Tidak ada ujian yang lebih berat daripada orangtua yang harus kehilangan anaknya. Doa untuk Gubernur Jabar Ridwan Kamil terus dilayangkan pascakepergian anaknya, Emmeril Kahn Mumtadz.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·4 menit baca
Delapan hari setelah dilaporkan hilang di Sungai Aare, Swiss, Emmeril Kahn Mumtadz (23) dinyatakan meninggal dunia, Kamis (2/6/2022). Jutaan orang di dunia nyata hingga maya ikut merasakan air mata dan kebesaran hati Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan istrinya, Atalia Praratya, melepas kepergian anak sulungnya itu.
Shalat Jumat di Masjid Raya Bandung baru saja usai, Jumat (3/6/2022) siang. Namun, hal itu tidak membuat lebih kurang 5.000 jemaah meninggalkan barisan.
Takbir memanggil mereka untuk kembali berdiri. Ajakan menunaikan shalat Gaib untuk Emmeril atau akrab disapa Eril disambut khusyuk. Tangan jemaah menengadah saat imam membacakan doa.
Sebagian mengatakan tidak mengenal Eril langsung. Namun, rasa kemanusiaan dan solidaritas menuntun jemaah mengantarkan doa terbaik agar Eril diterima di sisi Ilahi. ”Saya tidak mengenal almarhum, tapi merasakan kesedihan keluarga Bapak Gubernur. Siapa tidak sedih kehilangan orang yang disayangi,” ujar Ari Kurniawan (37), warga Bandung.
Andi Kurniawan (30), jemaah lain, juga enggan pergi begitu saja. Dia menyempatkan diri ikut shalat Gaib untuk Eril. Belum pernah bertemu dengan almarhum, dia mendapat banyak pelajaran dari tragedi di Swiss itu.
Menurut dia, kisah pencarian Eril membuka mata banyak hal baik yang bisa dilakukan orang Indonesia. Dari media sosial dan media massa, dia merasakan ketabahan orangtua yang kehilangan anak hingga solidaritas berbagai pihak mencari Eril.
”Almarhum meninggalkan banyak jejak baik. Semoga semuanya ikut memberi tempat terbaik,” katanya.
Doa bersama tidak hanya digelar di Masjid Raya. Berbagai masjid di Jabar, dari Bandung hingga Cirebon melakukan hal serupa menyambut ajakan Majelis Ulama Indonesia Jabar untuk mendoakan Eril.
Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengajak umat Muslim di Jakarta mendirikan shalat Gaib seusai shalat Jumat bagi Eril. ”Tak ada ujian yang lebih berat daripada orangtua yang harus kehilangan anaknya,” ujar Anies melalui akun Instagram, @aniesbaswedan. Unggahannya direspons lebih dari 300.000 pengguna.
Melepas Eril
Seminggu terakhir, tepian Sungai Aare di Bern, Swiss, menyita banyak perhatian publik, baik dalam dan luar negeri. Kamis pekan lalu, Eril dilaporkan hilang karena terseret arus saat berenang di sungai yang berhulu di Pegunungan Alpen itu.
Pencarian oleh otoritas keamanan dan SAR setempat langsung dilakukan. Siang hingga jelang malam, perahu menyisir sungai. Drone permukaan dan pendeteksi panas tubuh diterbangkan. Diaspora Indonesia di Swiss hingga Jerman ikut membantu mencari. Ada banyak cinta diapungkan di sana.
Ridwan Kamil atau disapa Emil juga tidak berhenti berharap. Bersama Atalia, dia ikut mencari. Mereka menyusuri bantaran sungai hingga menceburkan diri di tepi Aare. Suhu air hingga 13 derajat celcius tidak mampu membendung kerinduan orangtua pada anaknya.
”Keluarga adalah yang segalanya,” kata Emil dalam berbagai kesempatan. Di Swiss, Emil membuktikannya meski jelas tidak mudah menjalaninya.
Doa dari berbagai kalangan lintas agama di Tanah air hingga mancanegara juga ikut menyertai pencarian itu. Presiden Joko Widodo hingga pengamen jalanan di Bandung berharap kabar terbaik dari Sungai Aare.
Akan tetapi, Eril belum juga ditemukan. Arus deras, pantulan cahaya di air, pusaran di dasar sungai, hingga suhu dingin, menyulitkan pencarian. Hingga akhirnya, keluarga melepas kepergian Eril.
”Mamah pulang dulu ke Indonesia. Di sini, di Sungai Aare yang luar biasa indah dan cantik ini, mamah lepaskan kamu, untuk kita bertemu lagi, cepat atau lambat. Seperti yang Pak Wali Kota (Bern) sampaikan, ’The city of Bern will forever be deeply connected to us’ …”. Doa terbaik mamah dalam setiap helaan nafas,” ujar Atalia, yang kerap disapa Bu Cinta, di akun Instagram @ataliapr, Kamis.
Jagat maya sontak berduka. Hingga Jumat sore, unggahan itu disukai, 4,2 juta pengguna dengan ratusan ribu komentar penuh simpati.
Menariknya, semua perhatian itu melengkapi banyak hal baik yang diperjuangkan Eril di Jabar Bergerak Zillenial, organisasi anak muda di bidang kemanusiaan dan pendidikan, sejak Mei 2020.
Warganet bersama-sama membangun empati untuk Eril dan keluarga besarnya. Banyak dari mereka menepis kabar-kabar bohong, mengkritik ramalan tidak berdasar, hingga memunculkan ajakan cakap literasi digital menyikapi kejadian ini.
Butuh waktu
Meski dinyatakan meninggal, pencarian jenazah Eril tetap dilakukan. Jumat, adik Emil, Elpi Nazmuzzaman, menjadi perwakilan keluarga di Swiss melanjutkan pencarian.
”Metode pencarian sudah fokus untuk mencari Eril dalam keadaan yang bisa dinyatakan sebagai syahid akhirat (meninggal dunia) dalam pandangan kami,” paparnya.
Sembari menunggu kabar dari Swiss, Emil dan keluarga pulang ke Bandung dan dijadwalkan tiba pada Sabtu (4/6/2022). Kepala Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Jabar Wahyu Mijaya mengatakan, pada Sabtu dan Minggu, Emil akan melakukan pengajian keluarga sebelum beraktivitas pada Senin (5/6/2022).
”Kami mohon pengertian rekan-rekan media dan juga dari masyarakat secara umum untuk memberikan waktu kepada Gubernur,” ujarnya.
Waktu menjadi hal berharga yang paling dibutuhkan Emil dan keluarga saat ini. Seperti kata penulis Jay Neugeboren, penulis asal New York, Amerika Serikat, sama seperti tempat Eril dilahirkan, dalam novel An Orphan’s Tale. ”Tidak ada kata untuk orangtua yang kehilangan anak. Sebegitu dahsyatnya kehilangan itu …,”