Lewat Cerpen ”Macan”, Seno Jadi Macannya Anugerah Cerpen Kompas
Lewat cerpen ”Macan”, Seno Gumira Ajidarma memenangi Anugerah Cerpen Kompas 2020. Ini adalah kemenangan keempat Seno di ajang ini.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·6 menit baca
Harian Kompas memilih cerita pendek ”Macan” karya Seno Gumira Ajidarma sebagai Cerpen Kompas 2020. ”Macan” memenangi persaingan dengan 16 karya lainnya yang menjadi nomine Cerpen Terbaik Kompas 2020. Ini adalah kali keempat cerpen Seno terpilih sebagai Cerpen Terbaik Kompas. Dalam cerita yang dimuat pada edisi 1 Maret 2020 ini, Seno menggugat manusia yang kadung dilabeli sebagai makhluk bijaksana.
”Sebenarnya saya ingin menulis tentang peristiwa perampokan ternak yang sadis. Namun, dari mana masuknya, itu misteri kreativitas. Apa yang ingin saya tulis itu hadir di situ (cerpen ”Macan”) sangat kecil, tetapi sangat penting: menunjukkan manusia lebih berperan dalam menghabiskan hewan (ternak), lebih canggih,” kata Seno lewat konferensi virtual dalam acara Anugerah Cerpen Kompas 2020 yang digelar secara daring dari ruang Kompas Institute, di Jakarta, Senin (28/6/2021).
Dalam cerita itu, tokoh Macan bernama Embah bersama keluarganya terdesak warga desa, yang cemas dengan kebuasan harimau. Seno mengambil sudut pandang harimau, seperti cerita-cerita dongeng.
”Ini adalah cerita klasik tentang habitat yang terganggu dan dampaknya bagi manusia. Klasik, sebenarnya. Teknik yang saya gunakan pun realisme biasalah, agak kurang ngawurnya. Padahal, nulis cerpen paling enak bagian ngawurnya,” katanya diikuti derai tawa. Dia mengirim cerpen ke Kompas sejak tahun 1978, dan baru mulai dimuat tahun 1982.
Sejak tahun 1968 hingga 2020, harian Kompas telah memuat 2.679 judul cerpen. Tercatat 575 cerpenis yang karyanya dimuat, lebih dari separuhnya dimuat di atas dua kali. Beberapa nama yang karyanya kerap mewarnai edisi akhir pekan adalah Beni Setia (45 judul), Ratna Indraswari Ibrahim (46), Harris Effendi Thahar (51), dan Yanusa Nugroho (55).
Melebihi cerpenis lain, karya cerpen Seno telah dimuat sebanyak 85 judul dalam kurun 1982 hingga 2020. Sebanyak empat di antaranya terpilih sebagai Cerpen Terbaik Kompas, yakni ”Pelajaran Mengarang” (terbit tahun 1992), ”Cinta di Atas Perahu Cadik” (2007), ”Dodolitdodolitdodolibret” (2010), dan ”Macan” (2020).
Sejauh ini, baru Seno yang memenangi Cerpen Terbaik Kompas empat kali. Boleh dibilang, di ajang ini dia adalah ”macannya”. Pencapaian terdekat dengan Seno dicatat Budi Darma dan Kuntowijoyo yang masing-masing memenangi penghargaan ini tiga kali.
Sejak 1982, karya cerpen Seno selalu menemani pembaca. Pada tahun itu, ada enam judul yang dimuat. Karya cerpennya hanya absen pada 1996, 2004, 2005, dan 2009. Pada 2020, Kompas memuat cerpen Seno lainnya yang berjudul mentereng, ”Simuladistopiakoronakra”. Cerpen yang dimuat pada edisi 5 Juli 2020 itu tidak masuk ke dalam buku Kumpulan Cerpen Terbaik Kompas 2020.
Buku itu berisi 17 judul cerpen yang dinominasikan sebagai Cerpen Terbaik Kompas 2020. Ke-17 cerpen itu dipilih dewan juri dari 48 judul cerpen yang dimuat sepanjang tahun 2020. Jumlah pilihan cerpen itu relatif lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. M Hilmi Faiq, salah satu anggota dewan juri, mengatakan, ”Entah terpengaruh pandemi atau tidak, rasanya hanya 17 judul ini yang layak bersanding dalam sebuah buku,” katanya.
Cerpen ”Macan”, kata Hilmi, akhirnya dipilih juri sebagai pemenang bukan karena nama besar Seno, tetapi karena ”Macan” unggul di semua aspek untuk menjadi cerpen yang baik dibanding pesaingnya. ”Suara juri bulat untuk ’Macan’,” kata Faiq.
Seno, tambah Faiq, lincah mengambil sudut pandang pertama dari tokoh-tokohnya, ada macan, ada pemburu, dan ada orang-orang. Ketegangannya jadi terjaga hingga akhir.
Menurut cerpenis Damhuri Muhamad, cerpen ”Macan” memang menarik. ”Tema hutan dan lingkungan selama ini jarang tergarap dalam iklim kreatif. Dalam waktu cukup panjang, garapan tematik langka ini sulit saya temukan dalam cerpen-cerpen Kompas. Padahal, persoalan konservasi hutan dan kerusakan lingkungan adalah persoalan besar Indonesia hari ini,” kata Damhuri, yang cerpennya Kandang Kambing Nurwajilah terpilih ke dalam buku kumpulan cerpen tahun 2020 ini.
Kekuatan cerpen
Cerpen menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan harian Kompas sejak 1968. Penganugerahan cerpen terbaik mulai dihelat sejak 1992. Sebanyak 29 cerpen terbaik yang merupakan karya 21 penulis telah terpilih selama periode itu. Lima penulis menerima penghargaan beberapa kali.
”Anugerah ini merupakan kontribusi kecil Kompas untuk ikut mendorong pengembangan dunia sastra. Karya sastra bisa mendorong lahirnya ide atau gagasan-gagasan baru karena kemampuannya menerawang menembus lorong waktu. Dunia sastra mengingatkan harkat kita sebagai manusia yang memiliki kepekaan rasa untuk terus mengasahnya,” kata Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra.
Antusiasme pada cerpen terus terjaga. Saat ini, redaksi menerima kiriman cerpen untuk koran rata-rata 10 hingga 15 naskah per hari, sementara yang dimuat paling banyak hanya 52 naskah dalam setahun. Sementara untuk cerpen yang dimuat di laman Kompas.id, naskah yang diterima rata-rata 5-10 cerita per hari.
Bagi penulis Okky Madasari, cerpen Kompas memberi ruang kemungkinan atas realita dalam masyarakat. ”Di sela-sela berbagai berita, cerpen kembali mengingatkan bahwa ada kesempatan untuk membangun dunia lebih baik dengan imajinasi dan nurani kita. Merawat halaman cerpen berarti memelihara harapan dan imajinasi kita bersama,” kata Okky, yang karya cerpennya, ”Sendiri-sendiri”, terpilih masuk buku kumpulan cerpen tahun 2020 ini. (BSW)
Daftar Pemenang Anugerah Cerpen Terbaik Kompas dari Masa ke Masa
2021
Seno Gumira Ajidarma, ”Macan”, Cerpen Terbaik Kompas 2020
2020
Ahmad Tohari, ”Mereka Mengeja Larangan Mengemis”, Cerpen Terbaik Kompas 2019
2019 (dua pemenang)
- Raudal Tanjung Banua Kapotjes, ”Aroma Doa Bilal Jawad”, Cerpen Terbaik Kompas 2018
- Faisal Oddang, ”Doa yang Terapung”, Cerpen Terbaik Kompas 2018
2018
Muna Masyari, ”Kasur Tanah”, Cerpen Terbaik Kompas 2017
2017
Martin Aleida, ”Tanah Air”, Cerpen Terbaik Kompas 2016
2016
Ahmad Tohari, ”Anak Ini Mau Mengencingi Jakarta?” Cerpen Terbaik Kompas 2015
2015
Faisal Oddang, Di Tubuh Tarra, Dalam Rahim Pohon, Cerpen Terbaik Kompas 2014
2014
Intan Paramaditha, Klub Solidaritas Suami Hilang, Cerpen Terbaik Kompas 2013
2013
Budi Darma, Laki-laki Pemanggul Goni, Cerpen Terbaik Kompas 2012
2012 (dua pemenang)
- Yanusa Nugraha, Salawat Dedaunan, Cerpen Terbaik Kompas 2011
- Agus Noor, Kunang-kunang di Langit Jakarta, Cerpen Terbaik Kompas 2011
2011
Seno Gumira Ajidarma, Dodolit Dodolit Dodolibret, Cerpen Terbaik Kompas 2010
2010
Avianti Armand, Pada Suatu Hari, Ada Ibu dan Radian, Cerpen Terbaik Kompas 2009
2009
Agus Noor, Smokol, Cerpen Terbaik Kompas 2008
2008
Seno Gumira Ajidarma, Cinta di Atas Perahu Cadik, Cerpen Terbaik Kompas 2007
2007
Ugoran Prasad, Ripin, Cerpen Terbaik Kompas 2005-2006
2005
Kuntowijoyo, Asmaradana, Cerpen Terbaik Kompas 2004
2004
Radhar Panca Dahana, Sepi pun Menari di Tepi Hari, Cerpen Terbaik Kompas 2003
2003
Djenar Maesa Ayu, Waktu Nayla, Cerpen Terbaik Kompas 2002
2002
Danarto, Jejak Tanah. Cerpen Terbaik Kompas 2001
2001
Budi Darma, Mata yang Indah, Cerpen Terbaik Kompas 2000
2000
Motinggo Busye, Dua Tengkorak Kepala, Cerpen Terbaik Kompas 1999
1999
Budi Darma, Derajat, Cerpen Terbaik Kompas 1998
1997
Kuntowijoyo, Anjing-anjing Menyerbu Kuburan, Cerpen Terbaik Kompas 1996
1996
Bakdi Soemanto, Pistol Perdamaian, Cerpen Terbaik Kompas 1995
1995
Kuntowijoyo, Laki-laki yang Kawin dengan Peri, Cerpen Terbaik Kompas 1994
1994
Joni Ariadinata, Lampor, Cerpen Terbaik Kompas 1993
1993
Seno Gumira Ajidarma, Pelajaran Mengarang, Cerpen Terbaik Kompas 1992
1992
Jujur Prananto, Kado Istimewa. Cerpen Terbaik Kompas 1991