Pilkada Banten, antara Kekuatan Sosok Airin dan Kekuatan Mesin Partai
Nama Airin Rachmy seakan sudah “melekat” dengan Pilkada Banten. Ia merupakan sosok calon terkuat gubernur Banten 2024.
Sejak dua tahun terakhir, poster-poster dan baliho bergambar sosok wali kota Tangsel 2011-2021 itu dibalut dengan dengan baju kebaya modern berwarna biru muda bertebaran di seluruh penjuru Banten. Mulai dari daerah perkotaan di Tangerang Selatan hingga wilayah ke arah pegunungan di Citorek, Lebak, kemudian ke arah barat di kawasan Malingping dan Bayah, Pandeglang, hingga kawasan arah kota Serang.
Ibaratnya, foto Mojang Jawa Barat 1995 tersebut tersebar mulai dari lingkungan tempat tinggal warga Banten hingga ke kawasan terpencil di hutan-hutan kawasan selatan Banten. Melihat masifnya keberadaan foto Airin yang tanpa ada simbol partai atau sosok lainnya, membuat mata siapa pun yang melihat fotonya akan terkonsentrasi pada sosok Airin.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Tak mengherankan, popularitas dan elektabilitas Airin sudah terhitung tinggi bahkan ketika dia sendiri belum secara terbuka menyatakan akan maju pada Pemilihan Gubernur Banten 2024. Dalam survei Teropong Banten yang dilakukan Litbang Kompas, 15-20 Juni 2024, dengan mewawancarai secara tatap muka 400 responden di Banten, popularitasnya mencapai 72 persen. Di antara jumlah itu 56,5 persennya menyukai sosok Airin.
Angka itu hanya kalah dari mantan gubernur sekaligus artis senior Rano Karno yang memuncaki popularitas di Banten dengan tingkat pengenalan mencapai 90,3 persen dan tingkat kesukaan sebesar 79,5 persen.
Namun, dari segi kecenderungan elektabilitas, Airin memuncaki perolehan dengan 18,5 persen pasti akan memilihnya dan 61 persen mempertimbangkan untuk memilihnya. Angka tersebut relatif setara dengan Rano Karno.
Responden yang menyatakan tak akan memilih Airin hanya sejumlah 9,8 persen dan merupakan angka terendah dibandingkan Rano Karno (11,0 persen), Wahidin Halim (14,0 persen), dan Andra Soni (18,0 persen).
Keunggulan elektabilitas Airin semakin nyata ketika pertanyaan survei murni tentang siapa yang akan dipilih di pilkada mendatang. Airin meraih angka elektabilitas top of mindsebesar 18,0 persen, diikuti di peringkat kedua Wahidin Halim (8,5 persen) dan Rano Karno (7,8 persen). Di bawahnya ada nama-nama lain meliputi Arif Wismansyah, Irna Narulita, Iti Octavia Jayabaya, Achmad Dimyati Natakusumah, dan Ahmad Zaki Iskandar.
Jawaban pada jenis survei top of mind tersebut mengonfirmasi jawaban strong voters sebelumnya tentang preferensi nama Airin yang akan dipilih. Sementara nama sosok elite lainnya di Bantencenderung menurun alias kurang konsisten mendulang dukungan. Lantas, dari mana kekuatan dan popularitas politik Airin yang di perpolitikan Tangerang dan Banten sebetulnya relatif tak banyak terdengar tersebut?
Gaya kepemimpinan ”low profile”
Airin baru secara resmi ditugaskan oleh Partai Golkar untuk maju Pilkada Gubernur Banten pada 23 Juni 2024 dalam sebuah acara HUT Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG). Kebetulan di organisasi itu Airin menjadi Ketua Umum.
Memang, pada saat Airin ditugaskan sebagai calon gubernur itu, posisinya sudah lolos sebagai anggota DPR 2024-2029 melalui Dapil Banten III meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.
Popularitas Airin mendukungnya meraih dukungan suara di Pileg 2024 lalu dengan cukup fantastis. Dia meraih 302.878 suara, termasuk terbesar di keanggotaan DPR RI secara nasional, dan unggul melampaui para tokoh senior Banten lainnya termasuk Rano Karno (149.397 suara), Wahidin Halim (104.946 suara), hingga Habib Idrus Salim Aljufri (184.407 suara).
Keunggulan suara Airin yang hampir tiga kali lipat gubernur petahana Wahidin Halim, lagi-lagi mengindikasikan bahwa pamor Airin memang sungguh besar pada pemilu ini. Sebuah modal sosial yang dapat ”dikapitalisasi” ke arah kontestasi gubernur Banten.
Tentu saja pamor itu tak terbangun hanya karena pemasangan poster, baliho dan spanduk bergambar dirinya. Prestasi dalam membangun kota Tangerang Selatan selama periode kepemimpinannya (2011-2021) pasti juga memiliki kontribusi. Dari sejumlah penelusuran informasi, gaya kepemimpinan Airin cenderung low profile, tak terlalu tampak menonjol, tetapi persoalan terselesaikan.
Dalam sebuah wawancara media, Airin mengakui bahwa gaya kepemimpinannya di Tangsel memang bersifat ”membenahi iklim/ekosistemnya” ketimbang menyasar langsung pada obyek/pelaku. Misalnya untuk meningkatkan investasi di Tangsel, sistem perizinan dan aspek legal dibenahi, pelayanan birokrasi dipercepat, menekan pungli, sehingga menciptakan daya tarik dan kepastian bagi investor luar.
Baca juga: Survei Pilkada 2024: Pilkada Banten Menuju Pertarungan Dua Kubu
Alhasil, dalam 10 tahun kepemimpinannya, Tangerang Selatan berubah wajah secara cepat dan relatif tenang, yaitu tidak banyak konflik sosial menonjol di tengah pesatnya pembangunan dengan tumbuhnya kawasan-kawasan perumahan besar secara massif di Tangsel. Kini Tangsel telah berubah wajah dari sebuah lanskap pertanian dan perkebunan sebelum tahun 2000 menjadi sebuah kawasan urban yang semakin modern dan tertata.
Dilihat dari ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kota Tangsel menduduki peringkat tertinggi di Banten dan tergolong tinggi di peringkat IPM kota tingkat nasional. Sedangkan dilihat dari tingkat kerawanan sosial dan keamanan, Tangsel dikenal merupakan kawasan yang menjadi permukiman yang sangat berkembang bagi para pekerja di Jakarta.
Kekuatan politik birokrasi Banten
Besarnya pamor Airin Rachmy Diany seakan menenggelamkan isu-isu tak sedap seputar politik kekerabatan atau politik dinasti yang sebelumnya kencang dialamatkan kepada keluarga gubernur Banten era Ratu Atut Chosiyah ini.
Kelihaian berpolitik ala Airin yang bermain low profile di tengah masyarakat Tangsel yang terdiri dari kombinasi warga pendatang kelas menengah di perumahan dan warga asli Betawi di perkampungan, ternyata memberikan nuansa politik yang sesuai bagi kehidupan warga Tangsel. Kebijakan Airin yang sederhana juga bisa dilihat dari tidak adanya penanda menonjol kota Tangsel yang biasanya ada di berbagai kota yang sedang berkembang berupa monumen besar atau sejenisnya.
Dalam mengelola isu keberagaman dan hubungan antarumat beragama, Airin melakukan dengan pola pendekatan yang lebih bersifat personal tanpa mengurangi makna. Misalnya, menyapa kelompok-kelompok umat yang merayakan hari besar sehingga sangat jarang terjadi konflik sosial bernuansa agama yang membesar di era pemerintahannya.
Kemampuan berpolitik Airin secara cukup senyap tersebut didukung ketat oleh jejaring Golkar yang terhitung sudah lama berada di dalam birokrasi pemerintahan Tangsel. Jejaring itu terentang dari tingkat kota hingga kelurahan bahkan tingkat RT/RW, berupa simpatisan Partai Golkar dan simpatisan Airin, yang senantiasa menjaga nama baik Airin.
Namun, manuver politik parpol besar dalam Koalisi Banten Maju (KBM) yang ”memborong” dukungan parpol di DPRD Banten, membuat kapital sosial Airin yang besar pun kini seakan menjadi pertaruhan politik. Hingga tulisan ini dibuat, posisi Airin sebagai kandidat terkuat gubernur Banten tampak terombang-ambing di antara koalisi parpol pengusung kandidat calon gubernur. Meskipun Golkar sudah mendeklarasikan Airin sebagai calon Gubernur Banten, tetapi kepastian koalisi parpol pendukungnya belum juga terbentuk.
Alih-alih mendapat dukungan politik karena kuatnya potensi kemenangan elektoral dari berbagai pemetaan survei, Airin kini justru tampak tersandera oleh manuver partai-partai di Koalisi Banten Maju yang sudah merangkul PKS, Nasdem, dan Demokrat untuk bergabung mendukung paslon Andra Soni-Dimyati Natakusumah sebagai calon dari kubu KIM.
Total ada 10 partai di DPRD Banten yang mendukung pasangan ini per 4 Agustus 2024. Terdiri atas Partai Gerindra, PKS, PKB, Partai Demokrat, Partai Nasdem, PAN, PPP, PSI, Partai Garuda dan terkini Partai Prima. Koalisi inilah yang dinamakan Koalisi Banten Maju (KBM).
Koalisi besar partai politik ini menguasai 72 dari 100 kursi DPRD Banten periode 2024-2029. Jumlah tersebut jauh melebihi ambang batas 20 persen yang menjadi syarat minimal pendaftaran calon gubernur. Dengan demikian, tinggal tersisa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Golkar yang harus berkoalisi jika ingin mengusung kandidat calon gubernur karena keterbatasan kursi DPRD kedua parpol.
Dinamika pencalonan yang belum pasti
Sayangnya, hingga saat ini belum juga terdengar kesepakatan koalisi Golkar dan PDI-P dalam mengusung Airin dan calon dari PDI-P yang disebut-sebut akan ditempati Ade Sumardi, Ketua DPD PDI-P Banten. Tampaknya masih ada diskusi, perbincangan, tawar-menawar atau diskursus alot baik antara Golkar dan PDI-P.
Apalagi terembus kabar bahwa Airin sedang dalam posisi gamang antara maju ke pilkada Banten dan menerima tawaran menjadi menteri dalam kabinet baik Kabinet Indonesia Maju saat ini maupun kabinet pemerintahan baru mendatang.
Bagaimanapun, jika Airin karena satu dan lain hal tak maju ke Pilkada Banten, hampir bisa dipastikan tersisa Andra Soni-Dimyati. Pasangan ini berpotensi maju melawan kotak kosong jika nantinya Golkar pun memutuskan bergabung dengan KBM sehingga PDI-P tak memiliki cukup kursi untuk memajukan bakal calon gubernur.
Jika Andra Soni-Dimyati benar-benar maju melawan kotak kosong, ini untuk pertama kalinya warga Banten memilih pilkada dengan kotak kosong. Ini juga pertama kalinya warga Banten memilih pemimpin daerah dengan tiada ikatan kekerabatan dengan trah tokoh ulama terkenal Banten TB Chasan Sochib yang merupakan ayah mertua Airin Rachmy Diany.
Dalam berbagai pilkada Banten baik di tingkat provinsi maupun kota/kabupaten, warga Banten biasa menyaksikan keberadaan salah satu kerabat dari trah keluarga besar TB Chasan Sochib. Pada satu periode, keberadaan kekerabatan dari trah TB Chasan Sochib bisa mencapai enam wilayah kab/kota di luar Ratu Atut sebagai gubernur Banten.
Tercatat nama-nama Andika Hazrumy (anak Ratu Atut) sebagai wakil Gubernur Banten (2017-2022), Tubagus Haerul Jaman (adik tiri Ratu Atut) sebagai Wali Kota Serang dua periode (2011-2018), Tanto W Arban (menantu Ratu Atut) sebagai Wakil Wali Kota Pandeglang dua periode (2016-2024).
Baca juga: Seperti Apa Potret Pemilih Airin di Pilkada Banten?
Kemudian Ratu Tatu Chasanah (adik Ratu Atut) sebagai Bupati Serang dua periode (2016-2024), Pilar Saga Ichsan (anak Ratu Tatu Chasanah) sebagai Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (2021-2024), Airin Rachmi Diany (adik ipar Ratu Atut) sebagai Wali Kota Tangerang Selatan dua periode (2011-2021), dan sejumlah kerabat lainnya yang menjabat anggota DPD dan DPR.
Andra Soni-Dimyati Natakusumah akan menjadi pasangan dengan nuansa yang baru karena Andra Soni berasal dari latarbelakang sosial politik yang sangat berbeda. Dia lahir dan dibesarkan di keluarga sangat sederhana di Payakumbuh, Sumatera Barat, dan merantau ke Jakarta.
Sementara Dimyati Natakusumah adalah trah bangsawan kabupaten Pandeglang yang sudah malang melintang sebagai politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), pernah menjabat Wakil Ketua MPR, dan kini menjadi anggota PKS.
Dalam sebuah wawancara khusus dengan Litbang Kompas, Andra Soni mengisahkan sulitnya hidup di Jakarta saat muda belia dan bagaimana harus banting tulang sendiri mencari nafkah.
Baca juga: Menilik Pemilih Potensial Andra-Dimyati di Wilayah Banten
Andra Soni mengembangkan popularitas dan elektabilitasnya dengan rajin menyambangi dan menyapa konstituen yang ada di sekitar wilayah dapilnya di kota Tangerang terutama dari kalangan masyarakat bawah.
Kedekatan dengan warga biasa itu membuat namanya meraih suara signifikan di pemilu legislatif Banten yang akhirnya menghantarkan Soni menjadi Ketua DPRD Banten 2019-2024. Melejitnya karier politik Andra tak lepas dari popularitas Prabowo Subianto yang secara bertahap terbentuk selama satu dekade terakhir.
Memanfaatkan ”Prabowo Effect” melawan pamor Airin
Pilihan dimajukannya Andra Soni tak pelak merupakan warna ideologis partai Gerindra dan presiden terpilih Prabowo Subianto yang sejak awal memang menyuarakan spirit ultra-nasionalisme ala Soekarno. Pengaruh pamor Prabowo Subianto terasa kuat di Banten yang terbukti dari kemenangan di pemilu presiden maupun pemilu legislatif 2024.
Tercatat, Prabowo-Gibran meraup 4.035.052 suara dari total 7.206.710 suara sah. Bandingkan dengan raihan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan 2.451.383 suara dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD hanya mendapat 720.275 suara.
Padahal dalam Pileg Banten 2024, Gerindra hanya ada di tempat kedua dengan 886.453 suara, di bawah pemenang yaitu Partai Golkar yang memperoleh 922.670 suara. Sementara untuk posisi ketiga, PDI-P meraih 810.719 suara, PKS 735.075 suara dan Demokrat 587.630 suara.
Dari komposisi tersebut, nyata bahwa Koalisi Banten Maju berupaya meraih elektabilitas dengan memanfaatkan ”Prabowo effect”, yang tecermin dari perolehan suara di pilpres Banten. Hal itu juga terkonfirmasi dari gambar paslon ini di baliho-baliho di mana disertakan ikon Prabowo yang terletak di atas foto kedua kandidat.
Bagi pemilih Banten, tawaran yang dibawa Koalisi Banten Maju ini tentu sesuatu yang baru. Pemilih Banten terkenal dinamis dan terbuka, tetapi juga memiliki kekhasan dalam loyalitas.
Baca juga: Dualitas Unik Pemilih Banten
Mereka akan menimang apakah akan memilih kandidat yang sudah ”melekat” dengan publik Banten selama ini (Airin dan pasangannya), ataukah akan menerima tawaran ”cita rasa” pemimpin baru yang dibawa oleh presiden yang mereka pilih dalam pemilu presiden 14 Februari 2024.
Yang jelas, hingga kini Airin masih harus menunggu kepastian untuk bisa maju melawan pasangan calon yang diajukan Koalisi Banten Maju dengan dukungan pemenang pilpres, Prabowo Subianto. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Debut Airin dan Habib Idrus yang Memesona di Dapil Banten 3 Tangerang Raya