Banjir Bandang Melanda Sepuluh Kecamatan di NTB, Korban Jiwa Bertambah
Sebanyak 45 kelurahan dan desa yang tersebar di 10 kecamatan di Nusa Tenggara Barat dilanda banjir. Lebih dari 10.000 keluarga terdampak dan 5 warga meninggal.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Dampak banjir bandang di Lombok Barat dan Bima, Nusa Tenggara Barat, meluas. Kini, sedikitnya 10.701 rumah tangga di 45 kelurahan yang ada di 10 kecamatan terdampak. Tercatat 5 warga meninggal akibat kejadian ini.
Lombok Barat dan Kota Bima merupakan wilayah terdampak terbesar bencana di NTB, Senin (6/12/2021). Banjir juga dilaporkan terjadi di Lombok Utara, Lombok Timur, dan Lombok Tengah.
Hingga Selasa (7/12/2021), lima korban tewas berasal dari Dusun Batulayar Utara, Desa Batulayar Barat, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat. Sebanyak 4 korban ditemukan pada Senin atau beberapa jam setelah kejadian banjir bandang pada Senin pagi sekitar pukul 08.00 Wita.
Sementara 1 orang lagi ditemukan oleh tim gabungan pada Selasa sore. Korban bernama Haji Suri itu langsung dimakamkan oleh pihak keluarga. ”Beliau ditemukan sekitar pukul 15.00. Ia tertimbun sekitar 50 meter dari tempat tinggalnya,” kata Kepala Kantor SAR Mataram Nanang Sigit.
Selain korban meninggal, menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, sebanyak 9 warga juga luka-luka. Sebanyak 8 warga Lombok Barat, sedangkan 1 orang ada di Kota Bima.
Total warga terdampak banjir di kedua wilayah tersebut hingga Selasa sore mencapai 10.701 keluarga. Mereka tersebar di 45 kelurahan atau desa di 9 kecamatan. Sebanyak 25 kelurahan atau desa berada di Lombok Barat dan 20 kelurahan di Kota Bima.
Selain korban jiwa dan korban luka, banjir di Lombok Barat menyebabkan 455 unit rumah dan 1 unit fasilitas ibadah rusak, serta 3 jembatan putus. Sementara di Kota Bima, banjir menyebabkan 1 puskesmas pembantu rusak, 2 jembatan putus, dan 4 hektar lahan pertanian tergenang.
”Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem berupa angin kencang dan hujan lebat yang berpotensi menyebabkan terjadinya banjir, tanah longsor, dan puting beliung,” kata Kepala Pelaksana BPBD NTB Sahdan.
Hingga Selasa sore, banjir telah surut hampir di seluruh wilayah terdampak. Di Gunungsari, Lombok Barat, warga membersihkan rumah dan sebagian telah beraktivitas kembali. Sementara di kawasan pesisir di Batulayar, sejumlah titik masih tergenang banjir karena air tidak bisa masuk ke laut akibat sedang berlangsung banjir rob.
Warga juga masih ada yang mengungsi. Data Korps Sukarela (KSR)-PMI Universitas Mataram, di Gunungsari dan Batulayar, tercatat 10 titik pengungsian dengan total lebih dari 1.000 jiwa. Kebutuhan pengungsi saat ini seperti makanan siap saji, pakaian, selimut, keperluan bayi dan anak balita, pakaian dalam, dan obat-obatan.
Dapur umum dari TNI-Polri dan dinas terkait juga sudah dibangun di sejumlah titik. Mereka mendistribusikan kebutuhan logistik bagi warga yang mengungsi dan terdampak.
Bantuan juga terpantau terus berdatangan, baik dari pemerintah daerah, perseorangan, lembaga, komunitas, maupun kelompok tertentu. Supiati (40), misalnya, membawa beras untuk warga korban banjir bandang di Batulayar. ”Saya berharap bantuan ini bisa meringankan beban para korban,” kata Supiati.
Komunitas Runjani atau komunitas bagi pehobi lari di Lombok juga membuka donasi berupa uang dan barang untuk penyintas bencana alam di Lombok. Dewi Ekawati, salah satu anggota Runjani, mengatakan, sejak Senin malam, mereka sudah langsung mendistribusikan berbagai bantuan seperti makan siap saji, air minum, baju layak pakai, dan selimut.
Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah saat berkunjung ke Dusun Batulayar mengatakan, semua desa yang ada di NTB harus siap menerapkan program unggulan NTB Gemilang, yaitu Desa Tangguh Bencana atau Destana.
”Maksud dari Desa Tangguh Bencana, yaitu menyadari potensi bencana yang ada di sekitarnya sehingga siap—siap, tahu apa yang harus dilakukan. Ini harus skala desa dan ini yang sedang kita perjuangkan sekarang,” kata Rohmi.