Ribuan Titik Panas Sudah Muncul di Kalimantan Barat
Ribuan titik panas sudah muncul di sejumlah wilayah di Kalimantan Barat beberapa hari terakhir. Pemadaman kebakaran lahan gambut dari udara mulai dilakukan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Ribuan titik panas sudah muncul di sejumlah wilayah di Kalimantan Barat, beberapa hari terakhir. Pemadaman kebakaran lahan gambut dari udara mulai dilakukan.
Sebaran titik panas berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang diinformasikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Supadio Pontianak, berdasarkan pantauan Sabtu (8/8/2020) pukul 07.00 hingga Minggu (9/8/2020) pukul 07.00, di Kalimantan Barat terdapat 3.093 titik panas.
Titik panas tersebar di Kabupaten Sambas (22), Mempawah (49), Sanggau (1.521), Ketapang (133), Sintang (59), dan Kapuas Hulu (20). Selain itu, di Kabupaten Bengkayang (260), Sekadau (70), Melawi (12), dan Kubu Raya (16).
Kebakaran lahan gambut sudah terjadi di Kabupaten Ketapang pada Minggu (9/8/2020) dan langsung dipadamkan dari udara. (Lumano)
Sementara itu, berdasarkan pantauan sejak Minggu (9/8/2020) pukul 07.00 hingga Senin (10/8/2020) pukul 07.00, terdapat 5.406 titik panas di Kalbar. Titik panas tersebar di Kabupaten Mempawah (24), Sanggau (2.397), Ketapang (345), Sintang (126), Kapuas Hulu (84), dan Bengkayang (924). Selain itu, di Kabupaten Landak (1.289), Sekadau (148), Kayong Utara (9), Melawi (44), dan Kubu Raya (16).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalbar CH Lumano, seusai Rapat Koordinasi Peningkatan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Karhutla, Senin (10/8/2020), menuturkan, dari titik panas tersebut memang sudah ada lahan yang terbakar. ”Kebakaran lahan gambut sudah terjadi di Kabupaten Ketapang pada Minggu (9/8/2020) dan langsung dipadamkan dari udara,” ujar Lumano.
Lahan gambut tersebut terletak di hutan yang berada di dua lokasi. Kebakaran di lahan gambut itu sejauh ini belum diketahui motifnya apakah dibakar atau terbakar karena saat tim ke lokasi benar-benar kosong. ”Saya belum menanyakan lebih lanjut kepada tim di lapangan berapa luas lahan gambut yang terbakar itu,” ujarnya.
Dengan munculnya titik panas tersebut, tim gabungan mulai meningkatkan kesiapsiagaan. Tim gabungan saling bertukar informasi jika ada wilayah yang memerlukan pemadaman dari udara.
Sampai kini sudah ada satu helikopter di Kalbar untuk pemadaman dari udara yang bisa dipergunakan. Dua helikopter pemadam lagi dijadwalkan tiba di Kalbar pada Selasa (11/8/2020) sehingga total akan ada tiga helikopter.
”Untuk selanjutnya melihat perkembangan situasi. Bisa saja helikopter ditambah seperti tahun lalu yang totalnya ada sembilan helikopter,” kata Lumano.
Kesiapsiagaan daerah
Sekretaris Daerah Provinsi Kalbar AL Leysandri menuturkan, BPBD sudah diinstruksikan untuk terus berpatroli. Selain itu mengedukasi masyarakat yang akan membuka lahan gambut agar tidak menimbulkan kebakaran.
Sejumlah pertemuan juga telah digelar beberapa kali untuk mengantisipasi kebakaran lahan. Bahkan, pada 12 Juli Kalbar telah menetapkan status siaga darurat bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan.
”Pemerintah juga telah membentuk desa tangguh bencana, misalnya di Desa Sungai Malaya dan Sungai Asam, Kubu Raya,” kata Leysandri.
Pemerintah juga melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap 157 perusahaan kehutanan dan perkebunan yang mendapat sanksi. Selain itu, pemantauan terhadap 20 perusahaan kehutanan dan perkebunan yang mendapat sanksi administratif serta sanksi pidana yang diproses Kepolisian Daerah Kalbar dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Deputi Bidang Koordinasi Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Dody Usodo menuturkan, Kalbar salah satu wilayah rutin dilanda kebakaran lahan. Lebih dari 95 persen penyebab kebakaran adalah ulah manusia.
”Puncak musim kemarau di Kalimantan diperkirakan Agustus-September. Kemarau tahun ini diperkirakan lebih basah,” ujarnya.
Berdampak
Terdapat 14 kabupaten/kota di Kalbar yang rawan kebakaran hutan dan lahan. Kabut asap akibat kebakaran lahan selama ini bisa berdampak pada berbagai aspek, antara lain kesehatan, yakni infeksi saluran pernapasan akut. Di bidang sosial bisa mengakibatkan kegiatan pendidikan dan pelayanan pemerintah terganggu dan di sektor ekonomi bisa mengakibatkan mata pencarian masyarakat dan penerbangan terganggu.
Terkait penanganan kebakaran hutan dan lahan, Presiden Joko Widodo telah menggelar rapat terbatas 23 Juni. Dalam arahannya, Presiden meminta agar pemangku kebijakan melakukan manajeman laporan yang terkoordinasi dan penggunaan teknologi serta pemantauan dan pengawasan.
Selain itu, jangan sampai api membesar. Penegakan hukum harus tegas dan tanpa pandang bulu bagi pembakar hutan dan lahan. Pencegahan kebakaran di lahan gambut di antaranya dengan penataan ekosistem secara konsisten.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Kalbar pada 2018 terdapat 11.993 titik panas dan pada 2019 sebanyak 26.325 titik panas di Kalbar. Pada 2018 mengerahkan 11 helikopter dan 9 helikopter (2019) untuk menangani kebakaran lahan.
Selain itu, 47,83 juta liter air digunakan memadamkan api dari udara pada 2018 dan 62,97 juta liter pada 2019. Modifikasi cuaca pada 2018 menggunakan 31.100 kg garam yang disemai di awan potensial dan pada 2019 sebanyak 43.000 kg. Luas lahan terbakar 2018 seluas 68.313 hektar dan pada 2019 seluas 150.070 hektar.