Hasil Pemilu 2024 Jabar dan Persaingan Gerindra, PKS, Golkar di Pilkada Gubernur
Selain jejaring partai, artis juga patut diperhitungkan untuk meraup simpati pemilih Jawa Barat di pilkada gubernur.
Hasil Pemilu Legislatif 2014 hingga 2024 di Jawa Barat menunjukkan Tatar Sunda menjadi wilayah persaingan Gerindra, PKS, Golkar, dan PDI-P. Pada Pemilu 2014 lampau, PDI-P, Golkar, PKS, dan Gerindra mendominasi perolehan suara di tingkat Jabar. Meski masih didominasi empat partai tersebut, pada Pemilu 2019, peta politik Jabar sedikit berubah. Gerindra menjadi peraih suara terbanyak, diikuti PKS, PDI-P, dan Golkar.
Tahun ini, Gerindra kembali meraih suara paling banyak dengan meraup 4.301.852 dukungan suara pemilih pada Pemilu 2024. Posisi Gerindra ditempel ketat PKS dan Golkar. PKS berada di peringkat kedua dengan 3.801.216 suara, sedangkan Golkar mendapat 3.590.621 suara. Selanjutnya, PDI-P mendapat 2.970.223 suara dan PKB dengan 2.850.963 suara.
Sengitnya persaingan antarpartai tersebut menyebar hingga ke daerah-daerah pemilihan. Lima partai, yaitu Gerindra, PKS, Golkar, PDI-P, dan PKB, berhasil memenangi suara di 15 daerah pemilihan (dapil) pada Pemilu 2024.
Jabar terbagi menjadi 15 dapil pada Pemilu Legislatif 2024 lalu. Dari 15 dapil tersebut, Gerindra menang di tujuh dapil. Sementara PKS berhasil memenangi tiga dapil, diikuti Golkar (dua dapil), PDI-P (dua dapil), dan PKB (satu dapil).
Gerindra menang di dapil Jabar 3 (Bandung Barat), Jabar 5 (Sukabumi, Kota Sukabumi), Jabar 6 (Bogor), Jabar 9 (Bekasi), Jabar 10 (Purwakarta, Karawang), Jabar 14 (Garut), dan Jabar 15 (Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya).
Sementara PKS merajai dapil Jabar 1 (Kota Bandung, Kota Cimahi), Jabar 7 (Kota Bogor), dan Jabar 8 (Kota Bekasi, Kota Depok). Partai Golkar berjaya menguasai Jabar 4 (Cianjur) dan Jabar 11 (Majalengka, Sumedang, Subang).
Tiga dapil lain dimenangi PDI-P dan PKB. PDI-P menang di dapil Jabar 12 (Cirebon, Indramayu, Kota Cirebon) dan dapil Jabar 13 (Ciamis, Kuningan, Pangandaran, Kota Banjar). Sementara PKB menguasai satu dapil, yaitu Jabar 2 (Bandung).
Namun, penguasaan wilayah tersebut tidaklah mutlak. Perolehan suara partai-partai tersebut ditempel ketat oleh partai-partai lain. Di dapil Jabar 2 Bandung, misalnya, PKB menguasai perolehan suara dengan mendapat 381.620 suara. Namun, Golkar membayangi perolehan PKB dengan memperoleh 344.932 dukungan suara.
Demikian pula di dapil Jabar 5 Sukabumi dan Kota Sukabumi. Gerindra mendominasi perolehan suara dengan 244.391 suara. Perolehan Gerindra bersaing dengan PKB (236.659 suara) dan PKS (227.425 suara). Adapun di dapil Jabar 11 (Majalengka, Sumedang, dan Subang), perolehan suara Golkar (368.773 suara) diikuti ketat oleh Gerindra (350.581 suara) dan PDI-P (349.099 suara).
Persaingan partai di enam wilayah Tatar Sunda
Melihat sebaran kemenangan dan perolehan suara yang didapat partai-partai tersebut, pola penguasaan partai juga dapat dipetakan di wilayah sosial budaya atau tatar di Jawa Barat. Setidaknya ada enam pengelompokan wilayah sosial budaya di Jawa Barat, yaitu Cirebonan, Karawangan, Priangan Timur, Priangan Barat, Bandung Raya, dan Megapolitan.
Di wilayah Megapolitan (Depok, Bogor, Bekasi), persaingan terjadi antara PKS, Golkar, Geridra, dan PDI-P. Perebutan pengaruh politik di wilayah Cirebonan (Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka) lebih marak antara PDI-P, Golkar, PKB, dan Gerindra.
Sementara di wilayah Karawangan (Karawang, Purwakarta, Subang), empat partai akan bersaing, yakni Gerindra, Golkar, PKS, dan PDI-P. Di wilayah Priangan Timur (Garut, Ciamis, Kota Tasikmalaya, Banjar), persaingan lebih dominan antara Gerindra dan PDI-P.
Gerindra juga akan bersaing ketat dengan Golkar memperebutkan dominasi pengaruh di Priangan Barat (Sukabumi Cianjur). Sementara di wilayah Bandung Raya (Bandung, Cimahi, dan Sumedang), persaingan terjadi antara PKS, Gerindra, Golkar.
Tak hanya di ajang pemilu legislatif, aroma persaingan politik yang kompetitif juga terjadi di ajang pemilihan kepala daerah (pilkada) gubernur. Persaingan partai yang ketat, ditambah penguasaan wilayah tertentu, membuat pilkada gubernur juga tak luput dari incaran parpol-parpol kuat di Jabar.
Sejak 2008, Pilkada Jabar selalu marak diikuti minimal tiga pasangan calon dari beragam kekuatan koalisi partai. Pilkada 2008 menjadi target persaingan tiga kekuatan pemenang pemilu legislatif 2004, yaitu Golkar, PDI-P, dan PKS.
Partai Golkar sebagai pemenang pemilu legislatif mencalonkan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana. Danny Setiawan merupakan Gubernur Jabar periode 2003-2008, sedangkan Iwan Sulanjana merupakan Panglima Kodam III/Siliwangi masa bakti 2003-2005.
Calon dari koalisi Golkar ini ditantang pemenang kedua pemilu legislatif, yaitu PDI-P. Koalisi PDI-P mengajukan mantan Menteri Perhubungan Agum Gumelar dan Nu’man Abdul Hakim (Wakil Gubernur Jabar 2003-2008). Selanjutnya, koalisi PKS mengajukan pasangan Ahmad Heryawan (Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta)-Dede Yusuf (anggota DPR).
Hasil pemungutan suara menunjukkan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf memenangi pilkada gubernur dengan meraih 40,37 persen suara. Pasangan itu unggul atas Agum-Mu’man yang mendapat 35,35 persen suara dan Danny-Iwan Sulanjana (24,3 persen suara).
Persaingan antarpartai kembali terjadi pada Pilkada Gubernur Jawa Barat 2013. Empat partai pemenang Pemilu Legislatif 2009, yakni Demokrat, PDI-P, Golkar, dan PKS, kembali bersaing meraih kursi gubernur.
Koalisi Demokrat sebagai pemenang pemilu di Jabar mencalonkan Dede Yusuf (wakil gubernur petahana) berpasangan dengan Lex Laksamana (birokrat, Sekretaris Daerah Provinsi Jabar). Pasangan ini ditantang calon dari koalisi PDI-P yang mengusung Rieke Diah Pitaloka (anggota DPR)-Teten Masduki (aktivis antikorupsi).
Koalisi PKS mengajukan Ahmad Heryawan (gubernur petahana)-Deddy Mizwar (artis senior). Koalisi Golkar mencalonkan Irianto MS Syafiuddin (mantan Bupati Indramayu)-Tatang Farhanul Hakim (mantan Bupati Tasikmalaya). Satu pasangan calon lain dari jalur perseorangan, yaitu Dikdik M Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib.
Hasil pilkada menunjukkan, pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar unggul atas empat calon lain dengan memperoleh 32,39 persen suara. Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki PDI-P menyusul dengan mendapat 28,42 persen suara dan Dede Yusuf Macan Effendi-Lex Laksamana dengan 25,24 persen suara.
Pilkada Jabar dan pencalonan artis
Pada Pilkada 2018, persaingan partai pemenang Pemilu Legislatif 2014 terjadi antara PDI-P. Golkar, dan PKS. PDI-P sebagai pemenang pemilu saat itu mengusung pasangan Tubagus Hasanuddin (anggota DPR)-Anton Charliyan (mantan Kepala Polda Jabar) tanpa koalisi dengan partai lain.
Pasangan ini menghadapi calon yang diusung koalisi Golkar, yaitu Deddy Mizwar (wakil gubernur petahana)-Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta) dan calon dari koalisi PKS, yakni Mayjen (Purn) Sudrajat, yang pernah menjabat sebagai Kapuspen TNI berpasangan dengan Ahmad Syaikhu (Wakil Wali Kota Bekasi).
Baca juga: Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju Pilkada Jabar
Selain ketiga parpol tersebut, koalisi Nasdem, PKB, PPP, dan Hanura mengajukan pasangan Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung) yang berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum (Bupati Tasikmalaya). Di luar dugaan, pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum memenangi pilkada gubernur dengan mendapat 32,88 persen suara.
Pasangan ini mengalahkan Sudrajat–Ahmad Syaikhu dari koalisi PKS yang meraih 28,74 persen), Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (25,77 persen), dan Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan dari PDI-P (12,62 persen).
Hasil pemilu dan pilkada gubernur ini setidaknya memberikan dua gambaran peta politik di Jawa Barat. Pertama ialah kekuatan partai dan jaringan mesin partai di sejumlah wilayah. Jejaring partai ini bahkan memunculkan calon-calon gubernur yang mengakar dari wilayah kabupaten atau kota yang mampu bersaing dengan calon-calon nasional.
Gambaran kedua ialah strategi pemenangan lain di luar persaingan mesin politik partai. Strategi yang dimaksud ialah memasang artis atau pesohor untuk memenangi Pilkada Jawa Barat.
Pada Pilkada 2008, ada nama Dede Yusuf yang ikut mencalonkan diri dan terpilih sebagai wakil gubernur. Pada Pilkada 2013, tercatat ada tiga artis yang maju, yaitu Dede Yusuf, Deddy Mizwar, dan Rieke Diah Pitaloka. Deddy Mizwar menyusul jejak Dede Yusuf yang berhasil terpilih sebagai wakil gubernur.
Pada pilkada terakhir yang berlangsung pada 2018, Deddy Mizwar kembali mencalonkan diri sebagai kandidat gubernur. Namun, Deddy Mizwar yang berpasangan dengan Dedi Mulyadi kalah dari pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang akhirnya terpilih sebagai Gubernur-Wakil gubernur Jabar periode 2018-2023.
Pemilih Jabar memiliki karakteristik relasi yang relatif dekat dengan pencalonan artis. Pada ajang pemilu, daerah pemilihan Jawa Barat menjadi salah satu lumbung pesohor atau artis. Pada Pemilu 2009, ada 18 pesohor yang berhasil lolos menjadi anggota DPR. Delapan artis di antaranya terpilih dari dapil Jawa Barat.
Lima tahun berikutnya, para pesohor yang mencalonkan diri sebagai anggota DPR dari dapil Jawa Barat semakin banyak terpilih. Dari 16 pesohor yang lolos ke Senayan pada Pemilu 2014, separuh di antaranya (delapan orang) terpilih dari dapil Jawa Barat.
Proporsi ini semakin banyak pada Pemilu 2019. Dari 14 pesohor yang terpilih sebagai anggota DPR, 10 di antaranya dari dapil Jawa Barat. Dalam ajang Pemilu 2024 lalu, sembilan artis berhasil terpilih dari dapil Jawa Barat.
Baca juga: PKB Siapkan Poros Koalisi Melawan Ridwan Kamil di Pilkada Jabar
Tidak heran jika sejumlah partai menggunakan strategi mencalonkan artis untuk memenangi pemilu atau pilkada. Hal ini tidak terlepas dari luasnya wilayah Jawa Barat dan besarnya populasi pemilih di Jabar.
Jika tidak memiliki jejaring partai yang mengakar hingga ke pelosok Jabar atau tidak memiliki basis massa di wilayah lumbung pemilih, strategi memasang tokoh populer, seperti artis, dapat menjadi pilihan di tengah ketatnya persaingan antarpartai. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Hasil Pemilu 2024 Banten dan Persaingan Politik Jelang Pilkada Banten