Pelayanan kesehatan berbayar sampah dan program Plastic Credit dikembangkan di Desa Cihampelas, Jawa Barat.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
Stigma sampah adalah barang yang kotor dan harus dibuang tak berlaku di Desa Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sampah yang mengotori aliran Sungai Citarum bisa berubah wujud menjadi layanan kesehatan gratis hingga tambahan penghasilan.
Siti Masitoh (40) bergegas meninggalkan rumahnya di Desa Cihampelas RT 002 RW 004 pada Sabtu (14/9/2024) sekitar pukul 08.00 WIB. Sembari menggendong anak bungsunya, Erena (1,5), dia menenteng sekantong plastik. Isinya sampah non-organik yang telah dipilah di rumah.
Ibu tiga anak ini berjalan kaki sekitar 50 meter ke Festival Citarum 2024. Lokasinya di Yayasan Bening Saguling Foundation, tak jauh dari rumahnya. Sejak 2014, lembaga ini berdiri di atas lahan sekitar 1 hektar. Lokasinya tepat di pinggiran Sungai Citarum.
Festival yang mengangkat tema ”Sungai Citarum dan Peradaban Manusia” ini menggelar sejumlah kegiatan. Salah satunya, pelayanan kesehatan dengan berbayar sampah non-organik yang diikuti Siti dan anaknya.
Saat tiba di lokasi festival, Siti segera memasukkan sampah ke tempat pengumpulan sampah non-organik yang telah disiapkan panitia.
Ia lalu berjalan sekitar 1 meter ke Klinik Mitra Enviro di dalam area yayasan untuk mendaftar identitas diri di petugas kesehatan.
Tak sampai 30 menit, Siti yang tengah flu dan batuk lantas ke dokter Seno Sulaksono. Hanya dengan sekantong sampah, Siti mendapatkan layanan pemeriksaan dokter sekaligus obatnya.
Selain Siti, ada 60 warga lain mendaftarkan dirinya di Klinik Mitra Enviro. Klinik ini dikelola Yayasan Bening Saguling dan perusahaan Namasindo yang bergerak dalam usaha daur ulang sampah.
Klinik Mitra Enviro tak hanya dibuka saat kegiatan Festival Citarum. Setiap Rabu dan Jumat, klinik rutin dibuka selama setahun terakhir. Sebagian besar pasiennya adalah warga Cihampelas.
Saya bangga karena bisa menjaga kelestarian Sungai Citarum selama empat tahun terakhir.
Sebanyak satu dokter dan tiga perawat yang bertugas di Klinik Mitra Enviro. Mereka melayani warga Cihampelas dari pukul 15.00 hingga 17.00 WIB. Rata-rata warga menderita sakit akibat tekanan darah tinggi, rematik, flu, dan batuk.
”Menurut saya, ini adalah salah satu cara paling keren mengatasi masalah di Jabar. Mudah-mudahan layanan kesehatan berbayar sampah bisa direplikasi di daerah lainnya,” kata dokter Seno yang sehari-sehari bertugas di Puskesmas Cihampelas ini.
Sumber penghasilan
Pengolahan sampah di Desa Cihampelas juga memberikan penghasilan tambahan bagi warga setempat. Sedikitnya 70 warga menggunakan sampan mengumpulkan sampah di Sungai Citarum. Sampan adalah bantuan Yayasan Bening Saguling.
Kerja keras warga mengumpulkan sampah non-organik berkat program Plastic Credit yang digagas Yayasan Bening Saguling selama dua tahun terakhir. Program ini memberikan upah Rp 750 per kilogram sampah plastik yang bernilai rendah, seperti plastik kemasan kopi instan dan sampo.
Sampah plastik bernilai tinggi, seperti botol air mineral, yang dikumpulkan warga dijual secara langsung ke perusahaan daur ulang sampah di daerah tersebut. Nilai jual sampah jenis tersebut berkisar dari Rp 1.500-Rp 2.500 per kilogram.
Salah satu warga pengumpul sampah asal Cihampelas adalah Amul (17). Sehari-hari ia dapat dapat berada di sungai selama tiga hingga lima jam.
Bagi Amul, usaha mengumpulkan sampah bagaikan sebuah pekerjaan yang digelutinya dengan penuh komitmen. Usaha ini juga untuk membantu biaya kebutuhan hidup Amul dan orangtuanya.
”Hanya beberapa jam mengumpulkan sampah di Sungai Citarum, saya bisa mendapatkan Rp 50.000 per hari. Dalam seminggu, saya bisa mendapatkan hingga Rp 300.000 apabila rajin bekerja,” ujarnya.
Tak hanya anak muda yang terlibat dalam mengumpulkan sampah di Cihampelas. Aan (52), seorang ibu tunggal dengan empat anak, juga aktif mengumpulkan sampah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Aan telah terlibat mengumpulkan sampah di Citarum sebelum ada program Plastic Credit sejak tahun 2020 lalu. Ia bekerja setiap hari selama sembilan jam.
”Saya bangga karena bisa menjaga kelestarian Sungai Citarum selama empat tahun terakhir. Namun, terkadang saya sedih, apabila tak ada sampah, penghasilan pun berkurang,” tutur Aan sambil tersenyum.
Konsep pemberdayaan
Pendiri Bening Saguling Foundation, Indra Darmawan, mengatakan, pelayanan kesehatan berbayar sampah dan program Plastic Credit menjadi upaya konkret konsep pelestarian lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat.
Konsep ini menjadikan masyarakat mendapatkan dampak positif dari upaya mengatasi masalah sampah di rumahnya ataupun di Sungai Citarum.
Ia memaparkan, dalam program Plastic Credit melibatkan 70 warga Cihampelas yang tergabung dalam dua kelompok. Total sampah yang dikumpulkan dua kelompok ini mencapai 70 ton dalam sebulan.
Adapun Bening Saguling juga memiliki program Citarum Repair yang mengambil 24 ton sampah per bulan di Sungai Citarum dengan menggunakan alat konveyor serta memilahnya. Sebanyak 16 warga Cihampelas yang terlibat dalam program ini.
Selain itu, yayasan ini memiliki 19 unit bank sampah yang tersebar di Bandung Barat. Untuk mengangkut sampah di 19 tempat itu, Yayasan Saguling mempekerjakan 11 warga setempat.
”Dua program ini merupakan hasil sinergi kami dengan organisasi peduli sungai, River Recycle asal Finlandia. Upaya ini mampu mengubah stigma masyarakat bahwa sampah adalah barang yang tak berguna dan harus dibuang,” ucap Indra.
Kepala Bidang Tata Kelola Lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat Zamilia Floretta mengapresiasi Bening Saguling dalam pengelolaan sampah dengan melibatkan masyarakat Cihampelas dalam beberapa program.
Menurut dia, upaya tersebut sangat membantu pemerintah daerah yang masih kesulitan mengatasi masalah sampah di Bandung Barat.
”Hingga kini, kami hanya mampu mengangkut 150 ton sampah dari total produksi sampah harian sebanyak 700 ton di Bandung Barat. Sebagian besar sampah yang tak tertangani berada di Sungai Citarum,” katanya.
Penanganan sampah di Desa Cihampelas menunjukkan kolaborasi Bening Saguling dan masyarakat yang kompak sukses membawa perubahan positif bagi lingkungannya dan kehidupan sehari-hari.