Amuk Si Jago Merah yang Melumatkan Sukacita di Malang Plaza
Salah satu pusat perbelanjaan tua di Kota Malang, Jawa Timur, Malang Plaza, Selasa (2/5/2023), ludes dilalap si jago merah. Hingga saat ini, diduga tidak ada korban jiwa. Kerugian mencapai miliaran rupiah.
Salah satu pusat perbelanjaan tua di Kota Malang, Jawa Timur, Malang Plaza, Selasa (2/5/2023) dini hari, ludes dilalap si jago merah. Hingga saat ini, diduga tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Meski demikian, kerugian setiap pemilik toko di dalamnya mencapai miliaran rupiah.
Masa-masa usai Lebaran harusnya menjadi masa sukacita bagi Herman Combat (45), pemilik toko HP di lantai 1 dan 3 Malang Plaza. Biasanya akan banyak pembeli membeli HP baru di tokonya. ”Orang-orang biasanya memanfaatkan duit yang didapat dari Lebaran untuk membeli HP baru. Selama ini siklusnya seperti itu. Tapi, kali ini….,” kata Herman tercekat.
Ia tak bisa melanjutkan ceritanya. Duka dirasakannya sungguh tak terperi. Pasalnya, kerugian dialami wiraswasta sekaligus pegiat sosial itu cukup besar, yaitu di atas Rp 1 miliar. Herman memiliki 2 toko HP.
Baca juga:Potret Peristiwa Kebakaran Malang Plaza
”Saya baru saja menurunkan beberapa iPhone baru. Tahu sendiri harga iPhone baru berapa. Bisa puluhan juta rupiah. Kini, semuanya ludes,” katanya sambil menarik napas di sela-sela pandangannya menerawang ke arah tokonya di lantai 1 yang bangunan di sekitarnya tampak menghitam.
Hal yang membuat Herman terluka adalah ia tidak memiliki asuransi atas usahanya itu. ”Dahulu ada teman yang mencoba mengasuransikan tokonya. Tapi tidak diterima, karena alasannya bangunan gedungnya tidak layak, tidak aman. Akhirnya saya juga tidak mengasuransikan usaha ini,” kata Herman sambil menatap tajam ke arah tokonya.
Herman bukan satu-satunya orang yang berduka hari itu. Hampir semua pemilik toko di salah satu pusat perbelanjaan tua di Kota Malang itu kehilangan banyak hal. ”Bun, uangku Rp 1,6 miliar hilang. Aku tidak kuat. Aku ikut kamu saja nanti. Uangku….,” ungkap seorang pemilik toko HP lain pada temannya di ujung telepon sambil menangis dan berteriak.
Sekali waktu ia tersadar dan merasa ini adalah cobaan. Sebab, bisa jadi ia zalim pada orang lain dan diingatkan oleh Tuhan. Namun, di lain kesempatan, ia kembali berteriak sambil menangis. Tak perlu bertanya untuk merasakan betapa sakit dan terkejutnya ia saat itu. Di ujung telepon, sang teman terdengar menyuruhnya untuk bersabar.
Baca juga:Polisi Masih Dalami Penyebab Terbakarnya Malang Plaza
”Ini adalah pusat perbelanjaan terbagus di zamannya. Keluarga kami menempati toko di sini secara turun-temurun mulai kakek-nenek, orangtua, dan kini saya. Sekarang kejadiannya seperti ini,” kata Yohanes, penghuni ruko di sisi kanan pusat perbelanjaan itu. Ruko milik Yohanes juga ikut terbakar.
”Saat itu untungnya saya masih terjaga. Biasanya saya sudah tidur. Akhirnya saya selamatkan surat-surat dan membawa mama dan papa saya keluar. Semoga saja masih ada yang bisa diselamatkan,” katanya berharap.
Yohanes mengenang, Malang Plaza saat itu menghadirkan kegembiraan banyak orang Malang. Sebab, untuk pertama kalinya, warga Malang dikenalkan dengan pusat perbelanjaan dengan dilengkapi eskalator. Malang Plaza dibangun pada 11 Mei 1985 oleh Gubernur Jawa Timur saat itu Wahono.
Wali Kota Malang saat pusat perbelanjaan diresmikan adalah Tom Uripan. Bangunan Malang Plaza disebut sebagai plaza pertama di Kota Malang yang mempunyai eskalator atau tangga berjalan. Hal itu digambarkan disambut gembira oleh warga Malang kala itu. Malang Plaza selama ini dikenal sebagai pusat penjualan telepon seluler dan barang elektronik, busana, kios makan-minum, serta bioskop.
”Saya baru setahun ini berjualan daster malangan di lantai 2. Selasa ini kami berencana mengambil beberapa stok untuk dikirim kepada pembeli setelah kami libur lebaran. Eh, ternyata justru semua barang-barang kami habis terbakar,” kata Antin Winarni (54), penjual daster bordir malangan.
Antin tidak hanya menjual daster, tetapi juga sepatu, lukisan, bantal kesehatan, dan semua hal yang bisa dijualnya. ”Sebagai UMKM, saya menjual macam-macam yang laku. Saya juga menerima titipan teman. Itu ada juga barang titipan teman yang ikut terbakar. Duh, ada saja kejadian yang menimpa kami,” kata Antin sambil sesenggukan. Kerugian diderita Antin antara Rp 75 juta-Rp 100 juta.
Kesedihan demi kesedihan ini mewarnai kebakaran Malang Plaza hari itu. Tidak ada yang tahu bagaimana kejadian bermula. Tiba-tiba saja, pukul 01.00 WIB, api sudah membesar dan merembet menghanguskan bangunan 3 lantai itu.
”Informasi yang kami dapat, api berasal dari lantai tiga. Entah itu dari gedung bioskop atau dari kafe masih belum tahu. Sekarang masih proses pemadaman, pembasahan di kanan kiri serta di lantai 1 sampai 3. Saya harap para pemilik toko yang jadi korban tidak terburu-buru masuk untuk melihat kondisi tokonya. Harus seizin petugas, sudah boleh atau belum. Demi keselamatan bersama,” kata Wali Kota Malang Sutiaji.
Kepala Kepolisian Resor Kota Malang Kota Komisaris Besar Budi Hermanto mengatakan, hingga saat ini polisi belum bisa menentukan penyebab kebakaran. ”Kami belum bisa menentukan penyebab kebakaran ini. Nanti menunggu hasil olah TKP dari tim labfor Polda Jatim. Sekarang fokus pemadaman dan pembasahan, sambil evakuasi tim PMK yang sempat terjebak di dalam,” kata Budi.
Baca juga:Tradisi Api-Api dan Simbolisasi Toleransi
Apa pun penyebabnya, kejadian itu menorehkan luka mendalam bagi banyak orang. Pada Mei, saat seharusnya sebentar lagi, pusat perbelanjaan itu berulang tahun, berganti duka. Saat seharusnya mereka mengeruk THR Lebaran, kini justru berkubang kepedihan.
Mengejutkan
Kebakaran Malang Plaza itu mengejutkan banyak orang. Bagaimana tidak, gedung tiga lantai di Jalan Agus Salim Nomor 26, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen, itu merupakan salah satu mal tua di Malang.
Aneka kenangan manis tertoreh di hati banyak orang. Jauh sebelum mal-mal dan pusat perbelanjaan lain muncul di kota berhawa sejuk tersebut, Malang Plaza telah menjadi tempat rujukan belanja banyak orang, terutama untuk belanja sandang, selain perhiasan, mainan, swalayan, dan bioskop Mandala.
Andi W (51), salah satu warga Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, menuturkan bahwa saat masih kecil, bersama orangtuanya, ia beberapa kali berkunjung ke Malang Plaza. Kualitas pakaian yang dijajakan saat itu lebih bagus daripada pasar tradisional meski tidak setenar tempat belanja lain.
Belakangan, sejak telepon seluler marak tahun 1990-an akhir, pusat perbelanjaan itu menjadi sentra gawai. Banyak gerai telepon selular muncul menggantikan sandang. ”Terakhir saya ke tempat itu mengganti baterei telepon seluler enam bulan silam. Hanya di bagian depan, tidak terlalu masuk ke dalam,” ucapnya.
Setelah Malang Plaza, menurut Andi, kemudian berdiri Gajahmada Plaza, Mitra, hingga Ramayana yang masih berada di satu kawasan. Namun, sebelum ada Malang Plaza lebih dulu berdiri toko Sarinah yang berada di sisi utara Alun-alun.
Adapun gedung lain yang sudah berdiri lebih dulu, antara lain, Pendopo dan Kantor Bupati Malang yang berseberangan dengan Malang Plaza, Masjid Agung Jami, dan Gereja GPIB Immanuel, serta Bank Indonesia.
”Dulu, di depan Malang Plaza agak ke kanan merupakan gedung pertunjukan seni budaya, tetapi sekarang berubah menjadi toko mebel. Bahkan, tempat yang saat ini jadi Ramayana dulunya adalah lembaga pemasyarakatan perempuan sebelum pindah ke lokasi baru di Kebonsari. Berdempetan dengan kantor bupati,” ucapnya.
Pentingnya posisi Malang Plaza kala itu dibenarkan M Rohmanul Arif (43), warga Sukun. ”Kalau dilihat per toko, dulu Malang Plaza paling ramai dibandingkan yang lain. Namun, saat ini Malang Plaza kalah ramai sama pusat perbelanjaan lain dan bisnis daring. Sementara untuk telepon seluler pangsa pasarnya belum terkalahkan. Malang Plaza masih jadi andalan,” katanya.
Saat ini, di Kota Malang sudah ada sejumlah mal dan pusat perbelanjaan modern lain, seperti Malang Town Square (Matos), Mall Olympic Garden (MOG), Cyber Mall Malang, Mall Dinoyo City, dan Malang City Point.
Arif sendiri sudah 20 tahun mengadu nasib di Malang Plaza. Ia menjadi salah satu pemilik tenan service handphone. Kebakaran yang baru saja melanda membuatnya merugi hingga Rp 150 juta. Selasa siang, dia terlihat masih terpukul mengamati sisa-sisa plaza yang terbakar dari trotoar seberang Jalan Agus Salim. Menurut Arif, ini adalah kebakaran pertama yang melanda gedung tiga lantai itu. Sebelumnya ada insiden kecil, seperti tabung elpiji merembes, tidak sampai kebakaran besar.
Baca juga:PSBB Malang dan Kisah Karantina Kota di Masa Lalu
Sejarah
Saat dibangun tahun 1985, Malang Plaza terbilang cukup besar sehingga disebut mal. Mal ini merupakan bangunan satu kompleks, dengan sejumlah penjual dalam satu atap, serta dilengkapi bioskop. Bisa dibilang Bioskop 21 awal ada di situ.
Di masa kolonial, sebenarnya sudah ada kompleks pertokoan sejenis di Malang. Posisinya di depan gedung PLN di Jalan Basuki Rahmat, sampai ke barat. Sekarang petak-petak itu masih ada. ”Bukan pasar, tetapi kompleks pertokoan,” kata Dwi Cahyono, sejarawan asal Kota Malang.
Kalau dilihat per toko, dulu Malang Plaza paling ramai dibandingkan yang lain. Namun, saat ini, Malang Plaza kalah ramai sama pusat perbelanjaan lain dan bisnis daring.
Menurut Dwi, Sarinah berdiri lebih awal dibanding Malang Plaza, hanya saja tanpa mengenakan sebutan mal atau plaza. Sarinah dibangun tahun 1970-an. ”Setelah Malang Plaza, Gajahmada Plaza, Mitra Plaza, lalu muncul sebutan plaza-plaza lainnya. Malang Plaza dan plaza lainnya itu merupakan rintisan awal, mulai dari plaza, toserba, lalu mal,” katanya.
Kehadiran Malang Plaza, menurut Dwi Cahyono, cukup fenomenal karena ada pertokoan dengan bioskop di dalamnya. ”Malang termasuk berani saat itu (menghadirkan mal) karena saat itu Malang belum sangat ramai. Malang baru betul-betul ramai pertengahan 1990-an. Toko modern besar saya kira, ya, Malang Plaza. Dia yang mengawali, dari awal sudah dikonsep bergensi untuk orang-orang modern. Dia jadi petanda toko modern jenis mal,” katanya.
Malang Plaza, bagaimanapun, menempati ruang khusus di hati warga Malang. Sejuta kenangan indah ada di sana. Dan, kali ini, kenangan itu berganti dukacita. Semoga kita semua bisa memetik hikmahnya.