SMA di Surakarta Diminta Selektif Lakukan Kegiatan Luar Sekolah
Kegiatan luar sekolah rawan memicu penularan baru Covid-19 di Kota Surakarta. Kegiatan-kegiatan itu sebaiknya ditiadakan terlebih dahulu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Semua SMA di Kota Surakarta, Jawa Tengah, diminta selektif menentukan kegiatan ekstrakurikuler siswa di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan yang diadakan di luar sekolah hendaknya ditiadakan terlebih dahulu. Imbauan itu disampaikan untuk menyikapi kluster munculnya penularan Covid-19 di SMA Warga, Surakarta.
”Hindari dulu kegiatan-kegiatan (yang diadakan di luar sekolah) seperti itu. Jadi, sekolah diharapkan sangat selektif,” kata Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Tengah Wilayah VII (Surakarta dan Sukoharjo) Suratno, saat dihubungi, Jumat (28/1/2022).
Suratno menjelaskan, aktivitas di luar sekolah dikhawatirkan berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19, seperti yang terjadi di SMA Warga. Kluster dari sekolah tersebut berawal dari seorang guru yang mengalami gejala berupa demam dan batuk.
Gejala tersebut dialami setelah guru itu mengantarkan sejumlah muridnya mengambil video di Boyolali untuk mengikuti sebuah lomba. Hingga Jumat sore, total terdapat 21 kasus positif dari kluster tersebut.
Berkaca dari pengalaman itu, lanjut Suratno, pihaknya akan meminta sekolah melapor jika akan mengadakan kegiata ekstra di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut harus dibatasi pesertanya. Pengawasannya juga harus ketat guna memastikan potensi penularan Covid-19 bisa diminimalkan.
”Karena situasi pandemi Covid-19, nanti akan kami minta sekolah melapor kepada kami kalau, misalnya, ada kegiatan-kegiatan yang di luar sekolah,” kata Suratno.
Suratno juga berpesan supaya sekolah memusatkan perhatian untuk aktivitas-aktivitas yang berada di dalam lingkungan sekolah terlebih dahulu. Pembelajaran tatap muka yang berlangsung perlu terus dikaji pelaksanaannya. Harus dipastikan sepenuhnya bahwa protokol kesehatan diterapkan secara ketat.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih mengatakan, kewaspadaan potensi penularan Covid-19 di sekolah perlu terus ditingkatkan. Evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran tatap muka harus dilakukan. Selama protokol kesehatan diterapkan ketat, pihaknya meyakini penularan Covid-19 bisa dicegah.
”Saya mohon untuk evaluasi terhadap protokol kesehatan. Sebetulnya, pembelajaran tatap muka tidak masalah asal protokol kesehatan berjalan baik. Justru di sekolah itu aman karena terpantau oleh guru-gurunya,” kata Wahyuningsih.
Adanya temuan kasus di sekolah, kata Wahyuningsih, turut mendorongnya untuk segera mengadakan surveilans pembelajaran tatap muka. Itu menjadi bentuk perlindungan juga terhadap siswa. Sebab, langkah tersebut menjadi upaya deteksi dini atas penularan yang terjadi di lingkungan sekolah. Waktu pelaksanaannya masih dalam pembahasan.
Sementara itu, Kepala SMA Warga Purwoto mengungkapkan, penelusuran kontak erat masih terus berlanjut. Kamis (27/1/2022), terdapat sembilan kasus tambahan dari 225 orang kontak erat kasus sebelumnya. Untuk itu, kontak erat dari sembilan kasus tersebut dites reaksi berantai polimerase (PCR) guna mengetahui apakah terjadi perluasan penularan.
”Penelusuran kontak erat dilanjutkan. Hari ini ada 120 orang yang dites PCR. Mereka merupakan kontak erat dari sembilan kasus tambahan,” kata Purwoto.
Selain itu, Purwoto mengungkapkan, kondisi warga sekolah yang tertular Covid-19 sejauh ini cukup baik. Sebab, sebagian besar kasus positif termasuk pasien tak bergejala. Mereka lebih banyak yang menjalankan isolasi mandiri. Hanya kasus awal yang dirawat di rumah sakit karena sempat menunjukkan gejala berupa demam dan batuk.
”Semua warga sekolah juga sudah divaksinasi sebanyak dua kali. Harapannya, kondisinya bisa cepat membaik,” kata Purwoto.