Magnet Persija dan Jakmania dalam Pilkada Jakarta
Jakmania berpeluang hadirkan 2 juta lebih pemilih dalam Pilkada Jakarta. Persija butuh pemimpin Jakarta yang berpihak.
Setiap penyelenggaraan Pilkada Jakarta, isu mengenai Persija Jakarta selalu ”digoreng” oleh calon gubernur dan wakil gubernur. Sejak kontestasi pilkada 2007 hingga 2017, narasi tentang stadion baru untuk ”Macan Kemayoran” tak pernah absen. Setelah Gubernur Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan mewujudkan Jakarta International Stadium (JIS), Persija tetap terseret dalam arus politik praktis.
Tiga pasangan calon gubernur-wakil gubernur Jakarta pada Pilkada 2024, meski baru mendaftarkan diri, sudah tidak ragu menyampaikan gagasan untuk Persija. Pasangan dari Koalisi Indonesia Maju Plus, Ridwan Kamil dan Suswono, memang belum tersurat menyampaikan janji kampanye untuk Persija.
”Kami tidak akan terlalu banyak kampanye membawa isu Persija atau Jakmania kecuali berkomitmen kalau nanti sudah terpilih,” ujar Emil, sapaan Ridwan Kamil, kepada awak media, Sabtu (31/8/2024).
Baca juga: Gagasan Kamil untuk Jakarta, Sahabat Lansia hingga Apartemen di Atas Sungai
Di ranah media sosial, penolakan Emil sebagai gubernur Jakarta mengemuka. Hal itu dikaitkan bukan karena rekam jejak Emil sebagai gubernur Jawa Barat atau wali kota Bandung, tetapi lebih disebabkan kecintaannya kepada Persib Bandung. Sebagai sosok yang lahir di ”Tatar Pasundan” amat wajar Emil berdarah ”biru” yang merupakan konotasi bagi pendukung Persib, rival abadi Persija.
Pesaing utama Ridwan Kamil-Suswono, yaitu Pramono Anung-Rano Karno, memunculkan harapan kehadiran pasangan pemimpin baru Jakarta yang berpihak kepada Persija. Pada dekade 1990-an, Rano sudah memiliki keterkaitan dengan aktivitas Persija. Merujuk arsip Kompas edisi 21 Februari 1993, Rano sempat ikut serta dalam laga amal bersama pemain Persija dan timnas Indonesia di Stadion Menteng.
Terkait Persija, Rano menjanjikan untuk mengembalikan markas utama Macan Kemayoran ke Jakarta. Sejak era Liga 1 Indonesia 2019, Persija yang berada dalam kepemilikan Grup Bakrie berlatih rutin di Depok, Jawa Barat. Di eks kompleks lapangan latihan PSSI itu, Persija menggunakan lapangan latihan, pusat kebugaran, hingga mes pemain.
”Bagaimana prestasi mau dapat kalau lapangan saja membuat kita bingung mau ke mana? Itu fondasi pertama,” ucap Rano.
Baca juga: Pramono Klaim Didukung Banyak Tokoh, Pengamat: Kampanye di Pilkada Jakarta Bakal Berbeda
Tak ketinggalan, Pramono-Rano juga menjanjikan Persija tidak akan terusir lagi dari JIS. Setelah menjadi tim musafir selama 14 tahun, mulai Liga 1 2024-2025, Persija akhirnya bisa kembali berkandang resmi di Jakarta. Mereka sudah memainkan dua laga di JIS melawan Barito Putera dan Persis Solo.
Adapun pasangan independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, tanpa ragu berencana untuk menggratiskan biaya sewa Persija selama menggunakan JIS. Stadion itu berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Daerah Jakarta, PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
”Kalau memungkinkan dan anggarannya tersedia, (JIS) perlu digratiskan untuk Persija,” ucap Dharma.
Popularitas
Lalu, kenapa Persija selalu menjadi isu yang ”seksi” dalam setiap perhelatan Pilkada Jakarta? Membicarakan Persija tentu memengaruhi kepentingan Jakmania, suporter setia Macan Kemayoran.
Tidak mengherankan, jika ada salah satu calon kepala daerah membicarakan Jakarta, pernyataan itu akan mendapat ratusan ribu tanggapan di seluruh platform media sosial. Pemilik akun yang memang Jakmania setia atau mencintai Persija dengan pasif tentu akan menanggapi janji-janji kampanye itu.
Itulah sebabnya Anies mendapat kesan yang amat mendalam bagi Jakmania. Ia mampu mewujudkan berdirinya stadion megah di Jakarta setelah Jakmania dan Persija telah kenyang menerima janji stadion anyar sejak Pilkada 2007. Fauzi Bowo, Joko Widodo, serta Basuki Tjahaja Purnama telah silih berganti menjadi orang nomor satu di Jakarta, tetapi stadion baru dibangun dan diresmikan pada era Anies.
Alhasil, meraih popularitas dari kalangan suporter bola menjadi salah satu opsi bagi semua cagub-cawagub Jakarta. Merujuk data Jakmania, anggota yang terdaftar di 83 koordinator wilayah dan tujuh biro resmi mencapai lebih dari 75.000 orang.
Angka itu memang tidak hanya meliputi orang-orang yang memegang kartu tanda penduduk Jakarta, tetapi juga di wilayah pinggiran Jakarta, seperti Depok, Bekasi, Tangerang, bahkan Yogyakarta. Akan tetapi, di luar anggota yang memiliki kartu tanda anggota (KTA) Jakmania, Persija juga memiliki pendukung-pendukung setia yang menjadi pemilih diam (silent voters).
Baca juga: Hingga Rabu Petang, Baru Dua Pasang Kandidat yang Daftar untuk Pilkada Jakarta
Hal itu bisa dilihat dari jumlah pengikut Persija di media sosial, seperti Facebook, Instagram, X, dan Tiktok. Akumulasi dari empat media sosial itu, akun ofisial Macan Kemayoran memiliki 23,5 juta pengikut. Jumlah pengikut Persija di Indonesia hanya kalah dari Persib yang diikuti 27,4 juta akun.
Kuantitas pengikut Persija di ranah digital itu sudah sekitar 223 persen dari total penduduk Jakarta sebesar 10,5 juta jiwa merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021. Jadi, diskusi tentang Persija selama Pilkada 2024 akan membantu untuk mengangkat popularitas calon kepala daerah.
Memang, tidak semua pengikut Persija di media sosial akan masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pilkada 2024 nantinya. Namun, potensi pemilih dari kelompok suporter bola, terutama Jakmania, tidak main-main.
Dengan hanya membatasi ceruk pemilih pria berusia 17-39 tahun yang dominan menyaksikan laga tim-tim Liga 1 selama ini, Jakmania bukan kelompok pemilih sembarangan.
Menurut data BPS 2021, usia pria Jakarta dalam kisaran usia itu mencapai 2,18 juta. Artinya, angka itu setara 26 persen dari total 8,25 juta DPT Jakarta pada Pemilu 2024 lalu. Jumlah itu tentu masih fluktuatif. Sebab, Persija juga memiliki Jak Angel atau pendukung putri yang loyal.
Butuh keberpihakan
Alasan Jakmania amat mengamati cagub-cawagub yang pro Persija disebabkan klub-klub Tanah Air masih butuh keberpihakan pemerintah daerah. Klub Liga 1 dan Liga 2 sudah mandiri dengan berlandaskan perseroan. Akan tetapi, mereka tetap bergantung bantuan pemda untuk membangun infrastruktur.
Anies dan JIS adalah contoh nyata keberpihakan itu. Setelah dua stadion Persija digusur demi proyek non-olahraga, yaitu Stadion Menteng dan Stadion Lebak Bulus, Macan Kemayoran akhirnya memiliki JIS.
Di Sulawesi Selatan, misalnya, ambisi eks Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah untuk memodernisasi Stadion Mattoanging terhenti akibat penetapan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Kini, lahan dan proyek Mattoanging terbengkalai.
Baca juga: Ramai-ramai ”Menguliti” Jejak Digital Ridwan Kamil dan Pramono Anung
Meskipun manajemen Persija tidak pernah menanggapi terkait janji kampanye selama pilkada, Direktur Persija Mohamad Prapanca sudah menyebut kebutuhan urgen tim, yaitu kepastian lapangan latihan. Prapanca menyebut arena latihan di Depok hanya berstatus sewa. Persija pun bakal terusir dari lokasi itu jika tidak mendapat gelar juara Liga 1 dalam tiga tahun mendatang.
”Dalam waktu tiga tahun, pemilik tanah akan membangun sesuatu di sana (pusat latihan). Jadi, kami harus pindah. Situasi berubah jika kami bisa juara,” ucap Prapanca dalam keterangan kepada media, Kamis (29/8/2024).
Salah satu pendiri Jakmania, Ferry Indrasjarief, menyampaikan harapannya untuk cagub-cawagub Jakarta pada Pilkada 2024.
”Apa, sih, yang kita harapkan dengan gubernur terpilih nanti? APBD sudah tidak bisa dipakai untuk klub profesional. Stadion sudah dibikinin sama Pak Anies. Paling, soal izin pertandingan yang sulit dan mahalnya minta ampun. Jadi, siapa pun yang terpilih nanti wajib membantu Persija dan Jakmania agar dapat menjalankan segala aktivitasnya di Jakarta,” tulis Ferry dalam esainya bertajuk ”Bila Tidak Tercapai Keinginan Berdamailah dengan Perbedaan”, Jumat (30/8/2024).
Semoga Persija dan Jakmania tidak sekadar menjadi alat bagi pemenuhan ambisi politik tiga petarung di Pilkada Jakarta 2024. Semoga juga Jakarta bisa kembali menjadi kota—atau provinsi—yang ramah bagi sepak bola. Bukankah kota megapolitan dunia, seperti London dan Madrid, juga dikenal sebagai ”Kota Sepak Bola”?