Hasil Pemilu 2024 Kabupaten Pati dan Kekuatan PDI-P di Pilkada Bupati
Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menjadi wilayah solid bagi PDI-P. Namun, belum tentu untuk kursi bupatinya.
Kekuatan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P di Kabupaten Pati ini terlihat dari hasil pemilu legislatif. Pada Pemilu Legislatif 2024 lalu, PDI-P memperoleh dukungan suara terbanyak, yakni 201.840 suara.
Perolehan suara PDI-P ini mengungguli partai-partai lainnya, seperti Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Untuk pemilu tahun ini, Gerindra memperoleh 94.573 suara, sedangkan PKB mendapat 86.937 suara. Selanjutnya, Partai Demokrat (84.092 suara), PPP (82.503 suara), Nasdem (73.274 suara), dan PKS meraih 60.152 suara.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Dominasi PDI-P juga terlihat di daerah pemilihan (dapil). Pada Pemilu 2024 ada lima dapil yang menjadi wilayah persaingan partai-partai untuk memperebutkan suara pemilih Pati. Kelima dapil tersebut meliputi dapil Pati 1, yaitu Kecamatan Pati, Margorejo, Gembong, dan Tlogowungu.
Kemudian dapil Pati 2 mencakup Kecamatan Margoyoso, Gunungwungkal, Cluwak, Tayu, dan Dukuhseti. Dapil Pati 3 terdiri dari Kecamatan Batangan, Juwana, Wedarijaksa, dan Trangkil. Dapil Pati 4 meliputi Kecamatan Winong, Puncakwangi, Jaken, dan Jakenan. Sementara dapil Pati 5 terdiri dari Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambak Kromo, dan Gabus.
Dari lima dapil tersebut, PDI-P paling banyak mendapat dukungan suara. Dua dapil yang menyumbang banyak suara untuk PDI-P ialah dapil Pati 1 dengan 55.201 suara dan dapil Pati 5 Sukolilo yang memperoleh 43.490 suara.
Dengan hasil ini, sepertiga kursi DPRD Kabupaten Pati periode 2024-2029 mendatang akan diisi kader-kader PDI-P. Jumlah kursi PDI-P (14 kursi) ini lebih banyak dibanding kursi Gerindra, PKB, dan PPP yang masing-masing mendapat enam kursi di DPRD Kabupaten Pati.
Dominasi PDI-P di Kabupaten Pati ini melanjutkan tren sebelumnya. Pada Pemilu 2019, PDI-P juga mendapat kursi terbanyak, yakni 10 kursi. Saat itu, PDI-P berhasil meraih 163.112 suara, disusul Demokrat yang mendapat 91.742 suara dengan 6 kursi, Gerindra yang memperoleh 88.079 suara dengan 6 kursi, dan PKB yang meraih 86.399 suara dengan 6 kursi.
Demikian pula Pemilu 2014 dan Pemilu 2009. PDI-P meraih suara terbanyak pada Pemilu 2014 dengan mengumpulkan 117.644 suara, sedikit di atas Gerindra yang mendapatkan 112.599 suara. Pada pemilu 2009, PDI-P mendapat 141.547 suara, disusul Demokrat (95.590 suara), dan Golkar (56.569 suara).
Calon PDI-P di Pilkada Bupati Pati
Wilayah yang terbilang solid bagi PDI-P ini membuat peluang kader-kader PDI-P dapat mengisi kursi Ketua DPRD dan juga Bupati Pati. Ketua DPRD Pati periode 2019-2024 saat ini dijabat Ali Badrudin yang juga menjadi Ketua DPC PDI-P Kabupaten Pati. Sebelumnya, Ali Badrudin telah menjadi Ketua DPRD Pati periode 2014-2019.
Nama Ali Badrudin saat ini disebut-sebut sebagai salah satu calon Bupati Pati pada Pilkada 2024. Bukan tanpa alasan, karena jabatan ketua DPRD dan juga ketua DPC PDI-P Kabupaten Pati merupakan salah satu sumber kepemimpinan di Pati. Selain ketua DPRD, jalur birokrat seperti sekretaris daerah juga menjadi jalur handal calon-calon bupati.
Pada pilkada pertama tahun 2006, PDI-P mencalonkan Tasiman (bupati petahana). Sebelum maju pada Pilkada 2006, Tasiman sudah menjadi Bupati Pati periode 2001-2006. Hanya saja, tahun 2001 pemilihan bupati masih dipilih melalui DPRD. Sebelum terpilih menjadi bupati pada 2001, Tasiman merupakan Ketua DPRD Pati dan Ketua DPC PDI-P Kabupaten Pati.
Pada Pilkada Bupati Pati 2006, Tasiman berpasangan dengan Kartina Sukawati. Kartina merupakan istri Joni Kurnianto, Ketua DPC Partai Demokrat Pati. Pasangan Tasiman (bupati petahana)-Kartina Sukawati ini diusung koalisi PDI-P-Demokrat. Pasangan Tasiman-Kartina memperoleh 195.599 suara atau 46,36 persen.
Kans PDI-P untuk meraih kursi bupati periode selanjutnya juga terbuka lebar setelah PDI-P berhasil memenangi Pemilu Legislatif DPRD Pati tahun 2009. Saat itu PDI-P memperoleh 141.547 suara dan merebut 12 kursi DPRD.
Jumlah kursi PDI-P tersebut lebih banyak dibandingkan Demokrat yang mendapat delapan kursi di DPRD Pati setelah memperoleh 95.590 suara. Sebagai partai pemenang, PDI-P juga berhak meraih jabatan Ketua DPRD yang dipegang Sunarwi (Ketua DPC PDI-P Pati).
Hanya saja, bekal kemenangan PDI-P di Pemilu Legislatif 2009 tersebut tak terbawa hingga Pilkada Bupati Pati 2012. Pemenang Pilkada Pati 2012 ialah Haryanto (birokrat, mantan Plt Sekda Pati) yang berpasangan dengan Budiyono. Pasangan yang diusung koalisi PKB, Gerindra, PPP, PKS, dan sejumlah partai ini memperoleh 256.705 suara atau 38,85 persen suara.
Pasangan Haryanto-Budiyono ini unggul atas pasangan yang diusung PDI-P, yaitu Imam Suroso-Sujoko yang meraih 229.277 suara atau 34,7 persen. Kekalahan calon PDI-P ini tidak terlepas dari munculnya konflik internal di tubuh partai.
Pada Pilkada Pati 2012, KPU Pati menetapkan pasangan Sunarwi-Tejo Pramono sebagai calon bupati dan wakil bupati dari PDI-P. Sunarwi merupakan Ketua DPRD Pati sekaligus Ketua DPC PDI-P Pati. Namun, sebenarnya DPP PDI-P telah merekomendasikan calon bupati untuk Imam Suroso (anggota DPR RI Dapil Pati) dan pasangannya, Sujoko.
Saat itu, PDI-P Pati di bawah kepemimpinan Sunarwi mencabut berkas Imam Suroso-Sujoko dan menggantinya dengan berkas Sunarwi-Tejo Pramono. Imam Suroso-Sujoko kemudian menggugat keputusan KPU Pati ke Mahkamah Konstitusi.
MK mengabulkan permohonan Imam Suroso-Sujoko dan memutuskan pemilihan ulang. Meski demikian, pasangan Imam Suroso-Sujoko harus mengakui keunggulan pasangan Haryanto-Budiyono.
Selain konflik internal, isu lain yang muncul jelang Pilkada 2012 ialah dugaan korupsi APBD Kabupaten Pati yang menjerat elite PDI-P, yaitu Bupati Tasiman dan mantan Ketua DPRD Wiwik Budi Santoso.
Calon tunggal di Pilkada Bupati Pati
Lepasnya kursi bupati dari kader PDI-P terulang pada Pilkada 2017. Pasalnya, mayoritas partai mengajukan kembali bupati petahana Haryanto yang berpasangan dengan Saiful Aifin (pengusaha). Dukungan mayoritas partai ini membuat Pilkada Bupati Pati 2017 hanya diikuti pasangan Haryanto-Saiful Arifin.
Pasangan calon tunggal ini didukung delapan partai di DPRD Pati termasuk PDI-P. Pasangan Haryanto-Saiful Arifin menang atas kotak kosong dengan meraih jumlah sebanyak 519.675 suara atau 74,51 persen. Sementara kotak kosong memperoleh 177.762 suara atau 25,49 persen dukungan suara.
Baca juga: Mencari Pemimpin yang Mampu Mengangkat Derajat Jateng
Fenomena calon tunggal di Pilkada 2017 sedikit membawa warna baru dalam pemilihan bupati Pati. Hal ini mengingat pada dua pilkada sebelumnya, ajang pemilihan bupati Pati selalu marak diikuti banyak kandidat.
Pilkada 2006 diikuti empat pasang calon bupati-calon wakil bupati. Kemudian, pada Pilkada 2012 ada enam pasangan yang mengikuti pemilihan bupati. Tiga pasangan di antaranya ialah calon perseorangan. Bahkan, saat pemilihan bupati masih dilakukan oleh DPRD pada 2001, ada tiga calon bupati-calon wakil bupati yang mengikuti pemilihan.
Sebagaimana Pilkada 2017, calon dari jalur perseorangan juga belum muncul pada pemilihan tahun 2024 ini. Satu-satunya jalur yang tersisa hanyalah lewat partai politik. Wakil bupati petahana Saiful Arifin sudah menjajaki mendaftar lewat sejumlah partai, termasuk PDI-P.
Di internal PDI-P sendiri ada nama kuat Ali Badrudin yang saat ini menjabat Ketua DPRD Pati dan Ketua DPC PDI-P Kabupaten Pati. Selain itu, nama lain yang juga disebut-sebut punya peluang mencalonkan ialah Sudewo, anggota DPR dari Partai Gerindra. Sebagai partai pemenang kedua, Gerindra memiliki peluang menggalang koalisi untuk tampil di ajang Pilkada Bupati Pati 2024 mendatang.
Maraknya bursa calon-calon pemimpin daerah Pati diharapkan membuat iklim kompetitif yang membawa pada kemajuan wilayah yang dikenal dengan julukan ”Bumi Mina Tani”. Daerah yang awalnya bertumpu pada sektor pertanian dan perikanan ini sekarang juga makin berdaya dengan industri pengolahan (manufaktur) dan perdagangan.
Pada tahun 2023, sektor industri pengolahan (manufaktur) berkontribusi sebesar 28 persen dari total kegiatan ekonomi di Kabupaten Pati. Sementara sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan menyumbang 23,54 persen.
Kondisi ini berbeda pada 2003 silam. Pada 20 tahun lalu, sektor pertanian masih mendominasi kegiatan ekonomi (45,82 persen), sedangkan sektor industri pengolahan berkontribusi 12,39 persen dari total kegiatan ekonomi daerah.
Baca juga: Pilgub Jateng dan Pertaruhan Politik PDI-P
Data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pati tahun 2022 menyebutkan, ada 22 industri besar di Pati dengan serapan tenaga kerja mencapai 27.600 orang. Namun, keberadaan industri-industri tersebut baru terkonsentrasi di sembilan kecamatan. Terbanyak ada di Kecamatan Pati, Margorejo, dan Juwana.
Dengan demikian, terdapat 12 wilayah lain yang belum mendapat kesempatan merasakan perkembangan sektor industri termasuk di Kecamatan Sukolilo. Karenanya, pemerataan ekonomi menjadi salah satu tantangan kepemimpinan bagi calon yang akan berlaga pada Pilkada Bupati Pati 2024 mendatang. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Tragedi Bos Rental Mobil dan Gunung Es Penadahan Curanmor di Pati, Jawa Tengah