Kemarau medali renang Indonesia di Asian Games belum terbasuh setelah 33 tahun lamanya. Harapan mengakhiri paceklik itu muncul di Hangzhou 2022 dari dua perenang beda generasi
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
Terakhir kali cabang renang mampu mempersembahkan medali untuk Indonesia pada ajang Asian Games adalah pada Asian Games Beijing 1990. Perenang Richard Sam Bera yang meraih perunggu nomor 100 meter gaya bebas putra dan juga Wirmandi Sugriat di nomor 200 meter gaya dada putra menjadi pahlawan renang Indonesia kala itu.
Selain mereka berdua, medali perunggu juga dipersembahkan oleh tim renang estafet putri gaya bebas Indonesia yang digawangi Khim Tjia Fei, Meitri Widya Pangestika, Yen Yen Gunawan, dan Elfira Rosa Nasution. Prestasi renang Indonesia pada Asian Games meredup setelahnya. Pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018, dahaga medali dari renang sempat hampir berakhir saat I Gede Siman Sudartawa menjadi yang tercepat pada sesi penyisihan nomor 50 meter gaya punggung dengan catatan waktu 25,01 detik pada pagi harinya.
Namun, penampilan Siman pada babak final di sore harinya menurun karena faktor non-teknis. Alhasil, Siman tercecer di urutan kelima dengan catatan waktu 25,29 detik. Hasil itu membuat Siman, yang punya kans besar mengakhiri paceklik medali renang Indonesia, merasa sangat terpukul. Tim renang Indonesia kembali harus menunggu kesempatan di edisi Asian Games berikutnya untuk mengakhiri dahaga medali.
Tugas merebut medali itu kini diemban delapan perenang, yaitu Felix Viktor Iberle, Muhammad Dwiky Raharjo, Joe Aditya, Karel Subagyo, Farrel Armandio Tangkas, Masniari Wolf, Angel Gabriella Yus, dan Siman. Meski usianya sudah 29 tahun, Siman masih mampu tampil menjanjikan. Pada SEA Games Kamboja 2023 awal tahun ini, Siman kembali berhasil merebut medali emas gaya punggung 50 meter yang sempat hilang dari genggamannya.
Kala itu, ia finis tercepat dengan catatan waktu 25,16 detik. Catatan waktu Siman itu sudah melampaui peraih perunggu Asian Games 2018, Kang Ji-seok, yang mencatatkan waktu 25,17 detik. Oleh karena itu, Siman menjadi salah satu tumpuan tim renang Indonesia dalam mengakhiri dahaga medali Asian Games.
Motivasi besar ia simpan untuk tampil di Hangzhou nanti. Meski telah berjaya di beberapa edisi SEA Games, Siman masih belum pernah mendapatkan medali di Asian Games. "Target saya Asian Games ini berharap bisa meraih medali. Namun, ya, balik lagi kita lihat di sana dan tetap berusaha semaksimal mungkin. Kalau dibandingkan dengan Asian Games empat tahun lalu, sekarang persiapannya agak seadanya," ujar Siman, Senin (18/9/2023).
Tidak banyak uji coba yang dijalani Siman dan perenang lainnya jelang Asian Games. Siman, misalnya, hanya sempat menjajal Kejuaraan Dunia Renang di Fukuoka, Jepang, pada Juli 2023. Siman berlomba di Kejuaraan Dunia Renang bersama tiga perenang Indonesia lainnya, yaitu Dwiki, Joe, dan Farrel. Namun, catatan waktu yang mereka capai di sana belum memuaskan.
Siman, misalnya, hanya mampu mencatatkan 25,87. Padahal, pelatih timnas renang Indonesia, Albert C Sutanto, menargetkannya bisa mencetak waktu 25,5 detik.
Dari semua perenang yang dipersiapkan ke Asian Games, Felix yang perkembangannya paling pesat.
"Hasilnya juga sebenarnya belum sesuai ekspektasi kita. Secara waktu, Siman seharusnya bisa 25,5 detik. Pada Asian Games kali ini ditargetkan bisa 25,1 detik atau lebih cepat," kata Albert.
Persiapan pendek
Selepas SEA Games Kamboja, para perenang mendapatkan libur 10 hari. Setelah itu, mereka sempat berlatih selama beberapa hari di pelatnas sebelum akhirnya dikembalikan ke klub masing-masing. Para perenang baru dipanggil kembali ke pelatnas pada 6 Juli 2023.
Dengan demikian, mereka hanya punya waktu selama tiga bulan untuk mempersiapkan diri jelang Asian Games. Albert menilai masa persiapan selama tiga bulan itu masih kurang. Apalagi saat dikembalikan ke klub, porsi latihan para perenang nasional itu jadi tidak optimal karena keterbatasan lintasan dan atlet-atlet di klub juga belum ada di level yang sama dengan di pelatnas.
"Ketika mereka dipanggil kembali (ke pelatnas). Di situlah mereka kita paksa latihan keras (untuk mengejar target usai libur) yang efeknya beberapa di antaranya sempat sakit," ucap Albert.
Mengingat perenang Indonesia belum pernah meraih medali lagi sejak Asian Games 1990, Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) tidak memasang target muluk-muluk. Mereka hanya berharap dari delapan perenang ada satu yang bisa meraih medali apapun itu. Tidak banyaknya tuntutan ini berdampak positif pada psikologis Siman yang mengaku bisa tampil lebih lepas tanpa beban.
Sepekan jelang keberangkatan ke Hangzhou, Albert mulai menurunkan beban latihan. Bila di awal pelatnas para perenang digembleng habis-habisan dengan berlatih pagi dan sore hari, serta berenang sebanyak lima hingga tujuh kilometer, kini mereka hanya berlatih pada pagi hari dan berenang sepanjang tiga kilometer. Latihan untuk menambah kekuatan yang awalnya dilaksanakan di ruang gymnastic sekarang dialihkan dengan metode di air. Dengan diikat pada tali karet, Siman dan rekan-rekannya harus berenang sekuat tenaga.
Albert mengatakan, selain Siman, harapan meraih medali juga tercurahkan pada Felix yang baru saja menjuarai Kejuaraan Dunia Renang Yunior. Felix yang turun pada nomor 50 meter gaya dada dengan catatan waktu 27,39 detik. Catatan waktu Felix itu lebih cepat dari saat meraih emas SEA Games Kamboja di nomor yang sama, yaitu 27,70 detik.
"Dari semua perenang yang dipersiapkan ke Asian Games, Felix yang perkembangannya paling pesat. Selain Siman, catatan waktu Felix juga sudah bisa berbuah medali kalau dilihat dari Asian Games 2018," kata Albert.
Meski sama-sama berbakat dan punya potensi mempersembahkan medali pertama bagi Indonesia sejak 33 tahun lalu, Felix jauh lebih muda dari Siman. Dengan begitu, Indonesia masih memiliki harapan apabila Siman sudah meninggalkan pelatnas. Secara pribadi, Siman pun mengakui Felix adalah tumpuan renang Indonesia di masa mendatang.
"Felix tumpuan renang Indonesia di masa depan. Dia masih muda dan juara di Kejuaraan Dunia Yunior. Dia bakal jadi ujung tombak kita di SEA Games dan Asian Games mendatang. Kalau Olimpiade, Felix harus cari nomor baru karena 50 meter gaya dada tidak dilombakan," ujar Siman.
Ayah Felix, Frank Torsten Iberle, menyadari hal itu dan sudah mulai membuat program latihan agar bisa bersaing di nomor 100 meter gaya dada putra. Felix bermimpi bisa meraih medali di Olimpiade Los Angeles 2028. Waktu lima tahun bagi Frank cukup untuk memoles Felix di nomor tersebut. Felix selama ini memang berlatih di luar negeri dengan bimbingan Frank yang merupakan mantan perenang nasional Jerman.
Cabang renang Asian Games dimulai pada 24 hingga 29 September nanti. Dua perenang beda generasi itu akan memimpin upaya Indonesia dalam mengakhiri paceklik medali Asian Games.