Bermodal Sembilan Atlet, Akuatik Berharap Akhiri Paceklik Medali sejak 1990
Dengan bekal delapan perenang dan satu peloncat indah, tim akuatik Indonesia berharap bisa mengakhiri paceklik medali Asian Games dalam 23 tahun terakhir.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim akuatik Indonesia akan menurunkan delapan perenang dan satu peloncat indah untuk Asian Games Hangzhou, China, pada 23 September-8 Oktober 2023. Dengan kekuatan itu, Akuatik Indonesia berharap bisa mengakhiri paceklik medali di Asian Games yang terjadi sejak 1990.
Semoga dari renang dan loncat indah bisa menyumbangkan medali di Asian Games kali ini. Kita sudah lama sekali mendambakan medali dari Asian Games sejak terakhir kali bisa meraih perunggu pada 1990.
”Semoga dari renang dan loncat indah bisa menyumbangkan medali di Asian Games kali ini. Kita sudah lama sekali mendambakan medali dari Asian Games sejak terakhir kali bisa meraih perunggu pada 1990 (tiga perunggu melalui gaya bebas 100 putra, gaya dada 200 meter putra, dan estafet gaya bebas 4x100 putri di Asian Games Beijing, China, 1990),” ujar Sekretaris Jenderal Akuatik Indonesia (nama baru Persatuan Renang Seluruh Indonesia) Ali Patiwiri di sela Kejuaraan SEA Age Group 2023 di Stadion Akuatik Senayan, Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Menurut tim pelatih, delapan perenang itu, terdiri dari I Gede Siman Sudartawa di gaya punggung 50 meter. Kemudian, Felix Viktor Iberle (gaya dada 50 meter), Muhammad Dwiky Raharjo (gaya dada 50 meter, 100 meter, dan 200 meter), Joe Aditya (gaya bebas 50 meter dan 100 meter serta gaya kupu-kupu 50 meter dan 100 meter), Karel Subagyo (gaya bebas 200 meter, 400 meter, dan 1.500 meter), serta Farrel Armandio Tangkas (gaya punggung 100 meter dan 200 meter).
Pada kelompok putri, ada Masniari Wolf di gaya punggung 50 meter dan 100 meter serta Angel Gabriella Yus (gaya punggung 50 meter dan 100 meter). Satu-satunya peloncat indah adalah Gladies Lariesa Garina Haga. Dari semua atlet itu, yang berstatus peraih medali emas SEA Games Kamboja 2023 hanya Siman (dari gaya punggung 50 meter), Felix (gaya dada 50 meter), dan Masniari (gaya punggung 50 meter).
Sisanya, Farrel meraih perak gaya punggung 100 meter, Dwiky perunggu gaya dada 50 meter, dan Angel perunggu gaya punggung 100 meter. Adapun Gladies merebut perak 3 meter springboard serta perunggu platform. ”Kata pemerintah (melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga), atlet yang diberangkatkan ke Asian Games hanya yang meraih emas SEA Games. Namun, kami coba meyakinkan bahwa atlet lain yang belum dapat emas tetapi berusia muda dan potensial perlu diberi kesempatan menambah jam terbang di Asian Games,” kata Ali.
Ali menuturkan, dari semua atlet itu, pihaknya berharap ada yang bisa menyumbangkan medali setidaknya perunggu. Di renang, peluang terbuka dari Siman, Felix, dan Masniari. Siman dinilai punya modal pengalaman yang matang, salah satunya nyaris meraih medali di Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Sebaliknya, Felix dan Masniari adalah dua atlet muda potensial yang memiliki masa depan cerah.
”Bukan hanya dari renang, Gladies di loncat indah pun punya harapan untuk meraih medali. Dia punya bakat besar yang dibuktikan dengan merebut satu perak dan satu perunggu di SEA Games kemarin. Penampilannya cukup mengagetkan Malaysia yang notabene negara paling dominan di loncat indah Asia Tenggara. Lagi pula, loncat indah tidak seterukur renang. Di perlombaan itu, siapa yang lebih siap maka dialah yang ada harapan untuk mendapatkan medali,” ujarnya.
Ali menyampaikan, sejauh ini, sebagian besar atlet itu melakukan pemusatan latihan di dalam negeri. Praktis, selain lima perenang yang berlatih di Jakarta, hanya Felix dan Masniari yang berlatih di luar negeri. Felix berlatih di Malaysia dan Masniari di Jerman karena keduanya atlet berdarah campuran yang memang tinggal di luar negeri. ”Untuk Gladies, dia masih berlatih di Surabaya (Jawa Timur). Namun, tiga atau dua minggu sebelum Asian Games, dia akan bergabung berlatih di Jakarta untuk menyesuaikan diri bertanding di arena indoor,” kata Ali.
Pemilihan perenang
Pelatih pelatnas renang, Albert C Sutanto, mengatakan, delapan perenang itu namanya didaftarkan sebelum deadline entry by name Asian Games 2022 per 31 Juli lalu. Mereka dipilih karena memenuhi persyaratan limit waktu yang ditentukan Akuatik Indonesia, yakni Siman yang menembus limit A (tiga besar Asia) dan tujuh lainnya menembus limit B (standar lolos kualifikasi Kejuaraan Dunia).
”Oleh karena itu, Siman menjadi tumpuan harapan Indonesia untuk mengakhiri paceklik medali Asian Games sejak 1990. Untuk yang lain, praktis hanya Masniari yang ada harapan untuk menembus final,” tutur Albert yang mantan perenang nasional era 1990-an.
Selebihnya, kata Albert, pihaknya tidak bisa berharap banyak. Apalagi, pelatnas renang tidak berjalan dengan mulus. Pelatnas sempat terhenti sekitar satu setengah bulan sehabis SEA Games. Pelatnas baru dimulai kembali pada pertengahan Juli yang artinya cukup singkat atau terlambat untuk mempersiapkan tim menuju ajang sebesar Asian Games.
Di sisi lain, kesempatan atlet untuk mengasah diri berlatih ataupun bertanding di luar negeri sangat terbatas. Usai SEA Games, hanya empat perenang yang berkesempatan mengikuti Kejuaraan Dunia 2023 di Fukuoka, Jepang, bulan lalu, yaitu Siman, Dwiky, Joe, dan Farrel. Joe dan Farrel turut berkesempatan berpartisipasi dalam University Games di Chengdu, China, 28 Juli-8 Agustus 2023.
Karena ada agenda SEA Age Group edisi ke-45 di Jakarta selama 24-26 Agustus, akhirnya tim renang batal mengikuti kejuaraan di Hong Kong dan rencana melakukan pemusatan latihan di Amerika Serikat. ”Bisa dibilang, kondisinya tidak ideal. Namun, kami tetap optimis dan berusaha memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Mudah-mudahan, motivasi tinggi para atlet bisa membuat Indonesia pecah telur medali sejak 1990,” ujar Albert.