Inilah gejala berbahasa yang semakin tampak di masyarakat, yang tidak paham atau abai terhadap perbedaan penggunaan kata ”di” sebagai kata depan atau awalan.
Oleh
Siek Liang Thay
·3 menit baca
Harian Kompas, 29 Desember 2021, dalam lembar Liputan Tahun Baru 2022 halaman 2, menunjukkan foto petugas kepolisian dengan papan tergantung di dada. Bertuliskan ”Buktikan Anda Sudah Di Vaksin”.
Inilah gejala berbahasa yang semakin tampak di masyarakat, yang tidak paham atau abai terhadap perbedaan penggunaan kata di sebagai kata depan atau awalan.
Jika di ditulis dengan cara dalam kalimat di atas, pengertiannya adalah warga diminta membuktikan bahwa mereka sudah berada di suatu tempat bernama Vaksin.
Saya perhatikan, terutama di media-media sosial, kian hari kian banyak yang salah menuliskan penggunaan di ini. Saya menengarai hal ini diperparah oleh abainya mereka yang sudah paham bentuk yang benar. Tanpa koreksi, penggunaan yang salah lama-kelamaan akan menjadi benar adanya.
Saat membaca keterangan foto (caption) di bawah foto tersebut, saya juga menemui kekurangtepatan penulisan. ”Setiap calon penumpang bus akan diminta menunjukkan sertifikat vaksin dan bagi yang belum divaksin akan dilayani pemberian vaksin di posko ini.”
Fokus saya pada kata-kata sertifikat vaksin, divaksin, dan pemberian vaksin. Vaksin adalah kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu vaccine, yang merupakan kata benda, sedangkan kata kerjanya adalah to vaccinate, yang diterjemahkan menjadi vaksinasi.
Kata ini menjadi sama bentuk dengan kata bendanya yang berarti kegiatan pemberian vaksin. Dengan demikian, kata yang pertama sertifikat vaksin benar adanya dalam arti keterangan yang menunjukkan legalitas vaksin yang diberikan/diedarkan, dan yang wajib menunjukkan adalah produsen vaksin, bukan calon penumpang bus.
Jika mereka yang sudah mendapatkan vaksin, bukankah lebih tepat istilah sertifikat vaksinasi?
Dengan demikian, kata kedua—divaksin—juga tidak benar walaupun bentuk kata kerjanya sudah benar, karena merujuk pada serapan dari bahasa Inggris tersebut, yang lebih tepat adalah divaksinasi. Adapun kata ketiga—pemberian vaksin—sudah benar, karena sesuatu yang diberikan adalah (kata) benda.
Ataukah sudah ada kesepakatan bahwa kata vaksin, dan bukan vaksinasi, sah berlaku sebagai kata kerja?
Siek Liang Thay
Jl Jeruk VII/26, Semarang
Petugas Bank
Kamis, 2/12/2021, beberapa saat sebelum pukul 12.00, saya ke KCP BCA Jalan Adisucipto, Surakarta. Hendak mengganti cip kartu ATM sebab ada pemblokiran semua kartu ATM lama per 30/11/2021.
Namun, penggantian kartu ATM saya belum bisa diproses karena sudah mendekati jam istirahat. Petugas satpam menjelaskan, pemrosesan dimulai lagi setelah istirahat.
Sebetulnya antrean di konter CSO tinggal satu orang, yaitu saya dengan kartu antrean nomor 25. Saat itu ada tiga petugas; satu di konter teller, satu di konter CSO, dan satu yang berdiri di belakang mereka. Sempat ada celetukan petugas teller kepada petugas CSO menanyakan jumlah antrean, dijawab petugas CSO sangat lirih, tidak bisa saya dengar.
Sekitar pukul 13.00 lebih saya kembali. Hendak mencuci tangan, tetapi air kosong. Begitu masuk ada penjelasan bank sudah tutup, padahal belum pukul 14.00. Petugas satpam beralasan, antrean masih 8 orang lagi. Saya kecewa.
Esoknya, Jumat, 3/12/2021, saya ke KCP BCA Purwosari, Surakarta, untuk keperluan yang sama. Saya dapat antrean nomor 57. Saat itu hanya tersedia satu kursi tunggu untuk 5–6 orang di ruang terbuka. Selebihnya dibiarkan berdiri, padahal ada lansia dan wanita hamil. Setelah mendekati giliran, baru disilakan masuk.
Petugas satpam BCA memang bersikap ramah di depan pintu, tetapi selebihnya tidak ada antisipasi dari manajemen.
Flo K Sapto W
Puri Diyan Asri, Karanganyar 57174
Selaras Alam
Berita di media massa belakangan ini didominasi temuan varian Omicron virus SARS-CoV-2, yang menularkan Covid-19. Ada juga berita meletusnya Gunung Semeru di Jawa Timur dan bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Nusantara.
Penyebab bencana adalah alam. Seolah-olah tidak ada campur tangan manusia.
Alam hidup berdasarkan hukum alam. Manusia sebaiknya hidup selaras dengan alam agar bencana minimal.