Bergejala Mpox, Dinkes Kendari Tangani Intensif Satu Pasien
Memiliki gejala Mpox, seorang warga Kendari dalam penanganan intensif. Warga diimbau tidak panik dan menjaga kesehatan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seorang warga Kendari, Sulawesi Tenggara, dirawat intensif setelah diketahui memiliki gejala Mpox. Pasien yang baru bepergian tersebut mengalami demam dan kulit serupa cacar air. Masyarakat diimbau tidak panik, tapi tetap menjaga kesehatan dan kebersihan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari drg Fauziah menuturkan, pihaknya saat ini menangani seorang pasien laki-laki berumur 22 tahun yang memiliki gejala Mpox. Pasien tersebut diketahui baru bepergian ke Jakarta beberapa hari sebelumnya.
”Pasien suspek Mpox ini telah dirujuk ke RSUD Kendari. Tim dokter telah melakukan tindakan untuk penanganan lebih lanjut,” kata Fauziah, di Kendari, Minggu (15/9/2024).
Sejak menerima pasien tersebut, ia melanjutkan, dokter spesialis kulit dan penyakit dalam telah melakukan pemeriksaan awal. Pasien juga diberi obat dan salep untuk mengurangi gejala. Selain itu, tim juga telah mengambil sampel dan akan dikirim ke laboratorium di Makassar, Sulawesi Selatan.
Interval inkubasi Mpox ini muncul umumnya berlangsung hingga dua pekan. Selama proses inkubasi, penularan belum bisa terjadi.
Oleh sebab itu, Fauziah menyampaikan, agar masyarakat yang merasakan gejala penyakit ini segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Utamanya, jika ada gejala demam, dan muncul bintik-bintik di badan, agar melakukan isolasi mandiri agar tidak menularkan kepada orang lain.
”Dan juga masyarakat agar tidak panik, tapi tetap menerapkan pola hidup bersih, mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga daya tahan tubuh,” ungkapnya.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo Ramadhan Tosepu mengingatkan, adanya pasien bergejala Mpox ini harus diwaspadai serius oleh masyarakat, khususnya pemerintah. Hal ini mengindikasikan seseorang di wilayah ini bisa terjangkit wabah, utamanya yang sehabis bepergian ke daerah rawan.
”Untuk pasiennya harus ditangani intensif dengan berbagai penanganan. Keluarga pasien, khususnya yang berkontak erat, juga harus dipantau untuk memperhatikan jika terjadi penyebaran,” ucapnya.
Sementara itu, pemerintah harus melakukan edukasi dan sosialisasi akan bahaya wabah cacar monyet ini. Sebab, jika tidak ditangani, bisa berakibat fatal dan meluas. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan dan daya tahan tubuh.
Cacar monyet ini diketahui dapat ditularkan dari hewan yang terinfeksi kepada manusia serta dari manusia kepada manusia lainnya melalui kontak fisik yang dekat. Penularan penyakit ini juga rentan melalui hubungan seksual sesama jenis, khususnya sesama laki-laki, serta kebiasaan berganti-ganti pasangan hubungan seksual.
Dari data yang ada, 99 persen kasus Mpox dialami pria, terutama laki-laki yang berhubungan dengan lelaki atau memiliki pasangan seks pria lebih dari satu. Selain itu, perempuan hamil yang mengidap cacar monyet berisiko menularkan ke janinnya.
Di Indonesia, selama Oktober-November 2023, Kementerian Kesehatan melaporkan ada 34 kasus Mpox yang terjadi Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Belakangan, kasus-kasus ini kembali dilaporkan di Jakarta dan Bali.
Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kesiapan sistem kesehatan di dalam negeri harus semakin diperkuat setelah penetapan status darurat global dari WHO. Penguatan sistem pengendalian penyakit di dalam negeri dinilai lebih dibutuhkan dibandingkan dengan menutup pintu masuk negara dalam mencegah penularan Mpox.
”Kalau ada penyakit apa pun yang jadi darurat internasional, yang negara-negara lakukan bukanlah utamanya menutup perbatasan, melainkan memperkuat sistem pengendalian di dalam negerinya. Apalagi sebelumnya kita memang pernah ada beberapa kasus Mpox di negara ini,” katanya (Kompas, 15/8/2024).