Pendekatan Arsenal terasa seperti tim semenjana, tetapi masih mampu menguasai London Utara. Spurs kembali tak berdaya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·2 menit baca
LONDON, ARSENAL — Tanpa Martin Odegaard dan Declan Rice, tidak masalah bagi Arsenal. ”Si Meriam” masih mampu mencuri poin penuh dari Stadion Tottenham Hotspur. Arsenal yang datang dengan kondisi skuad kurang ideal berkompromi menggunakan gaya bermain pragmatis dan ternyata berbuah manis.
Arsenal menaklukkan tuan rumah Spurs 1-0 di derbi London Utara pada Minggu (15/9/2024). Tim tamu menang dengan penguasaan bola hanya 36,3 persen, unggul dari bola mati lewat Gabriel Magalhaes, dan menerapkan garis pertahanan rendah nyaris sepanjang laga. Mereka menerapkan strategi pragmatis ala tim semenjana.
Sebagai konteks, dalam laga derbi serupa sekitar dua tahun lalu, Arsenal masih mampu menguasai 42,4 persen penguasaan di kandang Spurs. Padahal, mereka terpaksa tampil dengan 10 pemain akibat kartu merah sejak pertengahan babak pertama. Tim asuhan Manajer Mikel Arteta itu jauh lebih berhati-hati pada laga Minggu.
”Saya punya rencana jelas, lalu berita datang, kami kehilangan pemain. Berita datang lagi, kami kehilangan pemain lain. Saya harus mengubah segalanya. Kami menderita karena harus beradaptasi dengan pemain yang ada, tetapi saya senang kami menghadapi tantangan dengan keberanian,” ujar Arteta.
Arteta kehilangan tujuh pemain utama akibat cedera sebelum derbi, antara lain Odegaard dan Rice. Arteta bahkan terpaksa memasukkan lima pemain remaja dari akademi ke bangku cadangan, salah satunya gelandang Ethan Nwaneri (17) yang masuk menggantikan Bukayo Saka pada pengujung laga.
Tanpa Odegaard, Arsenal kehilangan pemain kreatif yang bisa membantu dalam penguasaan bola. Odegaard bisa mengatur tempo sekaligus mengumpan pemain yang pas. Dengan ketidakhadiran Rice, tidak ada pemain yang punya kemampuan untuk menekan sampai ke depan dan kembali secepat kilat ke pertahanan.
Alhasil, Arteta berdamai dengan kondisi skuadnya. Dia mengubah formasi dari 4-3-3 ke 4-2-3-1. Kai Havertz ditarik lebih mundur, dari penyerang ke gelandang untuk menggantikan Odegaard. Jorginho, pengganti Rice, membuat Arsenal tampil dengan dua jangkar. Mereka pun bertahan lebih dalam dan menunggu transisi.
Jorginho mengambil peran Odegaard sebagai kapten tim. Menurut pemain yang baru pertama kali tampil musim ini tersebut, kemenangan datang berkat komitmen tim. ”Kami kehilangan banyak pemain penting, tetapi kami bersatu dan mengandalkan satu sama lain. Semua terbayar pada akhirnya,” katanya.
Arsenal, di bawah Arteta, terkenal dengan permainan ofensif dan mengalir. Namun, jangan ragukan kemampuan bertahan mereka. Kualitas itu terlihat saat bertandang ketika bermain lebih hati-hati. Benteng yang dikawal duet bek William Saliba dan Magalhaes itu baru kebobolan tiga kali dari 11 laga tandang terakhir sejak musim lalu.
Di sisi lain, Spurs mampu unggul dalam jumlah tembakan 15-7, tetapi tidak terlalu membahayakan kiper David Raya. Serangan dari sisi sayap yang biasa berbahaya, lewat Son Heung-min dan Brennan Johnson, juga kurang menyengat. Salah satu alasannya karena Saka dan Gabriel Martinelli selalu membantu para bek sayap.
Penyerang Spurs, Dominic Solanke, cukup merepotkan Magalhaes dengan tubuh tinggi dan kekar. Namun, tidak banyak suplai umpan matang kepadanya. Dia harus bekerja keras mencari peluang sendiri. Alhasil, Raya yang sedang merayakan ulang tahun ke-29 bisa pulang tanpa kemasukan.
”Kami kecewa. Itu adalah laga besar bagi kami dan para pendukung. Jadi, itu terasa menyakitkan. Kami mendominasi di area yang tepat, tetapi tidak berhasil mengeksekusi di sepertiga akhir. Kami mengendalikan permainan nyaris sepanjang laga, tetapi tidak memanfaatkan itu dan dihukum,” kata Ange Postecoglou.
Arsenal justru mendapatkan peluang berkualitas walaupun dengan percobaan lebih sedikit. Tim tamu benar-benar memanfaatkan Spurs yang tampil dengan garis pertahanan sangat tinggi, ciri khas sistem ala Postecoglou. Salah satunya peluang Martinelli yang berhadapan satu lawan satu dengan kiper Guglielmo Vicario.
Saka dan rekan-rekan juga kembali menunjukkan ketajaman dalam eksekusi bola mati. Mereka sudah mencetak 23 gol dari bola mati, di luar penalti, sejak musim lalu. Jumlah itu merupakan yang terbanyak di antara tim Liga Inggris lain. Menariknya, tiga dari empat gol dalam derbi London Utara datang dari tendangan sudut.
Adapun laga derbi ini memperlihatkan fleksibilitas Arsenal dalam pendekatan strategi. Mereka bisa meraih hasil positif dengan tampil dominan ataupun pragmatis, tergantung dari kondisi skuad. Hasil itu menandakan tiga kali kemenangan tandang beruntung Arsenal di derbi London Utara, pertama kali dalam sejarah Liga Primer. (AP/REUTERS)