Pertaruhan Eksistensi PDI-P di Papua Selatan
Calon gubernur Papua Selatan dari partai pemenang PDI-P akan berhadapan dengan calon dari Nasdem, Gerindra, dan PKB.
Empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua Selatan. Sebagai daerah otonomi baru yang disahkan pada November 2022, Provinsi Papua Selatan pada tahun ini akan menyelenggarakan pemilihan gubernur untuk pertama kalinya. Provinsi ini terdiri dari Kabupaten Merauke, Boven Digoel, Mappui, dan Asmat.
Berbeda dengan dua provinsi hasil pemekaran lainnya, yaitu Papua Pegunungan dan Papua Tengah, wilayah Papua Selatan merupakan satu-satunya daerah otonomi baru yang tidak menggunakan sistem noken dalam pemilu tahun ini.
Berdasarkan Keputusan KPU Nomor 66 Tahun 2024 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum, sistem noken yang menggunakan cara musyawarah dalam menentukan pilihan secara bersama ini hanya dilaksanakan pada sebagian wilayah di Provinsi Papua Tengah dan Papua Pegunungan.
Artinya, pemilu di wilayah Papua Selatan diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme one man one vote atau suara satu pemilih hanya untuk untuk satu pasangan calon, seperti yang dilakukan di daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Meski baru sekali menjalankan pilkada sebagai daerah otonomi baru, wilayah Papua Selatan sebenarnya telah beberapa kali melakukan pemungutan suara baik memilih wakil rakyat maupun pemimpin daerah. Warga yang bermukim di Merauke, Boven Digoel, Mappui, dan Asmat ini antara lain telah mengikuti ajang Pilgub Papua 2018, Pileg dan Pilpres 2019, serta terakhir ialah pemilu legislatif dan pilpres pada Februari 2024.
Pada pemilihan anggota legislatif perdana untuk DPRD Provinsi Papua Selatan Februari 2024, PDI-P berhasil mendominasi. Berdasarkan catatan KPU Papua Selatan, PDI-P berhasil meraih 57.068 suara atau 18,48 persen dari total suara sah. Perolehan suara PDI-P unggul diikuti Nasdem (47.592 suara), PKB (36.708 suara), Gerindra (30.635 suara), Golkar (26.280 suara), dan PKS (25.156 suara).
Berbekal kemenangan ini, PDI-P menguasai kursi parlemen di Papua Selatan dengan meraih tujuh kursi di DPRD provinsi. Raihan kursi ini setara dengan 20 persen kursi dari total 35 kursi yang diperebutkan. Hal ini tentu menjadi modal berharga bagi PDI-P untuk mengusung calon gubernur dan wakil gubernur pada pilkada 27 November 2024. PDI-P dapat mengusung pasangan calon gubernur tanpa harus berkoalisi.
Namun, dominasi ini belum menjamin kesuksesan PDI-P dalam menghadapi kontestasi pemilihan gubernur dan wakil gubernur. Jika menilik dari sebaran suara di Pileg 2024, PDI-P harus bekerja lebih keras untuk meraih dukungan pada calon yang diusung. Sebab, dari lima daerah pemilihan dalam pileg DPRD provinsi, PDI-P hanya menang di dapil Papua Selatan 5 yang mencakup Kabupaten Asmat. Sementara pada empat dapil lainnya, PDI-P harus mengakui keunggulan dua partai lainnya, yaitu Nasdem dan Gerindra.
Kabupaten Asmat memang menjadi salah satu lumbung suara PDI-P dalam gelaran pemilu sebelumnya. Pada Pemilu 2019, PDI-P berhasil menempatkan 12 kader dari total 25 kursi di DPRD Kabupaten Asmat. Jumlah kursi tersebut berhasil dipertahankan PDI-P pada Pemilu 2024. Tak hanya ranah legislatif, PDI-P bahkan juga sukses mengantarkan calon yang diusung untuk meraih kemenangan dalam kontestasi pemilihan bupati Asmat.
Di luar dapil Papua Selatan 5 (Asmat), empat dapil lainnya dikuasai Gerindra dan Nasdem. Gerindra memenangkan dapil Papua Selatan 3 (Kabupaten Mappi). Sementara Nasdem menguasai tiga dapil, yaitu Papua Selatan 1 dan Papua Selatan 2 yang meliputi Kabupaten Asmat, serta dapil Papua Selatan 4 (Boven Digoel).
Meski memenangkan tiga dapil, Nasdem harus mengakui keunggulan total raihan suara PDI-P karena kalah suara cukup jauh di Kabupaten Asmat. Di wilayah Asmat, Nasdem hanya meraih 10.096 suara atau sepertiga suara dari total raihan suara PDI-P (31.336 suara). Sementara untuk dapil Papua Selatan 4 (Boven Digoel), perolehan suara PDI-P menempel ketat Nasdem, hanya selisih 874 suara.
Empat calon gubernur Papua Selatan mendaftar ke KPU
Sebagai poros kekuatan besar, PDI-P akan berhadapan dengan Nasdem dan Gerindra dalam mengusung calon gubernur dan wakil gubernur dalam kontestasi pada 27 November 2024. Ketiga partai ini telah menunjukan arah dukungan untuk mengusung calon yang akan berlaga memperebutkan kursi gubernur dan wakil gubernur.
PDI-P memberikan dukungan kepada Apolo Safanpo, Sekda Papua Selatan. Apolo juga merupakan profesor yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Cenderawasih. Apolo juga menjadi penjabat perdana Gubernur Papua Selatan setelah provinsi ini terbentuk. Apolo akan berpasangan dengan Wakil Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Selatan Paskalis Imadawa.
Selain PDI-P, pasangan Apolo Safanpo-Paskalis Imadawa juga didukung PKS, PPP, dan PSI. Bermodalkan rekomendasi ini, Apolo Safanpo-Paskalis Imadawa memperoleh dukungan dari lebih sepertiga kursi di parlemen.
Calon kedua ialah tokoh Papua Selatan Darius Gebze yang berpasangan dengan Petrus Safan (anggota MRP). Pasangan ini diusung koalisi Gerindra, Golkar, Demokrat, dan Perindo.
Sementara Nasdem dan PAN mengusung Romanus Mbaraka dan Albertus Muyak. Romanus Mbaraka merupakan Bupati Merauke dua periode (2011-2016 dan 2021-2024). Sementara Albertus Muyak merupakan birokrat yang pernah menjabat Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Kabupaten Merauke.
Calon keempat yang mendaftar ke KPU Papua Selatan ialah Nikolaus Kondomo-Baidin Kurita yang diusung koalisi PKB. Nikolaus Kondomo berlatar belakang jaksa yang pernah menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Papua. Kondomo juga pernah menjadi Penjabat Gubernur Papua Pegunungan, sementara Baidin Kurita merupakan birokrat di pemerintahan Boven Digoel. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Boven Digoel.
Wilayah persaingan calon gubernur di Pilkada Papua Selatan
Munculnya tokoh-tokoh lokal pada Pilgub 2024 tersebut menggambarkan tumbuhnya kader-kader pemimpin daerah yang mengakar di wilayah pemekaran Papua Selatan. Di sisi lain, peta dukungan suara ini pada Pileg 2024 tingkat provinsi ini menggambarkan bahwa perebutan suara pada calon gubernur bakal kompetitif.
Dinamika suara pemilih partai masih amat mungkin untuk terjadi mengingat faktor ketokohan masih cukup berpengaruh untuk mengubah peta dukungan pemilih. Di wilayah Meruake, misalnya, Nasdem berupaya mempertahankan dominasinya dengan memasang mantan bupati dua periode.
Merauke menjadi titik persaingan pada pilgub mendatang. Hal ini karena status Merauke sebagai ibu kota Papua Selatan. Selain itu, Merauke juga tercatat sebagai wilayah dengan jumlah pemilih terbanyak, yaitu 79.603 pemilih atau 44 persen, dari total pemilih di Papua Selatan.
Selain Merauke, dua wilayah lain yang akan menjadi simpul persaingan ialah Mappi dan Boven Digoel. Di kedua daerah ini, perolehan suara Nasdem, Gerindra, dan PDI-P tidak terlalu jauh selisihnya.
Upaya keempat koalisi partai meraih kursi gubernur dan wakil gubernur menghadirkan iklim pilkada yang kompetitif. Dengan empat pasangan calon yang diajukan, Pilkada Papua Selatan memberikan alternatif pilihan bagi warga untuk memilih pemimpin daerah yang berkualitas.
Baca juga: Kantor Gubernur, Tanah Adat, dan Konflik Agraria di Wamena
Persaingan empat pasangan calon ini juga akan menguji kematangan politik warga Papua Selatan. Hasil Pemetaan Kerawanan Pilkada 2024 yang dilakukan Badan Pengawas Pemilu menunjukkan Papua Selatan merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan yang rendah.
Meski demikian, pemilihan gubernur ini tetap berpotensi menimbulkan konflik dari beragam sisi. Namun, dengan penyelenggaraan yang berpedoman pada prinsip demokrasi rakyat yang jujur dan adil, harapan terpilihnya pemimpin daerah dari hasil pemilu yang demokratis dapat menjadi modal berharga dalam proses berdemokrasi di wilayah pemekaran di masa mendatang sekaligus meningkatkan kualitas pembangunan manusianya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Kekerasan, Memori Kolektif, dan Upaya Membangun Papua