Lokasi Dua Gempa di Selatan Jabar Berdekatan, Warga Diminta Waspada
Gempa yang terjadi pada Minggu (15/9/2024) dan Senin (16/9/2024) disebut tak berkaitan meski terpaut jarak 70 kilometer.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Gempa dengan magnitudo 5,3 dan 4,1 terjadi di lepas pantai selatan Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (15/9/2024) dan Senin (16/9/2024). Terjadi dalam kurun waktu 14 jam, pusat gempanya berdekatan.
Gempa berkekuatan M 5,3 berpusat di koordinat 7,81 derajat Lintang Selatan dan 106,43 Bujur Timur. Jaraknya 94 kilometer arah barat daya pusat Kabupaten Sukabumi. Gempa yang terjadi di kedalaman 65 kilometer ini terjadi pada Minggu pukul 16.54 WIB.
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), getaran gempa ini terasa di sejumlah wilayah, terutama di Kabupaten Sukabumi.
Di wilayah Surade, Ujunggenteng, hingga Tegalbuleud, gempa terasa dengan skala intensitas III MMI dengan getaran terasa seperti truk yang berlalu.
Selang 14 jam kemudian, gempa terjadi di lepas pantai Sukabumi atau Senin pukul 07.01 WIB. Gempa berkekuatan M 4,1 ini terasa di Surade, Ujunggenteng, hingga Tegalbuleud dengan skala III MMI.
Titik pusat gempa dengan kedalaman 27 kilometer ini berjarak 79 kilometer arah tenggara Kabupaten Sukabumi. Daerah ini berada dalam koordinat 7,70 Lintang Selatan dan 106,56 Bujur Timur atau berjarak sekitar 70 kilometer arah tenggara dari titik gempa sebelumnya.
Meskipun berdekatan, Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu menyatakan, kedua gempa tidak berada dalam satu rangkaian.
Gempa pada Minggu sore, misalnya, terjadi pada deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia (intra-slab). Sementara gempa pada Senin pagi merupakan gempa dangkal karena aktivitas sesar aktif dasar laut.
”Kalau melihat kedalamannya, sepertinya gempa pagi ini bukan susulan dari yang sebelumnya. Gempa sore kemarin terjadi dalam lempeng intra-slab. Warga tetap diimbau waspada tetapi tidak perlu panik dan terus mengikuti informasi dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya dari Bandung, Senin.
Sebelumnya, Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Tangerang Hartanto menyampaikan, hingga Senin pukul 07.44 WIB, hasil pengamatan dari BMKG tidak menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan. Sementara itu, gempa pada Minggu sore juga tidak berpotensi tsunami dan warga bisa beraktivitas seperti biasa.
Hartanto memaparkan, gempa pada Minggu sore terjadi dengan pergerakan geser naik (oblique thrust) dan tidak dilaporkan gempa susulan. Dia juga meminta warga terus memastikan bangunan tempat tinggal setelah terjadi gempa untuk mengantisipasi korban akibat kerusakan.
”Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa atau tidak ada kerusakan akibat getaran yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” ujarnya.
Rais (33), warga Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, merasakan gempa yang terjadi pada Minggu Sore. Namun, dia tidak mengetahui gempa pada Senin pagi. Dia juga tidak melihat kepanikan warga saat terjadi gempa sehingga masih merasa aman.
Namun, Rais tetap waspada karena masih teringat terkait isu megathrust yang sempat ramai di media sosial. Karena itu, saat terjadi gempa, dia terus memantau perkembangan melalui media sosial dan sumber lainnya yang dapat dipercaya.
”Sekarang rasanya masih aman. Kemarin (Minggu sore) juga tidak banyak yang merasakan gempa. Padahal, akhir pekan ini ada banyak wisatawan ke Palabuhanratu. Banyak tempat wisata yang penuh di sini,” ujarnya.