat dan menggerakkan kembali rahang Davit agar persendiannya kembali ke posisi semula. Upaya tersebut ternyata berhasil. Mulut Davit bisa menutup kembali sehingga operasi urung dilakukan.
Setelah pengaruh obat bius berangsur hilang, Davit mulai tersadar. Saat tahu bahwa rahangnya dapat menutup kembali, ia teringat tanggung jawabnya sebagai penyelenggara pemilu. Davit bergegas meminta izin keluar dari rumah sakit.
”Dengan kondisi kepala masih dibalut perban, saya kemudian memutuskan langsung pergi ke TPS,” ujarnya.
Untung saja, aktivitas di TPS tidak terganggu. Ketika tiba sekitar pukul 10.00, pemungutan suara sudah berlangsung aman dan lancar. Davit pun langsung menjalankan tugas sebagai ketua KPPS. Dia terus melayani pemilih dan menghitung suara hingga Kamis (15/2/2024) pukul 01.30.
Dengan kondisi kepala masih dibalut perban, saya kemudian memutuskan langsung pergi ke TPS.
Setelah penghitungan suara selesai, Davit memutuskan untuk kembali mengecek kondisi rahangnya. Dari hasil pemeriksaan terakhir, Jumat (16/2/2024), dokter masih meminta agar kepalanya tetap diperban hingga seminggu mendatang.
”Perban masih perlu dipasang untuk membatasi gerakan, sekaligus sebagai upaya perlindungan rahang setidaknya hingga seminggu mendatang,” ujar warga yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga administrasi di SMA Harapan Bangsa di Kecamatan Kaloran ini.
Baca juga: Kelelahan Anggota KPPS Bukan Hal Sepele
Diagnosa dokter menyatakan hal tersebut terjadi karena dislokasi pada bagian rahang. Meski mengalami insiden itu, Davit tetap bersyukur karena diagnosis dokter menunjukkan tidak ada penyakit serius pada dirinya.
Dijenguk penjabat bupati
Insiden yang dialami Davit terdengar sampai ke telinga Penjabat Bupati Temanggung Hari Agung Prabowo. Didampingi Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Temanggung Henry Sofyan Rois dan Camat Kaloran Juli Ristiana, Hari menjenguk ke rumah Davit, Jumat (16/2/2024).
Meski harus diperban hingga sepekan mendatang, saat menemui Penjabat Bupati, Davit justru melepas perban itu. ”Malu sama Pak Bupati,” katanya tersipu.
Cerita tentang kelelahan dan beban pikiran para penyelenggara pemilu tidak hanya dialami Davit. Henry mengatakan, kondisi kelelahan hingga sakit juga dialami empat petugas KPPS lainnya di Kabupaten Temanggung.
”Di tengah proses penghitungan suara, ada petugas KPPS yang tiba-tiba merasakan keluar keringat dingin, ada yang lemas, hampir pingsan, dan ada yang sesak napas,” ujarnya.
Walakin, Henry menyatakan, para petugas KPPS itu tidak ada yang mengalami gangguan serius. Mereka sebatas menjalani pengobatan rawat jalan dan butuh beristirahat.
Di luar keterlibatannya dalam pemungutan suara, para petugas KPPS di Kabupaten Temanggung juga memiliki pekerjaan formal lain, seperti guru atau karyawan swasta. Mereka pun terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Kendati demikian, untuk menjamin kesehatan mereka, KPU Kabupaten Temanggung sudah berupaya mengajukan permohonan santunan kepada KPU untuk petugas KPPS. Pemerintah Kabupaten Temanggung juga siap memberikan bantuan, pendampingan kesehatan, jika petugas KPPS mengalami sakit.
Dirawat di rumah sakit
Di Kabupaten Magelang, Jawa tengah, sejumlah 16 petugas KPPS mengalami sakit karena kelelahan. Dari jumlah tersebut, dua di antaranya dirawat di rumah sakit.
”Dari dua yang dirawat inap tersebut, seorang petugas KPPS mengalami gejala sakit tipus dan seorang lainnya mengalami demam tinggi, diduga DBD (demam berdarah dengue),” ujar Yohanes Bagyo Harsono, komisioner Divisi Partisipasi Masyarakat, Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih dan Sumber Daya Manusia KPU Kabupaten Magelang.
Dua petugas yang dirawat inap ini menderita sakit dua hari sebelum hari H sehingga urung menjalankan tugas saat hari pencoblosan, 14 Februari lalu. Adapun 14 petugas lainnya mengalami gejala sakit di tengah proses penghitungan suara.
”Rata-rata dari mereka kelelahan karena melakukan penghitungan suara hingga tengah malam atau bahkan dini hari,” ujarnya.
Baca juga: Petugas Pemungutan Suara, Kelelahan hingga Kehilangan Nyawa demi Mengawal Suara
Gejala sakit yang dialami petugas KPPS tersebut antara lain adalah lemas, demam, dan asam lambung naik.
Bagyo menuturkan, KPU bersama Pemerintah Kabupaten Magelang sudah berupaya melakukan upaya antisipasi dengan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh petugas KPPS. Tidak hanya itu, setiap petugas juga telah dibekali dengan vitamin dan beragam suplemen.
Namun, faktor kelelahan yang akhirnya berujung sakit dalam berbagai gejala tetap tidak bisa dihindarkan. Meski berbagai pihak berupaya mengantisipasi, tetap saja ada petugas yang sakit.
Memang tidak mudah untuk mengawal jalannya pemungutan suara....