Pramono Klaim Didukung Banyak Tokoh, Pengamat: Kampanye di Pilkada Jakarta Bakal Berbeda
Kampanye di Jakarta diprediksi melelahkan karena kampanye di Jakarta tidak bisa diwakili dengan bagi-bagi sembako.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hanya didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Hanura, pasangan bakal kandidat Pilkada Jakarta, Pramono Anung-Rano Karno, mengklaim mereka turut memperoleh dukungan dari berbagai kalangan, termasuk yang berbeda partai politik. Namun, di mata pengamat politik, tantangan yang dihadapi Pramono-Rano akan sama dengan yang dihadapi Ridwan Kamil-Suswono yang didukung Koalisi Indonesia Maju dengan jumlah partai jauh lebih banyak.
Jakarta pun diperkirakan menjadi laboratorium untuk mempraktikkan cara-cara berkampanye yang baru di Pilkada Jakarta. Tidak hanya serangan udara, semua pasangan calon tetap harus berani berdebat dan berani berdiskusi.
Pramono Anung dan Rano Karno tiba di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta, pada Jumat (30/8/2024) pagi. Mereka kemudian menjalani serangkaian tes kesehatan yang berlangsung hingga pukul 18.00.Baca juga: Rano Karno Diyakini Bisa Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung
Menurut Pramono, seluruh rangkaian tes kesehatan dan tes psikologi telah dijalani dengan baik. ”Alhamdulillah, saya dan Bang Rano sudah menjalani dengan baik, termasuk dengan treadmill,” kata Pramono.
Baik Pramono maupun Rano mengatakan, mereka selama ini rutin berolahraga. Rano mengaku, dia melakukan olahraga jalan kaki sekali dalam seminggu dengan ditemani istri atau cucu. Sementara itu, Pramono mengaku rutin bersepeda, joging, serta berolahraga angkat beban dengan didampingi pelatih.
Mengenai dukungan dari pihak-pihak tertentu dalam menghadapi Pilkada Jakarta, khususnya dari mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Rano mengiyakan adanya kemungkinan itu. Pramono pun berterima kasih dan berharap bantuan dan dukungan dari semua pihak.
Sebelumnya, Anies sempat diwacanakan menjadi calon gubernur Jakarta yang akan diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Namun, wacana itu tak terjadi di hari pendaftaran calon kepala daerah yang berlangsung 27-29 Agustus 2024 di KPU Jakarta.
Menurut Pramono, pertarungan di pilkada bukanlah pertarungan partai, melainkan pertarungan perseorangan untuk mendapatkan simpati publik.
Pramono mengungkapkan, berpolitik harus dilakukan dengan riang gembira dan merangkul semuanya. Menurut Pramono, pertarungan di pilkada bukanlah pertarungan partai, melainkan pertarungan perseorangan untuk mendapatkan simpati publik.
”Alhamdulillah baru tiga hari ini, saya mendapatkan banyak sekali dukungan dari tokoh-tokoh publik yang mereka juga akan memberikan dukungan secara terbuka meskipun partainya berbeda dengan saya. Kenapa itu dilakukan? Sebab, hubungan baik secara personal selama ini. Ini tekad saya dan Bang Doel (sebutan untuk Rano Karno sesuai nama karakternya di sinetron Si Doel Anak Sekolahan) yang betul-betul bisa merangkul semua kelompok yang ada di Jakarta,” ujarnya.
Makin dikenal
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya berpandangan, tantangan utama pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur Pramono Anung-Rano Karno adalah meningkatkan keterkenalan Pramono di masyarakat. Jika dilihat rekam jejaknya, Pramono merupakan sosok politisi yang sukses dalam meniti karier politik. Dia menduduki jabatan eksekutif selama hampir 10 tahun, juga pernah masuk ke legislatif dan menduduki jabatan Wakil Ketua DPR, serta pernah menjadi Sekretaris Jenderal PDI-P.
Namun, dengan berbagai pencapaian itu, sosok Pramono hanya dikenal di kalangan terbatas. Dari survei Charta Politika Indonesia, tingkat keterkenalan Pramono hanya sekitar 8 persen meski setelah dia diumumkan oleh KPU Jakarta sebagai calon gubernur, tingkat keterkenalan masyarakat terhadapnya otomatis akan meningkat.
”Memang, akseleratornya adalah Rano Karno atau si Doel. Selain modal popularitasnya, Rano Karno yang dikenal melalui film Si Doel Anak Sekolahan ini menjadi simbol warga Betawi,” kata Yunarto.
Lebih jauh, menurut dia, Pramono Anung-Rano Karno juga mesti memanfaatkan adanya sentimen masyarakat yang menganggap Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus, pengusung cagub-cawagub Jakarta Ridwan Kamil-Suswono, memanfaatkan politik dinasti. Sentimen itu berawal dari sentimen terhadap keluarga Presiden Jokowi yang direspons oleh masyarakat dengan demonstrasi besar-besaran.
Meski demikian, lanjut Yunarto, tantangan untuk meningkatkan elektabilitas juga terbuka bagi calon gubernur Jakarta, Ridwan Kamil, yang akan menjalani pemeriksaan kesehatan pada Sabtu (31/8/2024). Meski di atas kertas Ridwan Kamil lebih populer, kepindahannya dari Jawa Barat ke DKI Jakarta mengharuskan dia untuk beradaptasi dengan pemilih di DKI Jakarta.
Sebab, terdapat faktor sosiologis yang membedakan antara Jabar dan Jakarta. Salah satu hal kecil yang harus diatasi adalah fanatisme pendukung klub sepak bola Jakarta, Persija, yang disebut Jakmania. Kelompok pendukung Persija itu merupakan rival Bobotoh, pendukung klub sepak bola Bandung, Persib. Selain itu, selama ini Jakarta juga dipimpin oleh figur yang dekat dengan masyarakat Betawi.
Terkait dengan berbagai latar belakang itu, menurut Yunarto, pemilih di Jakarta sangat dipengaruhi oleh pertarungan informasi karena literasi digital ataupun informasi masyarakat yang tinggi. Pemilih di Jakarta juga sangat kritis. Oleh karena itu, strategi serangan darat maupun udara mesti dilakukan karena saling terkait dan bisa memengaruhi preferensi pemilih.
”Jakarta menjadi laboratorium untuk mempraktikkan cara-cara berkampanye yang baru. Tidak hanya serangan udara, semua paslon (pasangan calon) tetap harus berani berdebat, berani berdiskusi. Maka, bersiap-siap saja, kampanye di Jakarta akan lebih melelahkan karena kampanye di Jakarta tidak bisa hanya diwakili dengan bagi-bagi sembako,” ujarnya.
Maka, bersiap-siap saja, kampanye di Jakarta akan lebih melelahkan karena kampanye di Jakarta tidak bisa hanya diwakili dengan bagi-bagi sembako.
Akar rumput
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, berpandangan, baik Pramono Anung maupun Rano Karno memiliki bekal politik, yakni pernah menduduki jabatan publik. Hal itu menjadi modal penting untuk berlaga meski di atas kertas masyarakat lebih mengenal pasangan calon Ridwan Kamil-Suswono.
Menurut Adi, sepanjang masih ada waktu untuk berkampanye, maka peluang bagi paslon Pramono Anung-Rano Karno akan selalu ada. Sebab, penentunya bukanlah elektabilitas, melainkan kerja-kerja politik dan konsolidasi ke akar rumput.
Pramono Anung-Rano Karno, menurut dia, harus melipatgandakan konsolidasi politiknya. Jangan lagi pakai standar biasa, tapi harus dengan standar luar biasa di atas rata-rata kerja politik,” kata Adi.
Terkait dengan hal itu, serangan udara ataupun serangan darat harus dilakukan keduanya. Media digital, baik media sosial maupun media arus utama, harus digunakan untuk mengamplifikasi kelebihan politik mereka berdua.
Berbarengan dengan itu, serangan darat berupa kunjungan dan bertemu dengan masyarakat secara langsung juga harus dijalankan. Melalui kampanye dari pintu ke pintu dan berdiskusi dengan masyarakat, mereka bisa menangkap kesulitan yang dihadapi masyarakat.