Tumbuh di jalanan, Jamadu memilih jalan hidup sebagai menjadi petani urban di Kendari. Selama lebih dari dua dekade ia turut menjadikan kebun tempat belajar bersama.

Di wilayah Kota Kendari yang terus tumbuh, warga bersiasat menanam dengan hidroponik. Upaya ini menjadi salah satu solusi seiring perkembangan kota yang kian pesat.

Lahan kosong seluas 70 meter persegi dimanfaatkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mutiara untuk tempat budidaya selada dengan sistem hidroponik.

Teknologi ini berkontribusi besar mengurangi pemborosan air dan energi, memberdayakan pertanian secara mandiri, mengurangi biaya, dan mendongkrak produktivitas.

Pertanian hidroponik menjadi salah satu solusi dalam menghadapi kemarau dan El Nino. Sistem ini hemat air dan bisa empat kali tanam dalam setahun.

Mengenalkan pertanian kepada anak bisa dilakukan sejak usai dini, seperti yang dilakukan oleh para murid TK Santo Yosep Purwokerto, yang belajar mengenal serta merasakan sensasi memanen aneka sayur-mayur hidroponik.

Berkunjung ke ”green house” dan memetik sayur hidroponik bisa menjadi salah satu aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak. Melalui aktivitas itu, mereka dikenalkan dengan pertanian sejak dini.

Pengurus Masjid Asy-Syifa RSCM Jakarta memanfaatkan lahan minim di atap masjid untuk membudi dayakan sayur dengan cara hidroponik. Selain dijual, sayuran yang dipanen juga dibagikan kepada warga.