Dedi Mulyadi, Ridwan Kamil, dan Misteri Pesan di Jumat Malam
Luluhnya keputusan Golkar terkait Ridwan Kamil terjadi setelah Prabowo Subianto kembali dari lawatan ke luar negeri.
Lebih dari setahun setelah meninggalkan Partai Golkar dan tugas di DPR, Dedi Mulyadi kembali bertemu dengan rekan kerjanya saat masih aktif di kedua institusi tersebut. Jumat (2/8/2024), sekitar pukul 18.00, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu menemui kader Golkar, Singgih Januratmoko, yang sudah menunggu dirinya di sebuah restoran di Kota Bandung, Jawa Barat. Awalnya, Dedi berpikir itu hanya makan malam biasa. Namun, pertemuan dengan rekan sesama anggota Komisi VI semasa di parlemen itu rupanya jadi salah satu penentu nasib karier politiknya.
”Ternyata Pak Singgih membawa amanah dari Ketua Umum Partai Golkar Pak Airlangga Hartarto untuk meminta saya menjadi calon gubernur Jawa Barat,” ungkapnya saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (4/8/2024).
Tak cukup menyampaikannya secara lisan, Singgih mengambil ponsel untuk membuat panggilan video dengan Airlangga. Ketika tersambung, ponsel tersebut diarahkan ke Dedi. Pesan yang sama pun disampaikan Airlangga kepada mantan kader Golkar itu. ”Saya langsung di-videocall-kan dengan Pak Airlangga. Lalu, Pak Airlangga menyatakan, Kang Dedi harus siap untuk didukung Partai Golkar,” tutur Dedi.
Selain itu, Singgih juga meminta Dedi mengajak awak media. Ia berpesan agar kabar dukungan ini segera diketahui publik secara luas. Berjarak sekitar 150 kilometer dari Bandung, Airlangga seusai menghadiri perayaan ulang tahun Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) di Djakarta Theatre, Jumat malam, juga mengumumkan hal serupa kepada para wartawan.
”Jadi, beliau meminta untuk langsung disampaikan kepada media. Saya, kan, sebagai calon pengantin ikut saja bagaimana calon mertua,” ujar Dedi sambil terkekeh.
Meski telah menerimanya secara personal, mantan Bupati Purwakarta yang sejak tahun lalu meneguhkan niat untuk menjadi calon gubernur Jawa Barat (Jabar) 2024 itu belum bisa memutuskan sendiri. Sebagai bagian dari Partai Gerindra, ia bakal membicarakannya kembali dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Dedi juga mempersilakan Airlangga untuk membawa kabar tersebut untuk dibicarakan pada forum antarketua umum partai politik (parpol) Koalisi Indonesia Maju (KIM), pengusung Prabowo-Gibran Rakabuming Raka pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Selain Gerindra dan Golkar, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, dan Partai Solidaritas Indonesia termasuk yang berada dalam gerbong KIM.
Khusus menyangkut Pilkada Jabar, tidak ada satu pun parpol yang bisa mengusung kandidat gubernur dan wakil gubernur tanpa berkoalisi. Sebab, perolehan kursi DPRD Jabar hasil Pemilu 2024 dari 10 parpol tak ada yang memenuhi ambang batas pencalonan di Pilgub Jabar. Setidaknya, parpol atau gabungan parpol harus memperoleh 24 kursi di DPRD Jabar. Dalam konteks pembentukan koalisi, KIM memprioritaskan untuk kembali berkoalisi di daerah-daerah.
Baca juga: Benarkah Ada Skenario Menjegal Anies di Pilgub Jakarta?
Kepulangan Prabowo
Dedi mengaku bersyukur karena dukungan dari Golkar disampaikan hampir sebulan sebelum tahap pendaftaran calon pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2024.
Bagaimanapun, lobi dengan para pengurus Golkar di tingkat daerah terus berjalan. Pengurus pusat parpol beringin itu selama ini berkukuh untuk mendukung calon lain. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar sebelumnya menugaskan Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jabar, untuk maju kembali di Pilkada Jabar meski sempat masuk ke bursa calon wakil presiden (cawapres) 2024.
Tahun lalu, berpindahnya Dedi dari Golkar ke Gerindra juga tidak terlepas dari isu perebutan posisi cagub Jabar. Dedi meninggalkan parpol tempatnya bernaung sejak akhir 1990-an itu sekitar tiga bulan setelah Kamil bergabung dan diangkat menjadi Wakil Ketua Umum Golkar. Namun, Dedi menepisnya.
Ternyata Pak Singgih membawa amanah dari Ketua Umum Partai Golkar Pak Airlangga Hartarto untuk meminta saya menjadi calon gubernur Jawa Barat.
”Bagi saya, tidak masalah kapan diumumkannya karena sosialisasi yang saya lakukan sejak jauh-jauh hari juga tidak ada kaitannya dengan Pilkada. Jadi, saya pun lebih awal dari yang lain, tidak mendadak muncul,” katanya.
Baca juga: Dedi Mulyadi, dari Lembur Pakuan Berburu Tiket Pilkada Jabar
Singgih membenarkan, parpolnya selama ini mendukung Kamil untuk maju di Jabar. Akan tetapi, keputusan pencalonan di pilkada saat ini tidak terlepas dari koordinasi antarparpol KIM. Selama beberapa waktu terakhir, parpol dalam KIM terus menyimulasikan tokoh yang akan dimajukan di sejumlah daerah. ”Dari hasil simulasi itu, akhirnya diputuskan bahwa Golkar ikut mendukung Pak Dedi Mulyadi di Jabar,” katanya.
Singgih pun tidak memungkiri keputusan itu diambil setelah Prabowo kembali dari lawatan ke luar negeri. Sebagai Menteri Pertahanan sekaligus presiden terpilih 2024, Prabowo sempat berkunjung ke beberapa negara pekan lalu dan baru kembali ke Tanah Air pada Kamis (1/8/2024).
”Sebenarnya sudah lama simulasi-simulasi. Tetapi, keputusan akhirnya itu kemarin (setelah Prabowo kembali ke Indonesia), bapak-bapak kita berkomunikasi,” ujarnya.
Pada hari yang sama dengan kepulangan Prabowo, Singgih mengungkapkan, Golkar mengadakan rapat internal di Jakarta. Ia tidak menyebut siapa saja yang ikut serta dalam rapat tersebut di luar dirinya dan Airlangga. Namun, pada momentum itu, Airlangga menugaskan dia untuk menyampaikan pesan soal dukungan untuk Dedi.
Singgih pun melaksanakannya langsung keesokan harinya. Sebagai rekan yang pernah bekerja sama dengan Dedi di Komisi VI DPR, komunikasi berjalan lancar. ”Karena mungkin saya orang yang netral, jadi menyampaikan apa yang disampaikan ketum (Airlangga) ya sesuai dengan apa yang disampaikan begitu,” ujarnya.
Pertukaran
Menyusul dukungan tersebut, Singgih tidak memungkiri bahwa Golkar memastikan untuk mendapatkan kursi calon pendamping Dedi. Hal itu, menurut dia, juga pernah disampaikan Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad.
Dedi membenarkan, Golkar mengusulkan dua calon pendamping untuknya. Kedua sosok yang masih diminta untuk dirahasiakan itu disebut tak asing. Dedi mengaku mengenalnya dengan baik dan tidak bermasalah jika dipasangkan dengan mereka. ”Dia (Singgih) menyebut dua nama, dan saya dua-duanya setuju,” ujar Dedi.
Baca juga: Beri Restu untuk Dedi Mulyadi, Golkar Ajukan Dua Cawagub Jabar
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar Jabar Ace Hasan Syadzily enggan berkomentar banyak soal dukungan partainya kepada Dedi. Meski mengaku Dedi sebagai bagian dari Golkar karena pernah menjadi kader parpol tersebut sejak 1990-an, ia mengakui bahwa Golkar akan mengambil posisi calon wakil gubernur Jabar. Adapun Kamil bakal dipindahtugaskan untuk maju di Pilkada Jakarta.
“Sejak awal memang kami menugaskan Pak Ridwan Kamil di dua tempat, Jakarta dan Jabar. Karena itu, dalam konteks KIM, parpol-parpol bisa menempatkan posisi kadernya masing-masing. Saya kira, pertimbangan KIM untuk menempatkan kadernya masing-masing adalah bagian dari upaya menjaga soliditas,“ tutur Ace.
Salah satu politisi dalam KIM mengungkapkan kepada Kompas bahwa dukungan Golkar kepada Dedi di Jabar tidak terlepas dari upaya untuk mewujudkan calon tunggal di Pilgub Jakarta. Calon dimaksud tidak lain adalah Kamil. Untuk mewujudkan calon tunggal itu, parpol lain di luar KIM bakal diajak bergabung. Karena itu, dalam beberapa waktu terakhir, muncul wacana KIM plus. Bahkan, untuk menggaet parpol di luar KIM itu bergabung, imbalan kursi menteri di kabinet presiden-wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendatang ditawarkan.
Adapun wakil dari Kamil, menurut sumber tersebut, ada sejumlah opsi, antara lain mantan istri dari eks Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Veronica Tan, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu atau Wakil Ketua Majelis Syura PKS Sohibul Iman, atau Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep.
Sosok Kamil muncul sebagai kandidat potensial seiring dengan tingkat elektabilitas yang kompetitif di Jakarta. Merujuk hasil survei Indikator Politik Indonesia pada Juni lalu, elektabilitas Kamil mencapai 13,1 persen atau berada di posisi ketiga setelah Anies Baswedan (39,7 persen) dan Basuki Tjahaja Purnama (23,8 persen). Meski masih berada di posisi ketiga, Kamil disebut sebagai kandidat yang paling inklusif atau berpotensi meraih dukungan baik dari kelompok pendukung Anies maupun Basuki jika salah satu dari kedua tokoh tersebut tidak ikut berkontestasi.
Hingga saat ini, Anies sudah mendapatkan dukungan resmi dari PKS dan Partai Nasdem. Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jakarta dan DPD PDI-P Jakarta juga sempat menyampaikan aspirasi untuk mendukung Anies. Akan tetapi, sejumlah parpol itu belum bersepakat untuk berkoalisi dan mendaftarkan Anies sebagai calon peserta Pilkada Jakarta 2024.
Di tengah kondisi itu, sinyal perubahan sikap politik terlihat. Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid, misalnya, menanggapi positif gagasan membentuk KIM plus dengan alasan untuk kebaikan Jakarta dan Indonesia. Sementara PKS mengaku sudah ada tawaran untuk bergabung di KIM plus, tetapi hingga kini mereka masih menanti keseriusan Nasdem untuk mendukung pasangan cagub-cawagub Jakarta yang diajukan PKS, Anies Baswedan-Sohibul Iman.
Baca juga: Diajak KIM Koalisi untuk Pilgub Jakarta, PKS Tunggu Keseriusan Nasdem
Mengenai konstelasi tersebut, Ace yang juga menjabat sebagai Ketua DPP Golkar enggan menanggapi. Menurut dia, saat ini dia bukan pihak yang tepat untuk menjelaskan dinamika di Jakarta. “Saya tidak otoritatif untuk menjawabnya,“ kata Ace.
Begitu juga Dedi yang merupakan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra. Ia mengatakan, ada aspek-aspek politik yang diserahkan sepenuhnya kepada para ketua umum. Hal itu termasuk soal bagaimana strategi untuk menghadapi dinamika politik di Jakarta dan menentukan kandidat untuk bertarung di sana. “Itu ketua umum yang tahu, Pak Prabowo yang tahu, Pak Airlangga yang tahu (soal Pilkada Jakarta),“ tutur Dedi.
Ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (5/8/2024), Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, akan ada lebih dari satu partai di luar KIM yang bergabung. Parpol apa saja dalam KIM plus dijanjikannya akan dirilis ke publik berkisar 1-2 hari ke depan. Begitu pula cawagub dari Ridwan Kamil yang akan diusung KIM plus.
Ia membantah dukungan dari partai di luar KIM itu agar memperoleh kursi menteri di pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang. “Enggak ada tukar guling-tukar guling (dukungan kepada Kamil dengan kursi menteri di Kabinet Prabowo-Gibran). Yang ada bagaimana menyinkronkan KIM dan plusnya untuk membangun Indonesia yang lebih maju ke depan dan di daerah khusus Jakarta,“ katanya, menambahkan.
Baca juga: ”KIM Plus” Usung Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta, Bantah untuk Jegal Anies
Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Gerindra ini juga membantah anggapan bahwa KIM plus sengaja dibentuk untuk menjegal pencalonan Anies. Ia mengklaim KIM plus dibentuk untuk kemajuan Indonesia ke depan, tidak hanya sebatas pilkada. “Sekarang ini alam demokrasi. Kalau partai politik ingin mencalonkan siapa, kan kita juga enggak bisa melarang,“ ujar Dasco.