Sejumlah petani di Jawa Tengah yang sawahnya terdampak banjir berharap bantuan bibit dan pupuk dari pemerintah. Hal itu untuk menekan biaya menanam ulang karena sebagian sawah puso.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Sejumlah petani di Jawa Tengah yang sawahnya terdampak banjir berharap bantuan bibit dan pupuk dari pemerintah. Hal itu untuk menekan biaya menanam ulang karena sebagian sawah puso.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, sejak Desember 2019 hingga pertengahan Januari 2020, terdapat 5.722 hektar sawah terendam banjir di 12 kabupaten. Dari jumlah itu, 154 hektar di antaranya puso.
Kepala Dusun Gobang, Desa Trimulyo, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Rofik (36), Jumat (17/1/2020), mengatakan, di wilayahnya, terdapat 10 hektar lahan padi. ”Separuhnya puso, sementara sisanya bisa dipanen meski tak optimal,” ujarnya.
Pada Kamis (9/1), Desa Trimulyo dihantam banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Tuntang. Lebih dari 2.500 jiwa terdampak. Begitu juga rumah, sekolah, dan lahan pertanian. Menurut Rofik, air sudah surut, tetapi masih terdapat lumpur sisa banjir setinggi 40 sentimeter (cm) di pekarangan rumah.
Rofik menuturkan, dari sekitar 2,5 hektar lahan yang digarapnya, nyaris seluruhnya terendam. ”Memang masih bisa diselamatkan. Namun, akan memengaruhi panen. Misalnya, dari seharusnya 10 karung, hanya dapat 1-2 karung. Kami harap bantuan pupuk dan bibit,” ujarnya.
Petani lainnya, Rustam (45), menuturkan, dari sekitar 1.500 meter persegi lahan yang digarapnya, seluruhnya terendam banjir. ”Untungnya tanaman sudah tinggi. Sebulan lagi panen. Namun, kami khawatir hasilnya juga kurang bagus. Mudah-mudahan ada bantuan agar tidak begitu rugi,” ujar Rustam.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Suryo Banendro menuturkan, pihaknya menyiapkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sebagai antisipasi bencana. Untuk 2020, anggaran dari APBD Jateng ditujukan untuk 35.000 hektar, sedangkan dari APBN 200.000 hektar.
”Selain kami tangani dengan penyuluhan, asuransi tani padi ini bisa dimanfaatkan. AUTP ditujukan untuk lahan puso. Kalau tergenang, tetapi tidak keseluruhan, masih ada kemungkinan tumbuh. Sejauh ini, ada 154 hektar yang diajukan karena puso,” ucapnya.
Adapun AUTP diberikan kepada para petani yang sudah terdaftar melalui kelompok-kelompok tani resmi yang terdaftar di Kementerian Pertanian. Sebelum dicairkan, lahan yang dilaporkan akan dicek apakah benar puso atau tidak. Proses klaim paling lama tiga bulan.
Suryo menjelaskan, selain AUTP, pihaknya juga menyediakan peralatan, seperti traktor, alat tanam mesin, dan pompa, untuk dipinjam secara gratis. ”Untuk penyediaan benih, penganggaran dari kabupaten. Ini untuk percepatan tanam kembali,” katanya.
Ia menambahkan, lantaran puncak musim hujan diperkirakan jatuh pada Februari, sejumlah antisipasi dilakukan. Di antaranya dengan sosialisasi, pemberian peringatan kondisi cuaca, serta koordinasi dengan berbagai instansi terkait.