Panen Madu dari Sarang Lebah di Pabrik Sepeda Motor
Menjadi kota berkelanjutan butuh dukungan masyarakat, pemerintah, dan swasta. Pemerintah sebagai regulator berperan sentral tegas berpihak pada kemanusiaan dan pelestarian lingkungan.
Oleh
NELI TRIANA
·4 menit baca
Kota Berlin di Jerman menjadi salah satu kawasan urban maju di dunia yang berupaya keras menjadi berkelanjutan. Kota ini tercatat di urutan keenam kawasan dengan layanan transportasi publik terbaik di dunia. Kini, sebagian masyarakat setempat tengah tergila-gila dengan gaya hidup hijau. Ada tren menghindari konsumsi daging hewan maupun produk turunannya yang dinilai memiliki jejak karbon terlalu tinggi dan merusak lingkungan.
Meskipun demikian, Berlin tetap menerima industri besar berumah di kotanya, tetapi sederet regulasi diterapkan. Saat mengunjungi BMW Motorrad akhir Mei lalu, pabrik pembuatan sepeda motor berusia 100 tahun itu masih setia bercokol di lahan seluas 230.000 meter persegi di dalam kota Berlin.
Pabrik yang mampu memproduksi sekitar 900 unit sepeda motor dan sepeda motor listrik per hari itu digawangi 2.200 karyawan. BMW Motorrad yang mengekspor lebih kurang 80 persen produknya mencari posisi di mana lini bisnisnya tidak makin memperkeruh problema dunia.
Hal tersebut dilakukan karena BMW bagian dari industri kendaraan bermotor pribadi yang secara umum alat mobilitas bermesin non-angkutan umum itu populasinya terus meningkat. Banyaknya kendaraan bermotor pribadi di dunia memiliki andil besar menyumbang polusi udara, kemacetan, dan eksploitasi sumber daya alam untuk setiap produknya.
”Kami menyadari kendaraan bermotor pribadi masih dibutuhkan karena tidak semua wilayah terjangkau angkutan umum, selain berbagai alasan pribadi lain. BMW mengisi celah ini dengan tetap terus mencari cara agar produk kita makin ramah lingkungan dan sebagai perusahaan turut ambil bagian untuk mencegah kerusakan lingkungan makin menjadi,” kata Ilka Horstmeier, Member of the Board of Management of BMW AG, Human Resources, Labour Relations Director, Rabu (24/5/2023), di Berlin.
Di semua pabrik dan kantornya, menurut Horstmeier, BMW menerapkan tata kelola bisnis berkelanjutan. Di BMW Motorrad Berlin, kawasan pabrik asri dikelilingi sabuk tegakan pohon hijau dan tentunya menekan limbah yang merusak lingkungan.
BMW menerapkan keberagaman dalam penerimaan karyawan. Meskipun masih belum banyak, karyawan perempuan sudah makin biasa ditemui di antara dominasi pekerja laki-laki. Selain itu, banyak pekerja dari negara di luar Jerman beragama sesuai keyakinan masing-masing. Pabrik tak mempersoalkan orientasi seksual pegawainya.
Pengunjung yang memang ingin membeli atau menjajal sepeda motor atau sekedar ingin berwisata juga bakal senang ketika disuguhi madu asli produk setempat. Panen madu dari sarang lebah di atap pabrik yang dirintis sejak 2018 tersebut rutin dilakukan. Madu yang dikemas dalam botol kaca menjadi oleh-oleh alternatif dari kunjungan ke BMW Motorrad.
Tak hanya BMW yang menunjukkan komitmen menjaga lingkungan. Jerman selama ini dikenal sebagai salah satu negara industri otomotif terbesar di dunia. Di Berlin juga ada pabrik otomotif raksasa lain, seperti Mercedes-Benz yang memiliki 2.500 karyawan dan berdiri sejak 1902. Regulasi pemerintah terkait industri berkelanjutan berlaku bagi semua pihak terkait. Jerman dinilai cukup signifikan dalam menerapkan kebijakan industri hijau.
Namun, itu belum menjamin negara telah bertindak sesuai kewajibannya. Sebagian warga bahkan menyatakan Pemerintah Jerman dari setingkat kepala negara, perdana menteri, sampai wali kota masih belum sepenuh hati mengatasi dampak pemanasan global dan perubahan iklim.
Kelompok pemrotes yang di antaranya menamakan diri sebagai Generasi Terakhir (The Last Generation/Letzte Generation) akhir-akhir ini menyabet perhatian publik dengan mengelem diri mereka di jalanan. Aksi yang pada akhir April lalu dilakukan serentak di beberapa titik jalan itu membuat arus lalu lintas terdampak, mobilitas warga dan perekonomian terganggu. Generasi Terakhir berjanji kepada publik akan terus beraksi serupa.
Kelompok pemrotes itu seperti dikutip dari euronews.com dan dw.com berunjuk rasa secara ekstrem karena merasa suara mereka tak didengar oleh pemerintah secara semestinya.
Generasi Terakhir menyerukan kepada pemerintah Jerman agar mengambil tindakan lebih drastis mengurangi emisi rumah kaca, termasuk menghentikan penggunaan semua bahan bakar fosil pada tahun 2030 dan memberlakukan batas kecepatan menyeluruh di semua jalan raya.
Kelompok itu ingin pemerintah federal membuat dan memublikasikan rencana terperinci tentang bagaimana Jerman berupaya memenuhi target pencegahan kenaikan suhu bumi hingga 1,5 derajat celsius di atas tingkat masa pra-industri. Selama pemerintah dinilai belum merespons dengan baik, Generasi Terakhir berjanji kepada publik akan terus beraksi serupa.
Dukungan dan cacian kepada unjuk rasa Generasi Terakhir sama-sama menggema. Namun, yang disuarakan kelompok ini tak melenceng dari fakta. Laporan Panel Ahli Lintas Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), suhu rata-rata di bumi telah meningkat 1,1 derajat celsius sejak 1880 dan bakal melewati titik kritis 1,5 derajat celsius dalam lima tahun mendatang (Kompas, 5 Juni 2023).
Protes yang masih keras digaungkan oleh para aktivis lingkungan, termasuk di Indonesia, berarti ada komunikasi yang belum lancar berjalan. Bisa pula berarti ada kebijakan yang belum menjawab persoalan atau hukum yang longgar ditegakkan.
Peran vital pemerintah
Miguel Angel Moratinos, High Representative of the United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC), sebelumnya menyatakan, dalam kaitannya dengan penyelamatan bumi diperlukan pemahaman dan kerja sama baik semua pihak. Yang terpenting, menyelamatkan bumi sama urgensinya dengan penyelamatan hidup manusia.
Ketika bicara manusia, berarti mencakup seluruh umat tak hanya kelompok tertentu. Untuk itu, semua individu berhak dan wajib menyuarakan kritik dan sarannya atas apa yang kini menimpa dirinya beserta seisi bumi, yaitu kerusakan lingkungan dan dampaknya.
Antara pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu terus dipupuk meningkatkan saling kesepahaman terkait problema lingkungan dan penyelamatan manusia juga rumah besarnya, yaitu bumi. Keterbukaan dan kesetaraan di antara ketiga pihak itu menjadi syarat utama agar dialog berjalan baik diikuti kerja sama menjalankan berbagai kebijakan.
Setiap inisiatif dari akar rumput, berupa pengelolaan sampah, penghijauan, dan berbagai aktivis lingkungan lain, amat penting. Namun, peran pemerintah vital karena ia regulator dan penegak aturan yang harus mampu berdiri mandiri serta tegas berpihak pada kemanusiaan dan pelestarian lingkungan.
Protes yang masih keras digaungkan para aktivis lingkungan di sana-sini, termasuk di Indonesia, berarti ada komunikasi yang belum lancar berjalan. Hal tersebut bisa pula berarti ada kebijakan yang belum pas menjawab persoalan atau hukum yang longgar ditegakkan.
Panen madu dari sarang lebah di kawasan industri menunjukkan langkah maju kalangan yang dulu lekat dengan citra perusak lingkungan kini menjadi kian ”hijau”. Walakin, perlu lebih banyak upaya agar kota-kota juga lingkungan hidup secara luas terjamin untuk tidak terus meluncur ke jurang kehancuran yang sudah di depan mata.