Anggap Elektabilitas Khofifah Rapuh, PKB Yakin Ukir Sejarah di Pilgub Jatim 2024
Sejak pilkada digelar langsung, calon PKB di Pilgub Jatim belum pernah menang. Padahal, Jatim basis massa utama PKB.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Kebangkitan Bangsa tetap akan mengusung pasangan kandidat alternatif pada Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024 sekalipun elektabilitas Khofifah Indar Parawansa mendominasi di bursa bakal calon gubernur di provinsi tersebut. Tingkat keterpilihan Khofifah dinilai bisa tergerus seiring dengan munculnya pesaing serta dinamika politik yang tak menguntungkan dirinya. Kendati demikian, upaya PKB memenangi kontestasi di Jatim masih berat karena kekuatan infrastruktur partai harus disertai kekuatan personal kandidat yang diusung.
Sebulan menjelang pendaftaran peserta Pemilihan Kepala Daerah 2024, PKB masih konsisten untuk mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di luar Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak pada Pemilihan Gubernur Jatim. Partai politik (parpol) peraih kursi terbanyak di DPRD Jatim pada Pemilu 2024 itu yakin, pasangan yang diusung nantinya bisa menjadi lawan yang tangguh untuk Khofifah-Emil yang kini telah mendapatkan dukungan dari tujuh parpol dan memiliki tingkat elektabilitas tertinggi.
Mengacu hasil survei Litbang Kompas pada Juni 2024, elektabilitas Khofifah, mantan Gubernur Jatim yang masa jabatannya habis Februari lalu, mencapai 26,8 persen atau tertinggi di antara sejumlah tokoh potensial lain. Beberapa tokoh dimaksud adalah Menteri Sosial Tri Rismaharini (13,6 persen), mantan Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak (3,8 persen), Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf (1,8 persen), dan mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim Marzuki Mustamar (0,4 persen).
Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB Luluk Nur Hamidah mengatakan, elektabilitas Khofifah masih tinggi karena parpolnya belum mengumumkan secara resmi pasangan kandidat yang akan diusung. Adapun kandidat yang akan diusung PKB masih dibicarakan dengan parpol-parpol lain. Kendati PKB bisa mengusung pasangan calon sendiri karena perolehan kursi di DPRD Jatim sudah memenuhi aturan pengajuan kandidat, PKB memutuskan untuk berkoalisi dengan parpol lain.
”(Komunikasi paling intens) dengan PDI-P,” ucapnya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (19/7/2024).
Luluk tidak memungkiri bahwa PKB dan PDI-P berniat untuk memasangkan kadernya untuk melawan Khofifah-Emil meski tak menyebut siapa saja yang dipertimbangkan. Terlepas dari itu, menurut dia, pasangan kandidat yang diusung mampu menggerogoti elektabilitas Khofifah. Sebab, elektabilitas Khofifah saat ini dinilai masih rapuh.
”Elektabilitas Khofifah yang tidak sampai 50 persen, padahal beliau inkumben menunjukkan bahwa rakyat Jatim, bahkan para pendukung beliau, tidak cukup puas dengan kepemimpinan beliau selama ini. Fakta ini menunjukkan rakyat Jatim masih menunggu jika ada figur alternatif yang bisa dipilih,” kata Luluk.
Selain itu, tambahnya, dinamika politik saat ini juga berbeda dengan pilgub sebelumnya. Hal tersebut terkait dengan penggeledahan kantor Gubernur Jatim oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada 2022. ”Kita tidak berharap pemimpin Jatim akan tersandera sehingga tidak mampu membuat kebijakan yang progresif berpihak pada rakyat,” kata Luluk.
Oleh karena itu, Luluk yakin PKB bakal membuat gebrakan untuk memenangi Pilkada Jatim 2024. Sebab, dalam tiga pilgub terakhir, PKB mengalami kekalahan tiga kali berturut-turut. ”PKB yakin akan ada sejarah baru di Jatim,” ujar Luluk.
Sebelumnya, sejumlah elite PKB dan PDI-P mengakui bahwa kedua parpol tengah merumuskan strategi yang jitu untuk menandingi Khofifah-Emil. Salah satunya mewacanakan pasangan Marzuki Mustamar dan Tri Rismaharini. Perpaduan tokoh berlatar belakang Nahdlatul Ulama dan mantan Wali Kota Surabaya itu dinilai bisa mengambil suara rakyat.
Tidak ringan
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlangga, Kacung Marijan, melihat bahwa upaya PKB untuk menandingi Khofifah-Emil tidak ringan meski parpol tersebut memiliki basis massa yang kuat di Jatim. Sebab, pertarungan di pilkada tidak hanya dipengaruhi oleh kekuatan infrastruktur partai, tetapi juga faktor ketokohan dari kandidat yang diusung. Hingga saat ini, PKB tidak memiliki kader dengan ketokohan yang sebanding dengan Khofifah.
Sebagai mantan gubernur yang baru saja menuntaskan masa jabatannya, posisi Khofifah dinilai masih baik. Apalagi, tingkat kepuasan publik terhadap kinerjanya juga relatif tinggi. ”Jadi, ketika ada lawan, lawan itu harus ekstra kerja keras untuk melawannya, termasuk PKB,” ujar Kacung.
Menurut dia, upaya itu menjadi lebih berat karena PKB dan parpol-parpol lain yang ingin melawan Khofifah-Emil hingga saat ini belum memutuskan pasangan kandidat secara resmi. Akibatnya, pasangan yang nanti diusung memiliki waktu yang lebih pendek untuk memperkenalkan diri ke publk serta memperkuat elektabilitasnya.
Kacung mengatakan, salah satu alternatif yang bisa diambil PKB untuk mengimbangi Khofifah-Emil adalah memasangkan Marzuki dengan Tri Rismaharini. Perpaduan latar belakang Marzuki sebagai tokoh agama yang sudah mengakar dan Risma yang merupakan pemimpin populer bisa menjadi kekuatan yang diperhitungkan.
”Bu Risma adalah salah satu tokoh yang bisa mengimbangi, lebih-lebih bersanding dengan kiai yang mengakar. Kalau itu dikapitalisasi, berpotensi menjadi kekuatan besar,” ujarnya.