Pilgub Jawa Barat didominasi tingginya elektabilitas Ridwan Kamil. Tersendatnya kaderisasi pemimpin daerah di Jabar?
Oleh
ANDREAS YOGA PRASETYO
·4 menit baca
Hasil survei Kompas pada Juni 2024 menunjukkan, dari sejumlah nama yang muncul dalam bursa calon gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menjadi referensi terbesar publik Jabar. Potensi elektabilitas sosok yang biasa dipanggil Kang Emil atau RK ini mencapai 36,6 persen.
Tokoh yang memiliki potensi keterpilihan setelah Kamil adalah Dedi Mulyadi, Alfiansyah Komeng, Deddy Mizwar, Dede Yusuf, Atalia Praratya, Desi Ratnasari, Ahmad Syaiku, dan Bima Arya. Namun, jarak elektoral nama-nama itu masih jauh dari Kamil.
Berdasarkan nama-nama sosok calon gubernur yang dirujuk warga Jabar, tampak tidak banyak yang berlatar belakang bupati atau wali kota. Hanya Dedi Mulyadi dan Bima Arya yang pernah menjabat Bupati Purwakarta (2008-2018) dan Wali Kota Bogor (2014-2024).
Padahal, sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di negeri ini (50,3 juta jiwa) dan terbagi dalam 18 kabupaten dan 9 kota, Jabar idealnya berlimpah kader pemimpin daerah.
Terkonsentrasinya pilihan publik Jabar pada Kamil yang adalah Gubernur Jabar periode 2018-2023 turut didorong oleh keberadaan pemilih loyal. Temuan survei memperlihatkan ada 48 persen publik Jabar yang pasti akan memilih Kamil.
Potensi keterpilihan ini juga didukung oleh minimnya resistensi publik Jabar terhadap sosok Kamil. Penolakan publik terhadap Kamil sebesar 6,2 persen dan menjadi yang paling minim di antara sosok lain.
Dari mereka yang telah mantap memilihnya, Kamil didukung beragam latar belakang responden dari sisi usia, kelas sosial ekonomi, dan latar belakang pendidikan. Dari tiga kelompok responden ini, mereka cenderung lebih banyak menyatakan pilihan kepada Kamil.
Selain pemilih loyal, faktor gubernur petahana juga menjadi kekuatan tersendiri bagi Kamil. Pada Pilgub 2018, Kamil yang berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum berhasil mendapatkan 7,22 juta suara. Dukungan suara ini jadi modal awal elektabilitas dan bangunan pemilih loyal bagi Kamil.
Lima tahun menjabat gubernur kian menambah deposit popularitas tersendiri bagi petahana seperti Kamil. Hasil survei Kompas pada Juni 2024 menunjukkan popularitas yang diraih Kamil mencapai 92,8 persen. Hal ini menunjukkan hampir semua publik Jabar sudah tahu sosok Kamil.
Popularitas tersebut juga beriringan dengan penilaian positif atas kiprah Kamil selama memimpin Jabar. Delapan dari 10 responden survei menyatakan kepemimpinan Kamil merupakan yang terbaik dibandingkan gubernur-gubernur lain. Saat peringatan Hari Jadi Ke-77 Jabar, Kamil memaparkan sejumlah prestasi pemerintahannya, mulai dari investasi, ekspor, pengentasan desa tertinggal, hingga kualitas pembangunan manusia (IPM).
Untuk investasi, misalnya, Kamil mengklaim, Jabar tercatat sebagai provinsi dengan pencapaian investasi terbaik di Indonesia (Kompas, 20/8/2022). Data Pemerintah Provinsi Jabar, nilai investasi di Jabar sepanjang 2018-2023 mencapai Rp 838,8 triliun dan menyerap 856.300 tenaga kerja. Demikian pula dengan pembangunan desa. Sejak 2022, semua desa di Jabar (5.312 desa) sudah tidak lagi berstatus desa tertinggal.
Dukungan partai di pilgub Jabar
Namun, posisi elektoral dan loyalitas pemilih Kamil ini masih harus diuji. Setidaknya ada dua faktor yang bisa menggoyahkan potensi elektabilitas Kamil, yaitu wilayah penguasaan partai politik dan munculnya nama baru yang punya rekam jejak elektoral.
Dari aspek kekuatan partai, Kamil yang didukung Partai Golkar akan berhadapan dengan calon dari Gerindra, PKS, dan PDI-P. Hasil Pemilu Legislatif 2024 menunjukkan, Jabar jadi wilayah persaingan Gerindra, PKS, Golkar, dan PDI-P.
Gerindra paling banyak meraih dukungan dengan 4.301.852 suara, disusul PKS (3.801.216 suara), Golkar (3.590.621 suara), PDI-P (2.970.223 suara), dan PKB (2.850.963 suara). Dari 15 dapil pada Pemilu Legislatif 2024, Gerindra menang di tujuh dapil. PKS berhasil memenangi tiga dapil, diikuti Golkar (dua dapil), PDI-P (dua dapil), dan PKB (satu dapil).
Pengaruh partai bakal turut menentukan dalam ajang pilgub karena hasil pemilu legislatif menunjukkan tidak semua wilayah menjadi basis Golkar, pendukung utama Kamil. Pesaing elektabilitas Kamil, yakni Dedi Mulyadi, merupakan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra.
Partai pendukung Ridwan Kamil, yaitu Golkar, bakal bersaing dengan partai Dedi Mulyadi, yakni Gerindra, di wilayah Karawangan (Karawang, Purwakarta, Subang) dan Priangan Barat (Sukabumi, Cianjur). Di wilayah Megapolitan (Depok, Bogor, Bekasi), Golkar akan bersaing dengan PKS. Adapun PDI-P akan dihadapi Golkar di wilayah Cirebonan (Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka).
Di dua wilayah berbeda, yaitu Priangan Timur dan Bandung Raya, mesin politik Golkar dan jaringan sukarelawan Kamil juga harus lebih keras bekerja mengingat wilayah tersebut bukan basis penguasaan Golkar.
Wilayah Priangan Timur (Garut, Ciamis, Kota Tasikmalaya, Banjar) menjadi basis massa pendukung Gerindra dan PDI-P. Sementara pemilih di Bandung Raya (Bandung, Cimahi, Sumedang) lebih banyak menjatuhkan pilihan pada PKS dan Gerindra di Pemilu 2024.
Pesaing Ridwan Kamil di Jabar
Selain penguasaan partai, potensi elektoral Ridwan Kamil juga bakal diuji oleh munculnya pesohor atau artis. Pada Pemilu Legislatif 2024, misalnya, ada sembilan pesohor yang terpilih sebagai anggota DPR dari dapil Jabar.
Dua nama di antaranya ialah Dede Yusuf (Demokrat) dan Desy Ratnasari (PAN). Dari jalur DPD, ada nama baru Alfiansyah Komeng yang berhasil meraih suara terbanyak dengan 5.399.699 suara.
Saat ini, ketiga nama pesohor itu masuk dalam bursa calon gubernur berdasarkan survei Kompas Juni 2024. Keberhasilan pesohor dalam memenangi Pilgub Jabar pernah terjadi pada Pilkada 2008 dan 2013.
Pada Pilgub 2007, Dede Yusuf terpilih sebagai wakil gubernur. Selanjutnya, pada Pilgub 2013, giliran Deddy Mizwar yang berhasil terpilih sebagai wakil gubernur.
Dengan 35,7 juta pemilih yang tersebar di 27 kabupaten/kota, upaya menghimpun elektabilitas lewat sosok yang populer sebagai artis menjadi salah satu pilihan strategi.
Namun, strategi tersebut dapat menjadi ironi bagi regenerasi kepemimpinan Jabar yang seharusnya menjadi ajang unjuk kemampuan berkarier lebih tinggi untuk para kepala daerah di tingkat kabupaten dan kota. (LITBANG KOMPAS)