”Jakarta Menyala” atau ”Jakarta Baru Jakarta Maju”, Utamanya Bukan Jargon
Publik ingin slogan calon gubernur dan wakilnya mewujud dalam program kerja. Slogan tersebut bukan sekadar jargon.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pramono Anung-Rano Karno mengusung slogan ”Jakarta Menyala”, sedangkan Ridwan Kamil-Suswono menghadirkan slogan ”Jakarta Baru Jakarta Maju” dalam Pilkada Jakarta 2024. Publik meminta slogan untuk meraih dukungan dalam Pilkada Jakarta 2024 ini hendaknya mewujud dalam program kerja. Bukan sekadar jargon atau pepesan kosong.
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Pramono-Rano, akan mengusung slogan ”Jakarta Menyala”. Slogan ini berarti keduanya hendak menampilkan hal-hal yang lebih ringan atau tidak mengerutkan kening warga Jakarta.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Pramono menyampaikan tentang slogan itu saat berkunjung ke Redaksi Harian Kompas/Kompas.id di Menara Kompas, Jakarta, Sabtu (31/8/2024). Pasangan Pramono-Rano sudah mulai berkeliling dengan membawa tema atau gagasan yang menampilkan hal-hal lebih ringan. Sebaliknya, bukan hal-hal yang membuat kening warga Jakarta berkerut.
”Saya dan Bang Doel (Rano) ingin membuat orang happy (senang) sehingga bersepakat bahwa tagline kami sederhana saja. Kami bikin Jakarta lebih menyala, Jakarta Menyala,” ucapnya.
Jakarta Menyala, lanjut Pramono, berarti Jakarta yang lebih bersemangat dan bergairah karena dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta, kota ini akan menjadi pusat perekonomian nasional dan sebagai kota global.
Pramono yakin bisa menangani kompleksnya permasalahan Jakarta. Sebab, sebagai Sekretaris Kabinet, ia tahu dan terlibat dalam berbagai pembahasan tentang Jakarta, misal, penyusunan UU Daerah Khusus Jakarta, proyek LRT, MRT, dan pengendalian banjir.
”Jadi, saya bersyukur dan saya yakin, mampu dan tahu persoalan di Jakarta walaupun saya tidak pernah ada di permukaan untuk terlibat langsung. Tetapi, sewaktu-waktu menyangkut pembicaraan Jakarta saya pasti ada sehingga saya cepat untuk memahami itu,” ucapnya.
Sementara itu, pasangan Ridwan-Suswono mengusung slogan Jakarta Baru Jakarta Maju. Slogan ini dipilih karena pihaknya ingin mengimajinasikan dan mendefinisikan kembali Jakarta setelah tak lagi menjadi ibu kota negara (Kompas, 28/8/2024).
”Kami akan mendefinisikan Jakarta baru ini dengan partisipatif. Semua yang mencintai Jakarta, kami ingin dengar aspirasinya untuk dijadikan sama-sama sebuah rencana cetak biru masa depan Jakarta. Dari Jakarta baru menuju Jakarta maju, kira-kira begitu,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan juga ingin memastikan tak ada lagi anak-anak Jakarta yang belum menerima hak pendidikan, warga merasa sehat, mendapatkan pelayanan cepat, dan harga yang terjangkau, serta akan memajukan jenama dan klub Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta (Persija), termasuk kalangan suporternya yang bernama Jakmania.
Di sisi satunya, publik ingin slogan calon gubernur dan wakil gubernur mewujud dalam program kerja. Slogan tersebut bukan sekadar jargon atau pepesan kosong.
Ketua Forum Warga Kota Jakarta Ary Subagyo Wibowo menekankan, publik saat ini butuh kejelasan program. Tidak hanya jargon semata. ”Harus ada turunan pasti. Tahun pertama bisa atasi banjir di Ciliwung, lalu apa yang dilakukan untuk mengurai kemacetan. Kalau hanya jargon, sama saja bohong,” tuturnya pada Sabtu sore.
Menurut Ary setidaknya calon gubernur dan wakil gubernur harus fokus pada masalah laten, yaitu kemacetan, banjir, dan polusi udara. Bahkan, ada tambahan masalah ketertiban umum karena maraknya kejahatan jalanan.
Perubahan Jakarta menjadi kota global menjadi tantangan yang harus dijawab gubernur DKI Jakarta untuk lima tahun mendatang. Pemerintah DKI Jakarta diyakini bakal menghadapi tantangan untuk menjadi kota global setelah pusat pemerintahan dipindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur.
Direktur Politeknik Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara (STIA LAN) Jakarta Nurliah Nurdin mengatakan, Jakarta akan menghadapi tantangan bertransformasi sebagai kota global, salah satunya terkait dengan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, Jakarta memerlukan pemimpin yang bijak. Dukungan sistem di internal dan komunikasi dengan pemerintah pusat juga harus kuat dan baik sehingga kota global dapat mudah dicapai.
”Komunikasi pemimpin Jakarta dengan pemerintah pusat harus kuat serta harus memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat di Jakarta ini terlibat, istilahnya no one left behind (tidak ada yang ditinggalkan),” kata Nurliah.
Menurut Nurliah, transformasi Jakarta menjadi Daerah Khusus Jakarta perlu memperhatikan masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah ataupun lemah sehingga mereka tidak hanya menjadi penonton dari transformasi tersebut (Kompas.id, 21/6/2024).