Ekonomi Global Masih Tertekan, UMKM di Cirebon Ekspor Rotan ke Perancis
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, UMKM di Cirebon, Jawa Barat, mengekspor furnitur rotan ke Perancis.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Di tengah ketidakpastian ekonomi global, usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kembali mengekspor furnitur rotan ke Perancis. Ekspor ini menunjukkan masih ada peluang industri rotan bangkit meskipun tekanan ekonomi dunia belum usai.
Ekspor itu, antara lain, dilakukan oleh PT Masagena Maruarar Salawasna (Molja Furniture), perusahaan funitur asal Cirebon. Pada Selasa (10/9/2024), UMKM binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon ini melepas tiga kontainer ukuran sekitar 20 kaki ke Perancis.
Kepala KPwBI Cirebon Anton Pitono melepas ekspor itu secara simbolis di gudang rotan mitra Molja di Plumbon, Cirebon. Turut hadir pemilik Molja Furniture, yakni Nopan Sinaga dan Rana Azizah, serta Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Kota Cirebon Iing Daiman.
Nopan mengatakan, tiga kontainer yang dikirim itu berisi 90 unit sofa bed dengan total nilai ekspor 10.250 dollar AS atau sekitar Rp 158 juta. Pengiriman membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Singapura, hingga ke Perancis.
”Sebenarnya ini pelepasan ekspor yang kedua (ke Perancis) di tahun ini,” ucap Nopan. Dengan pengiriman furnitur itu, pihaknya telah enam kali mengekspor rotan ke Perancis sejak 2023. Adapun total yang diekspor mencapai 18 kontainer. Setiap kontainer berisi puluhan produk.
Selain ke Perancis, perusahaan yang baru berdiri 2021 ini juga telah empat kali mengekspor keranjang dan tempat lampu ke Belanda sejak 2022 dengan total empat kontainer. Setiap bentuk produk yang diekspor selalu menyesuaikan dengan keinginan pembeli (buyer).
”Sebelum ekspor, kami telah melakukan riset dan development (pengembangan) sekitar setahun. Ekspor ini juga hasil kolaborasi kami dengan perajin, Kementerian Perdagangan, dan BI Cirebon,” kata Nopan.
Menurut dia, melalui kolaborasi itu, pihaknya mendapatkan kesempatan untuk ikut berbagai pameran di Bandung hingga Jakarta. Bahkan, ia mengatakan telah bertemu sejumlah pebisnis dari Jepang, Australia, dan Uni Emirat Arab untuk menjajaki peluang ekspor produk rotan ke sana.
”Kami juga lagi menyiapkan (sertifikat) BSCI agar produk kami bisa diterima lebih luas di luar negeri. Kami targetkan itu rampung akhir 2024 atau awal tahun depan,” ujar Nopan. BSCI adalah standar inisiatif kepatuhan sosial bisnis yang harus dimiliki perusahaan pemasok produk.
Tantangan global
Anton mengapresiasi ekspor yang dilakukan UMKM asal Cirebon, seperti Molja Furniture. Apalagi, perusahaan itu didirikan oleh dua anak muda, yakni Nopan, yang masih berusia 27 tahun, dan Rana Azizah, perempuan berumur 26 tahun.
Lebih dari itu, UMKM yang menjadi binaan BI sejak awal tahun ini mampu bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global. ”Memang masih ada tantangan ekspor impor karena perang Rusia (dengan Ukraina) masih ada. Begitu juga dengan konflik Timur Tengah,” kata Anton.
Kondisi itu berdampak pada rute pengiriman kontainer yang menambah biaya logistik hingga penurunan permintaan mebel serta produk rotan dari Indonesia. Namun, menurut Anton, ekspor produk rotan dari Cirebon kali ini menunjukkan masih ada peluang dalam industri ini.
”Akan selalu ada celah (peluang), karena meskipun terjadi kendala di luar negeri, seperti perang, permintaan (produk rotan) masih tetap ada. Celah itu akan selalu kami manfaatkan,” katanya. Pihaknya, misalnya, bekerja sama dengan kantor perwakilan BI di luar negeri dan Kemendag.
Anton juga mengingatkan UMKM untuk memperhatikan isu lingkungan dan kemanusiaan. ”Buyer di luar negeri sangat sensitif dengan isu itu. Misalnya, rotan yang diambil sudah tua dan ada penanaman kembali. Pembeli furnitur itu akan merasa ikut andil pada lingkungan,” ujarnya.
Kalau ada kendala, silakan sampaikan ke kami. Nanti kami coba selesaikan sehingga pelaku ekspor tidak terkendala, terutama hal administratif. (Iing Daiman)
Iing Daiman berkomitmen mendukung UMKM yang ingin merambah pasar ekspor furnitur. ”Kalau ada kendala, silakan sampaikan ke kami. Nanti kami coba selesaikan sehingga pelaku ekspor tidak terkendala, terutama hal administratif,” ujarnya.
Apalagi, Cirebon termasuk sentra produk rotan di Indonesia. Pada 2023 saja, menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, nilai ekspor furnitur rotan mencapai lebih dari 127 juta dollar AS dan sebagian besar berasal dari Cirebon.