MIMIKA, KOMPAS – Seorang pasien yang memiliki gejala Mpox masih diperiksa di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura, Kota Jayapura, Papua. Pasien tersebut dilaporkan menderita cacar disertai dengan kondisi demam tinggi, sesak napas, nyeri tenggorokan, hingga sulit menelan makanan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Papua Arinius Weya mengatakan, pasien tersebut pertama kali dilaporkan di RSUD Abepura pada Kamis (5/9/2024).
Ia mengungkapkan, pihaknya masih akan memastikan kondisi yang dialami oleh pasien tersebut.
”Setelah kami menerima laporan, Kamis lalu tim kami langsung turun untuk memeriksa serta pengambilan sampel. Hasilnya akan keluar hari ini atau besok,” kata Arinius dihubungi dari Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (7/9/2024).
Baca juga: Cacar Monyet Mewabah, Bagaimana Mencegahnya?
Arinus turut menyampaikan agar masyarakat tidak terlalu berlebihan menyikapi kondisi yang terjadi saat ini. Di sisi lain, ia tetap mengimbau masyarakat bisa mengetahui penularan cacar monyet agar lebih meningkatkan kewaspadaan.
Cacar monyet ini dapat ditularkan dari hewan yang terinfeksi ke manusia serta dari manusia ke manusia lainnya melalui kontak fisik yang dekat. Arinus menambahkan, penularan penyakit ini juga rentan melalui hubungan seksual sesama jenis, khususnya sesama laki-laki, serta kebiasaan berganti-ganti pasangan hubungan seksual.
Adapun interval inkubasi mulai dari infeksi hingga gejala cacar monyet muncul umumnya berlangsung hingga dua minggu, tapi inkubasi ini memiliki rentang 5-21 hari. Selama proses inkubasi, penularan belum bisa terjadi.
Cacar monyet ini dapat ditularkan dari hewan yang terinfeksi ke manusia serta dari manusia ke manusia lainnya melalui kontak fisik yang dekat.
Di sisi lain, Arinus tetap mengimbau warga tetap menjaga pola hidup sehat. Adapun jika ada temuan di sekitar seperti gejala cacar monyet ini, segera diperiksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
”Untuk saat ini, kami juga sudah melakukan koordinasi lintas sektor. Berdasarkan arahan Penjabat Gubernur Papua, pemantauan layanan akan diperkuat, termasuk di pintu masuk transportasi darat, laut, dan udara,” ujar Arinus.
Baca juga: WHO Kembali Tetapkan Status Darurat Kesehatan Global Wabah Mpox
Sementara pada 14 Agustus 2024, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menetapkan cacar monyet sebagai kedaruratan kesehatan global. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan penularan Mpox yang semakin meningkat dan berisiko meluas ke sejumlah negara.
Kasus meluas
Kasus Mpox pada manusia dilaporkan pertama kali pada tahun 1970 dari kawasan Afrika barat dan tengah. Namun, saat itu kasusnya bersifat endemik. Pada tahun 2022 terjadi penularan antarmanusia di lebih dari 75 negara dan lebih dari 16.000 kasus.
Sebagian besar kasus berasal dari Benua Eropa, diikuti Amerika Serikat. Sejak wabah cacar monyet ditemukan di luar daerah endemik di Afrika pada Mei 2022, lebih dari 70.000 kasus telah dicatat secara global, dengan lebih dari 3.500 kasus di Inggris.
Dari data yang ada, 99 persen kasus Mpox dialami pria, terutama laki-laki yang berhubungan dengan lelaki atau memiliki pasangan seks pria lebih dari satu. Selain itu, perempuan hamil yang mengidap cacar monyet berisiko menularkan ke janinnya.
Di Indonesia, selama Oktober-November 2023, Kementerian Kesehatan melaporkan ada 34 kasus cacar monyet yang terjadi Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Belakangan, kasus-kasus ini kembali dilaporkan di Jakarta dan Bali.
Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kesiapan sistem kesehatan di dalam negeri harus semakin diperkuat setelah penetapan status darurat global dari WHO. Penguatan sistem pengendalian penyakit di dalam negeri dinilai lebih dibutuhkan dibandingkan dengan menutup pintu masuk negara dalam mencegah penularan Mpox.
Baca juga: Tercatat Lima Kasus Cacar Monyet di Jabar, Asal Penularan Belum Diketahui
Tjandra menambahkan, pemeriksaan suhu orang di bandara kita juga tidak efektif. Hal ini karena bisa saja orang yang tertular penyakit masih dalam masa inkubasi sehingga tidak mengalami gejala kenaikan suhu.
”Kalau ada penyakit apa pun yang jadi darurat internasional, maka yang negara-negara lakukan bukanlah utamanya menutup perbatasan, melainkan memperkuat sistem pengendalian di dalam negerinya. Apalagi sebelumnya kita memang pernah ada beberapa kasus Mpox di negara ini,” katanya (Kompas.id, 15/8/2024).