Banjir di Kolaka Utara Meluas, Ratusan Warga Desa Batu Ganda Terisolir
Setelah menerjang satu dusun, banjir kembali merendam sejumlah wilayah di Kolaka Utara, Sultra. Kondisi ratusan warga di empat dusun di Desa Batu Ganda belum diketahui karena terputusnya akses transportasi.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Dampak banjir bandang di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, terus meluas. Setelah sebelumnya hanya menerjang satu dusun, banjir bandang merendam empat desa lainnya. Satu desa bahkan masih terisolir dan nasib ratusan warga belum diketahui.
Banjir mulai terjadi di sejumlah di wilayah Kolaka Utara pada Kamis (17/12/2020) sekitar pukul 21.00 Wita. Sungai Batu Ganda, yang merupakan sungai utama di wilayah ini, meluap cepat dan merendam empat desa dan satu kelurahan di Kecamatan Lasusua.
”Sekitar pukul 21.00, air sudah naik ke permukiman. Itu kondisinya tidak hujan, cuma gerimis. Warga lalu mencari tempat tinggi untuk menyelamatkan diri,” kata Budi, warga Kelurahan Lasusua, Jumat (18/12/2020), dihubungi dari Kendari.
Menurut Budi, air limpasan sungai itu dengan cepat merendam rumah-rumah warga. Ketinggian air mencapai sekitar 1,2 meter. Warga berlarian mencari tempat aman di ketinggian, seiring air yang terus meninggi.
Akan tetapi, tambahnya, tidak semua orang bisa keluar dari luapan air. Sebagian akses terisolir akibat bencana ini. Banjir juga membawa potongan kayu berukuran besar yang menutupi sebagian jalan.
”Banjirnya sekitar 4 jam sudah surut lagi. Cuma itu tadi, masih ada daerah yang terisolir dan belum diketahui kondisinya,” ucapnya.
Daerah yang terisolir adalah empat dusun di Desa Batu Ganda. Keempat dusun itu adalah Dusun 4 Tobau dengan rincian 140 rumah tangga, Dusun 3 Tengkasalu (60 rumah tangga), Dusun 6 Larodangge (90 rumah tangga), dan Dusun Tompobulu (55 rumah tangga).
Sekretaris Desa Batu Ganda Syahrir menyampaikan, pihaknya masih berupaya mencari tahu kondisi warga di daerah tersebut. Hanya saja, akses jalan menuju desa terputus dan jaringan telekomunikasi tidak tersedia.
”Belum ada komunikasi dengan warga di empat dusun itu. Kami masih cari tahu dan mencari cara agar bisa masuk ke sana. Satu-satunya akses terputus dihantam banjir,” ujarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kolaka Utara Syamsuarni menuturkan, berdasarkan pendataan sementara, banjir menyebabkan lima rumah rusak sedang dan satu mobil terbawa arus. Satu jembatan gantung juga diinfokan hanyut terbawa banjir.
Sementara itu, untuk jumlah warga terdampak, pihaknya masih melakukan pendataan, baik jumlah dan kondisinya. Selain itu, pengecekan juga saat ini terus diupayakan untuk warga terisolir. Namun, hal itu terhambat karena sejumlah akses yang terputus.
Syamsuarni menjelaskan, pada Kamis malam, debit tinggi Sungai Batu Ganda membawa limpasan air ke permukiman warga. Tidak hanya satu sungai, sungai di Kecamatan Rante Angin juga naik dan merendam permukiman warga.
”Jadi, tadi malam itu ada dua kejadian. Yang pertama di Rante Angin, lalu sekitar satu jam setelahnya di sekitar Sungai Batu Ganda juga meluap. Belum ada korban jiwa yang terdata sampai Jumat pagi,” tuturnya.
Saat ini, ia menambahkan, pihaknya fokus mendata warga terdampak dan daerah terisolir. Petugas dari BPBD Kolaka Utara dan sejumlah instansi terkait evakuasi dan pemulihan warga terdampak banjir.
Sebelumnya, banjir bandang dari lupan Sungai Latawaro menerjang Dusun IV, Desa Latawaro, Lambai, Kolaka Utara, Kamis (17/12) dini hari. Sebanyak tiga rumah warga terendam dan satu jembatan tidak bisa dilalui karena ada bagian jembatan yang hanyut akibat terjangan air.
Kepala Polsek Rante Angin Inspektur Dua Agustian Rante Parabang menyampaikan, selain merendam rumah dan perkebunan, banjir memang memutuskan akses jembatan sehingga tidak bisa dilalui. Pihaknya bersama warga membuat jembatan darurat agar sementara bisa dilalui kendaraan roda dua.
Selain itu, ia melanjutkan, bronjong penahan air yang baru selesai dibangun juga rusak parah terkena terjangan air. Bronjong tersebut diketahui baru selesai dikerjakan dengan anggaran ratusan juta.
Selain hujan deras, Agustian berpendapat, aktivitas manusia di bagian hulu menyebabkan banjir turut membawa batang dan ranting pohon. Hal tersebut berdampak pada meluapnya air sungai dan menyebabkan banjir bercampur lumpur.