Aelfric, Pizzanya Sudah Matang!
Akan tetapi hidup tidak selalu memekarkan kebahagian. Begitu pula dengan hidup Aelfric dan Morlacchi.
Dia adalah raja penakluk ternak dan kuda liar. Dengan ujung tali penjerat, kuda-kuda itu mendatanginya. Dia adalah ksatria, pembela wanita lemah, peringkus tukang tindas. Dia membunuh karena kebenaran; dan melarikan diri dari jerat musuh-musuh. Memimpin kavalerinya untuk menyelamatkan orang banyak. Hatinya begitu lembut; yang oleh karenanya tak sekalipun dia mengecewakan orang-orang yang tidak bersalah, orang-orang yang tak memiliki teman, pun keluarga. Senyumnya begitu menawan, namun sangat berbahaya bila kemarahannya terpantik.
”Dari mana asalmu anak muda?” tanya seorang penduduk Tennessee.
”Dari Texas, Tuan,” jawab pemuda tampan itu sambil tersenyum.
”Siapa namamu?” tanya penduduk yang lain.
”Aelfric, Tuan,” begitu jawabnya singkat.
”Aelfric Texas, ya?” seru yang lain serentak.
Maka sejak itu, dia pun dikenal dengan panggilan Aelfric Texas: Aelfric yang pemberani dari Texas.
Pada hari kedatangannya setelah berhasil menggiring hewan ternak ke Tennessee, penduduk kota menyambutnya dengan suka-cita. Bukan tanpa sebab. Untuk sampai ke Tennessee, Aelfric dan teman-temannya mestilah melewati hutan belantara yang terjal dan berbahaya. Dalam perjalanan itu, tidak hanya hewan buas belaka yang berbahaya, suku Indian yang suka merompak hewan ternak juga menjadi tantangan tersendiri. Begitupun, Aelfric berhasil membawa semua hewan ternaknya selamat sampai ke Tennessee.
Sedari muda Aelfric Texas sudah suka perburuan, menangkap ikan, menunggang kuda, dan dia juga seorang penembak jitu—sebuah modal besar untuk lelaki yang menyukai alam bebas, petualangan, dan bahaya tentunya. Sering saat pulang ke rumah (malam hari) dia membawa beberapa ekor ikan atau kadang anak rusa hasil buruannya. Itulah mengapa Aelfric tidak menyukai sekolah. Apalagi perjalanan dari rumahnya menuju sekolah nyaris 10 kilometer dengan berkuda.
Sebelum keberhasilannya sampai ke Tennessee, asam-garam hidup telah banyak bercampur dengan keringatnya. Bahkan pada usia 16 tahun Aelfric sudah masuk tentara konfederasi dan berjuang sebagai mata-mata. Namun setelah perang saudara berakhir di Amerika, Aelfric memutuskan menjadi seorang koboi tatkala mendengar kabar tentang sebuah peternakan besar di Texas. Pikirnya, itu adalah tempat yang tepat dan pantas untuknya. Aelfric pun memulai perjalanannya dengan menggunakan kapal. Naas, kapal yang dia tumpangi menghadapi badai besar yang membuatnya terdampar di Florida.
Baca juga: Bunga untuk Norah Jones
Aelfric akhirnya memutuskan menetap untuk beberapa lama, dan menerima tawaran membantu nelayan lokal. Ketika sedang tidak bekerja, Aelfric terus melatih ketangkasannya dalam berburu sebelum melanjutkan mimpinya menjadi koboi menuju Texas dengan berkuda.
Di Texas, Aelfric akhirnya diterima bekerja pada sebuah peternakan besar sebagai koboi, seperti cita-citanya. Tak butuh waktu lama bagi Aelfric untuk diangkat menjadi kepala peternakan berkat ketangkasannya sebagai koboi.
Bukan hanya soal pekerjaan, dalam masyarakat Texas, Aelfric juga terkenal sebagai seorang yang ramah dan suka menolong. Pernah sekali waktu Aelfric mengetahui sebuah konspirasi yang direncanakan sekelompok pria untuk menculik seorang wanita, dan bermaksud meminta tebusan. Mengetahui niat busuk itu, Aelfric merancang sebuah jebakan bagi para penculik. Ketika penculik itu datang, Aelfric telah menyambut mereka dengan senapannya. Penculikan itu pun gagal. Nama Aelfric pun kesudahannya semakin masyhur di Texas.
Selama tinggal di Texas, Aelfric mulai menghasilkan uang banyak karena kehebatannya menjadi koboi; menggiring ternak dari Texas ke Nebraska dan Missouri. Sudah tak terhitung berapa kali Aelfric melewati Jalur Chisholm yang terkenal menyeramkan menuju Abilene, Kansas, bahkan jalur kereta api menuju ke timur yang banyak perompak juga acap Aelfric lalui.
Akan tetapi, beberapa tahun kemudian, ketika Aelfric dan temannya sedang berlibur ke Chicago, dia bertemu seorang novelis yang kemudian mengubah hidupnya menjadi seorang aktor panggung.
Mengetahui Aelfric seorang koboi yang handal, penulis novel itu pun menjulurkan tawaran kepada Aelfric untuk bermain dalam pertunjukan drama-drama yang berkisah tentang koboi. Sejak itu, drama tentang koboi dari barat Amerika kesudahannya membanjiri panggung-panggung drama di wilayah timur Amerika.
Sungguh tak dibutuhkan masa yang panjang bagi Aelfric untuk menjadi seorang aktor terkenal di Chicago, dan seluruh timur Amerika. Dia sebenar-benar manusia yang penuh bakat, pun ragam keterampilan. Konsekuensinya, Aelfric pun menjadi begitu diinginkan wanita-wanita di Chicago. Posturnya yang tinggi, tegap, dan juga wajahnya yang tampan dengan hidung yang sedikit bengkok, membuat beberapa anak bangsawan di Chicago berani lebih dulu mengajak Aelfric berkencan.
Baca juga: Arok Indonesia Raja
Bahkan wanita-wanita biasa di kota itu pun tak sungkan mengungkapkan perasaan mereka kepada Aelfric. Mereka juga tak malu-malu memohon agar Aelfric memilih mereka menjadi kekasih. Namun, Aelfric bukanlah lelaki sembarang dan pemain hati wanita. Sehingga tak seorang pun yang mengejar Aelfric berhasil menarik hatinya, sampai akhirnya Aelfric mendengar kabar tentang seorang balerina, aktris dari Italia yang sedang mengadakan tur di Chicago.
Penasaran, Aelfric pun akhirnya membeli tiket pertunjukan balerina itu. Cerita tentang kesuksesan Morlacchi, balerina yang memperkenalkan sebuah tarian baru pada masa itu kepada masyarakat Amerika, sungguh telah melahirkan kekaguman dalam hati Aelfric. Dengan sembunyi-sembunyi Aelfric berhasil duduk di bangku paling depan dalam pertunjukan itu.
Selesai pertunjukan, Aelfric menunggu Morlacchi di luar gedung. Nasib baik, Aelfric berhasil mengobrol dengan penari wanita itu.
”Apakah setelah menyelesaikan pementasan sebagus itu, kau tidak merasa lapar, Nona?” tanya Aelfric sambil tersenyum.
Duh, tentu saja Morlacchi tersanjung mendengar tawaran makan malam dari seorang pria tampan serupa Aelfric. Apalagi tawaran itu disertai sebuah senyuman yang amat manis. Mungkin itu kali pertama Aelfric tersenyum tulus untuk seorang wanita. Maksudnya tersenyum dengan sebuah rasa kagum dan ketertarikan yang terbit dari kedalaman hatinya.
Aku tak begitu lapar, Tuan. Tapi aku sepertinya tertarik dengan tawaran makan bersamamu.
”Aku tak begitu lapar, Tuan. Tapi aku sepertinya tertarik dengan tawaran makan bersamamu,” balas Morlacchi pula dengan senyuman.
Mereka pun makan malam di sebuah restoran Italia yang tak jauh dari gedung pertunjukan. Sungguh, cinta telah mekar di hati mereka berdua. Mereka pun berbicara banyak hal tentang hidup mereka masing-masing. Morlacchi berbicara tentang debut pertamanya di panggung bersama kelompok teater Carlo Felice di Genoa, Italia. Morlacchi juga bercerita bagaimana ia bisa sampai ke Amerika. Itu tak lain karena kesuksesannya setelah berkeliling Eropa dan Inggris. Dan saat mementaskan pertunjukannya di Lisbon, Portugal, ia bertemu seorang artis yang juga manajer terkenal yang membujuknya untuk berkeliling Amerika.
Aelfric terpana dengan kisah yang disampaikan Morlacchi. Tak sekalipun matanya lepas memandang wanita itu. Morlacchi pun beberapa kali kikuk dibuat Aelfric.
”Apakah kau selalu menatap mata lawan bicaramu seperti itu, Aelfric?”
”Ya, Morla, bagaimana?” jawab Aelfric sedikit kaget.
”Ah, lupakan saja!”
Mereka pun tertawa.
Baca juga: Kurang
Giliran Aelfric pula yang bercerita tentang hidupnya. Utamanya saat dia menjadi koboi. Malam itu Aelfric memang tidak bercerita tentang dirinya yang seorang aktor. Namun Morla sepertinya sudah tahu sehingga beberapa hari kemudian, ketika gantian Aelfric berpentas, Morla membeli tiket pertunjukan Aelfric, dan tentu saja duduk di bangku penonton paling depan.
Peristiwa pun berulang; Morla pula yang menunggu Aelfric di luar gedung pertunjukan.
”Aku pikir satu pan pizza cukup pantas untuk sebuah pertunjukan yang spektakuler tadi, Tuan Aelfric. Kau mau aku traktir makan pizza?” tanya Morla sambil menggulung-gulung rambutnya yang bergelombang panjang itu.
Aelfric tak menjawab. Tapi anggukan kepalanya jelas sebagai tanda bahwa perutnya memang sangat lapar. Maka sejak itu, tak ada lagi yang Aelfric tutupi kepada Morlacchi. Dan mereka pun semakin sering terlihat pergi makan malam atau makan siang bersama.
Sampai pada suatu malam di akhir Agustus 1873, Aelfric melamar Morlacchi di restoran pertama kali mereka makan malam.
”Hidup menjadi koboi di padang rumput Amerika aku pikir adalah hidup yang paling keras di dunia ini, bahkan melebihi menjadi seorang tentara, dan aku telah melewatinya. Begitupun saat menjadi aktor. Aku pikir tak ada lagi yang ingin aku capai dalam hidupku. Sampai pada malam aku melihat kau di gedung pertunjukan itu, pikiranku tentang hidup pun berubah.”
”Apa yang berubah wahai lelaki yang selalu tersenyum?”
”Maukah kau menghabiskan sisa hidupmu dan menua bersamaku Giuseppina Morlacchi?”
Reflek tangan Morlacchi menutup bibirnya. Seperti tak menyangka Aelfric melamarnya. Sekejap ia terpana pada apa yang baru ia dengar, dan tak tahu harus menjawab apa. Namun, Aelfric mengulangi kembali permintaannya. Tanpa ragu Morlacchi pun menjawab, “Aku bersedia Aelfric. Tapi boleh aku bertanya lebih dulu!”
”Silahkan?”
”Serupa apa kau menginginkan aku?”
Aelfric menatap tajam mata Morla, lalu menggenggam jemarinya.
”Serupa tali penjerat di kepala seekor kerbau, Morla. Tak akan kulepas sampai kapan pun! Kecuali tali itu menyiksanya, maka akan kulepas.”
Morlacchi tersenyum kemudian jarinya menyentuh bibir Aelfric, “Aku tak ingin senyum ini dimiliki oleh orang lain selain aku, Aelfric!”
Aelfric pun tersenyum. Manis sekali.
Baca juga: Calon Arang
Tepat pada 1 September 1873, di sebuah Gereja Katolik, Aelfric Texas dan Giuseppina Morlacchi menikah. Penduduk kota bersuka cita mendengar kabar tersebut. Sehingga sejak saat itu pula, Morlacchi pun bergabung dengan kelompok pertunjukan Aelfric Texas yang sering mementaskan cerita-cerita tentang koboi Amerika. Begitu pun, Morla tetap diizinkan Aelfric untuk tetap tampil bersama kelompok tarinya yang telah membesarkan nama Morlacchi.
Akan tetapi hidup tidak selalu memekarkan kebahagian. Begitu pula dengan hidup Aelfric dan Morlacchi. Tepat saat usia pernikahan mereka memasuki tahun ke tujuh, Aelfric jatuh sakit saat mereka sedang berlibur ke sebuah kota pertambangan perak Leadville, Colorado.
Awalnya Aelfric hanya terserang flu biasa. Namun beberapa hari kemudian kondisi flu Aelfric semakin parah. Merasa flu itu hanyalah semacam rasa dingin biasa bagi Aelfric yang telah mengalami hidup yang cukup keras di masa mudanya, Aelfric tetap beraktivitas seperti biasanya. Dia malah semakin bersemangat mengajak Morla berjalan-jalan melihat pertambangan perak di kota itu.
Tapi Morla melihat sesuatu yang berbeda, ia pun meminta Aelfric untuk beristirahat. Namun Aelfric kukuh menolak.
”Apakah kau ingin aku menjadi janda, dan menderita di dunia sendirian, sayang?” kata Morla ketika ia lihat bibir Aelfric semakin membiru.
”Sayang, ini hal yang sering kualami, kau jangan terlampau khawatir. Besok mungkin aku sudah sembuh kembali,” jawab Aelfric santai sambil meremas jemari Morla.
Kalau begitu, ayo kita pulang dan beristirahatlah. Esok kalau kau benar-benar sembuh, jangankan berjalan-jalan di tambang ini, berkuda bersamamu mengelilingi Amerika pun aku bersedia, Tuan Aelfric
”Kalau begitu, ayo kita pulang dan beristirahatlah. Esok kalau kau benar-benar sembuh, jangankan berjalan-jalan di tambang ini, berkuda bersamamu mengelilingi Amerika pun aku bersedia, Tuan Aelfric!”
Aelfric tak sampai hati menampik permintaan Morla.
Dengan keyakinan yang besar kalau esok dia sudah akan segar bugar kembali, Aelfric pun bersedia diperiksa oleh seorang dokter terkenal di Colorado, dan naik ke atas tempat tidur untuk beristirahat. Namun, sejak hari itu, kondisi Aelfric malah semakin parah. Dia bukan hanya terkena flu berat saja, tapi telah pula menjadi pneumonia yang menyeramkan.
Minggu malam pukul 23.00, dia mendadak ingin makan pizza buatan Morla. Tentu saja Morla kelabakan mencari bahan-bahan membuat pizza meskipun di rumah teman yang mereka tumpangi selama berlibur, menyediakan banyak bahan makanan.
”Sayang, kalau aku sudah tertidur, dan pizzanya telah matang, tolong bangunkan aku!” pinta Aelfric manja pada Morla. Wanita itu hanya mengangguk, meski sebuah perasaan aneh telah mencengkramnya sesaat setelah Aelfric meminta pizza. Benar saja, ketika pizza itu selesai dibuat oleh Morla, Aelfric sungguh telah tertidur, dan Morla tak sampai hati membangunkan Aelfric yang tampak pulas tertidur.
Keesokan hari pada pukul 07. 30 pagi, Morla membangunkan suaminya karena teringat kalau suaminya belum memakan pizza buatannya. Morla paham betul, kalau suaminya tak pernah beda ketika melahap pizza buatannya, meskipun pizza itu sudah lewat satu malam. Bahkan ketika Morla sedang malas menghangatkan pizza itu kembali, Aelfric selalu berhasil menghabiskan pizza buatan Morla.
”Sayang, bangun! pizzanya sudah matang,” bisik Morla di telinga suaminya.
Meski sudah lebih tiga kali Morla berbisik, Aelfric tak merespon sedikitpun. Melihat Aelfric yang tak merespon, saat itu juga Morla tersadar bahwa kesedihan akan mengurungnya hingga akhir hayat.
Namun saat Morla melihat ke arah luar jendela kamar, ia melihat seorang lelaki sedang memutar-mutar tali penjerat ke udara seperti seorang koboi yang begitu merindukan padang rumput raya.
”Aelfric?”
Akasia, 2024
ILHAM WAHYUDI. Lahir di Medan, Sumatera Utara. Ia seorang juru antar makanan di DapurIBU dan seorang Fuqara di Amirat Sumatera Timur. Beberapa cerpennya ada yang dimuat dan ada yang ditolak. Buku kumpulan cerpennya Buku Belajar Menulis Cerpen telah terbit dalam bentuk digital.