Merdeka Belajar Tak Ada Artinya jika Sebatas Program
Dengan menjadi gerakan, Merdeka Belajar diharapkan mencapai transformasi pendidikan yang menyenangkan dan relevan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program Merdeka Belajar yang berjalan dalam lima tahun terakhir menghadirkan berbagai perubahan dalam dunia pendidikan di Tanah Air. Namun, Merdeka Belajar tidak akan ada artinya jika hanya sebagai program pemerintah tanpa dijadikan gerakan yang mentransformasi pendidikan.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, perjalanan Merdeka Belajar berangkat dari keinginan untuk mengembalikan pendidikan Indonesia kepada marwahnya. Murid dan guru harus sama-sama merdeka dalam proses belajar mengajar.
”Saya sepenuhnya optimistis dengan dampak jangka panjang dari semua upaya yang telah kita lakukan dan hal-hal hebat yang akan terjadi jika kita melanjutkan gerakan ini. Dari awal saya sudah bilang, tidak ada artinya kalau Merdeka Belajar hanya menjadi program pemerintah. Program ini harus berubah jadi kebijakan. Dari kebijakan berubah menjadi gerakan,” ujarnya dalam perayaan Hari Pendidikan Nasional, Jumat (3/5/2024), di Indonesia Arena, Jakarta.
Dengan menjadi gerakan, Merdeka Belajar diharapkan mencapai transformasi pendidikan yang menyenangkan dan relevan. Salah satu tujuannya untuk mengoptimalkan capaian pembelajaran siswa.
Merdeka Belajar memiliki sejumlah episode yang membawa perubahan dalam dunia pendidikan. Salah satu perubahannya adalah meniadakan ujian nasional yang diganti dengan asesmen nasional.
Asesmen nasional merupakan program evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memotret kondisi pembelajaran di seluruh satuan pendidikan. Asesmen nasional dilaksanakan dengan menggunakan tiga instrumen utama, yaitu kompetensi minimum literasi dan numerasi, survei karakter, dan survei lingkungan belajar.
Episode lainnya dari Merdeka Belajar adalah Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Adapun PMM merupakan platform edukasi yang menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar.
Dengan menjadi gerakan, Merdeka Belajar diharapkan mencapai transformasi pendidikan yang menyenangkan dan relevan.
Nadiem menuturkan, Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan secara sukarela oleh lebih dari 300.000 satuan pendidikan di seluruh Indonesia. ”Tahun ini akan mulai diimplementasikan secara nasional. Empat juta guru, kepala sekolah, mahasiswa PPG (pendidikan profesi guru), dan dosen sudah memanfaatkan PMM sebagai sarana untuk saling belajar dan berbagi praktik baik,” tuturnya.
Pantauan Kompas di berbagai daerah, pemanfaatan PMM masih menghadapi kendala, terutama di wilayah yang tidak dijangkau sinyal internet. Alhasil, guru harus mengandalkan kreativitasnya dengan membuat bahan pembelajaran secara mandiri.
Merdeka Belajar juga telah melahirkan lebih dari 100.000 guru penggerak. Guru penggerak diharapkan menjadi motor dalam mentransformasi pendidikan.
”Anda harus membawa obor perubahan di setiap daerah dari Sabang sampai Merauke. Tanpa Anda bergerak, tanpa Anda datang ke sekolah di berbagai daerah, tanpa Anda berbicara dengan orangtua dan guru-guru lain, tidak ada artinya itu Merdeka Belajar,” kata Nadiem.
Potensi siswa
Nadiem meyakini, beragam bakat dan potensi siswa yang belajar menggunakan Kurikulum Merdeka akan berkembang dengan optimal. Dengan begitu, mereka diharapkan tumbuh menjadi sumber daya manusia yang andal dengan daya saing global di berbagai bidang.
Anggota Komisi X DPR, Ferdiansyah, mengatakan, pendidikan menjadi kunci kemakmuran masa depan bangsa. Arti pendidikan sesungguhnya bukan sekadar gelar, melainkan bagaimana orang bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk diri sendiri, bangsa, dan negara, serta mampu mengimplementasikan ilmu untuk kemajuan bangsa ke depannya.
”Jadi, hasil dari pendidikan adalah menjadikan kita memiliki pola pikir dan pola tindak yang lebih baik, serta memperhatikan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya (Kompas, 3/5/2024).
Perayaan Hari Pendidikan Nasional 2024 dihadiri lebih dari 9.000 peserta yang terdiri dari siswa, mahasiswa, guru, dosen, pegiat literasi, dan berbagai pihak lainnya. Perayaan itu bertujuan menggelorakan semangat Hardiknas yang bertepatan dengan lima tahun Merdeka Belajar.
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti mengajak berbagai pihak menjadikan peringatan Hardiknas itu sebagai momentum untuk terus mengokohkan tekad mewujudkan visi pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan berdaya saing global. ”Serta memperkuat komitmen kita untuk kemajuan pendidikan dan kebudayaan melalui gerakan Merdeka Belajar,” ucapnya.