Penumpang Diduga Gunakan Surat PCR Negatif Palsu untuk Masuk Kalbar
Diduga sejumlah penumpang pesawat menggunakan surat keterangan hasil tes usap PCR negatif palsu untuk masuk ke Kalimantan Barat. Hal tersebut berkontribusi pada penambahan kasus Covid-19 di Kalbar.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sejumlah penumpang pesawat diduga masuk ke Kalimantan Barat menggunakan surat keterangan hasil tes usap PCR negatif palsu. Penggunaan surat palsu itu turut berkontribusi pada penambahan kasus konfirmasi Covid-19 di Kalbar.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Barat Harisson, Senin (17/5/2021), menuturkan, dalam sebulan terakhir terjadi kenaikan kasus Covid-19 di Kalbar. Salah satu yang menjadi masalah setelah diobservasi adalah masuknya kasus-kasus konfirmasi Covid-19 dari luar ke Kalbar terutama dari bandara.
”Ada beberapa kasus konfirmasi Covid-19 yang ternyata menggunakan surat keterangan negatif tes usap (PCR) palsu untuk masuk ke Kalbar,” ungkap Harisson.
Pihaknya mendapatkan konfirmasi adanya surat palsu itu setelah salah satu laboratorium klinik mengirim surat kepada Dinkes Provinsi Kalbar. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa ada dugaan pemalsuan surat keterangan hasil pemeriksaan PCR yang mengatasnamakan salah satu laboratorium klinik di Jakarta.
”Tampaknya ada beberapa penumpang yang sebenarnya dia positif Covid-19, tetapi menggunakan surat keterangan PCR palsu. Seperti yang diketahui jika ingin masuk ke Kalbar wajib menunjukkan hasil tes PCR negatif. Hal tersebut dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” ungkap Harisson.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Kalbar Komisaris Besar Donny Charles Go menuturkan, Polda Kalbar telah mengerahkan personel untuk mengecek kebenaran terkait adanya pemalsuan surat PCR. ”Prosedur pengecekannya agak panjang, termasuk harus melihat sampel,” kata Donny.
Hingga saat ini, 17 Mei, kasus Covid-19 di Kalbar, berdasarkan data Dinkes Provinsi Kalbar, secara kumulatif terdapat 9.352 kasus konfirmasi Covid-19. Sebanyak 8.559 orang (91,52 persen) di antaranya sudah sembuh dan 71 orang (0,75 persen) meninggal.
Harisson menuturkan saat ini kluster Covid-19 didominasi oleh kluster keluarga. Kluster itu muncul diawali oleh kluster perkantoran yang tidak melakukan protokol kesehatan dengan baik. Dari kantor, pasien menularkan Covid-19 ke rumah sehingga menjadi kluster keluarga.
Sekarang kembali pada kesadaran masyarakat. —Agus Fitriangga
Kabupaten/kota juga tetap diminta mengirim sampel tes usap ke provinsi sebagai upaya pelacakan. Sampel diambil dari hasil pelacakan, salah satunya razia di tempat-tempat umum. Pihaknya telah menulis surat ke rumah sakit swasta ataupun milik pemerintah untuk menambah kapasitas tempat tidur guna penanganan kasus Covid-19 yang lebih baik.
Kepala Departemen Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak Agus Fitriangga, menuturkan, selama ini upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kalbar untuk mengendalikan kasus sudah maksimal. Sekarang kembali pada kesadaran masyarakat.
Agus beberapa kali mengingatkan tentang perlunya konsolidasi di lapisan masyarakat hingga ke tingkat RT/RW guna melakukan pemantauan masyarakat. Dengan demikian, apabila ada masyarakat yang mengalami gejala Covid-19 segera melapor kepada ketua RT/RW sehingga terpantau. Kemudian RT/RW melaporkan kepada puskesmas untuk proses penapisan.
”Koordinasi lintas sektor ini yang sepertinya mudah diucapkan. Namun, sulit dilakukan. Ini diperlukan komitmen semua pihak,” kata Agus.