Janji Selesaikan Persoalan Hutan Adat Kinipan, LHK Gandeng Bezos Earth Fund
Untuk menyelesaikan soal hutan adat di Kinipan, Menteri LHK Siti Nurbaya gandeng yayasan BEF milik orang terkaya dunia.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
NANGA BULIK, KOMPAS – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengunjungi Desa Kinipan, Kecamatan Batang Kawa, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Ia datang bersama perwakilan pengusaha kaya raya asal Amerika, Bezos Earth Fund, untuk melihat bagaimana hutan dikelola masyarakat adat.
Rombongan Siti Nurbaya dan Bezos Earth Fund (BEF) tiba di Desa Kinipan sekitar pukul 09.00 menggunakan dua helikopter, Sabtu (7/9/2024). Mereka disambut begitu meriah oleh masyarakat adat Kinipan di lapangan tempat helikopter mendarat. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Kinipan, ada menteri berkunjung ke desa yang berjarak 303 kilometer dari Kota Palangka Raya, ibu kota Provinsi Kalteng, itu.
Mereka diterima secara adat, lalu duduk berdialog dengan masyarakat. Effendi Buhing, tokoh adat Desa Kinipan, mengungkapkan, ada tiga poin penting yang ingin disampaikan. Pertama, soal pengakuan wilayah adat yang terkatung-katung. Pihaknya sudah empat kali mengirimkan dokumen untuk persyaratan pengakuan hutan adat, tetapi tak kunjung direspons dengan baik.
Kedua, lanjut Buhing, pencadangan hutan adat yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan seluas 6.800 hektar itu harus segera diverifikasi lapangan. Pasalnya, ada ladang masyarakat yang masuk ke dalam pencadangan hutan adat tersebut.
Poin ketiga, soal isu bisnis karbon dengan kehadiran BEF itu diharapkan melibatkan masyarakat Kinipan dan atas persetujuan Kinipan. ”Apa pun bentuk programnya, baik dalam maupun luar negeri, itu harus direncanakan dan disetujui oleh masyarakat Kinipan,” ungkapnya.
Persoalan Kinipan sudah berlangsung lebih kurang 10 tahun lalu sejak perusahaan sawit masuk ke wilayah kelola adat Kinipan. Tahun 2015, mereka bersama Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) membuat peta indikatif bersama dengan luas wilayah adat Desa Kinipan lebih kurang 16.000 hektar.
Saat ini, setidaknya terdapat lebih kurang 1.800 hektar yang sudah dibuka oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit. Hal itu yang memicu perlawanan oleh masyarakat adat Kinipan. Effendi Buhing bahkan pernah ditangkap aparat dengan tuduhan ”otak” pencurian, padahal tak ada barang yang dicuri.
Apa pun bentuk programnya, baik dalam maupun luar negeri, itu harus direncanakan dan disetujui oleh masyarakat Kinipan.
Saat berdialog, Siti Nurbaya mengatakan sudah lama mengikuti konflik yang terjadi di Kinipan. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada aktivis yang selama ini mendampingi. Menurut dia, apa yang dikerjakan mereka sudah baik.
”Makanya, saya bawa tim internasional ini. Kami berpikir dukungan para pendamping dari aktivis jadi lebih mudah dengan dukungan BEF. Mari kita lihat, jika persoalan hutan adat yang paling susah (di Kinipan) bisa diselesaikan, apalagi yang lainnya,” tutur Siti.
Ia menambahkan, jabatan menteri akan berakhir dalam waktu lebih kurang lima minggu, tetapi kerja-kerja untuk menyelesaikan persoalan hutan adat akan dilanjutkan. ”Buktinya, tim internasional saya ajak sekalian supaya melihat bagaimana cara menyelesaikan (persoalan). Nanti, soal tata batas desa dan pemakaian lahan oleh konsesi, saya yakin, seharusnya bisa diselesaikan. Apalagi, katanya, pengusahanya orang sini, kan?” tanya Siti.
Saat ditemui di sela-sela acara, Presiden dan CEO BEF Andrew Steer mengucapkan terima kasih kepada masyarakat atas penerimaannya di Desa Kinipan. Ia juga menyebutkan, kedatangannya bersama BEF untuk mempelajari bagaimana masyarakat adat menjaga hutan. Menurut dia, upaya yang dilakukan masyarakat adat begitu penting untuk melawan perubahan iklim dan kerusakan yang terjadi di Bumi saat ini.
Andrew bertanya kepada masyarakat soal cara mereka mengambil kesepakatan dan arti hutan bagi mereka, yang kemudian dijawab Effendi Buhing soal tradisi adat Dayak Tomun dan bahwa hutan merupakan identitas dan kehidupan bagi masyarakat adat. ”Makanya, sejak lahir sampai meninggal, kami membutuhkan hutan karena semua yang kami butuhkan ada di sana,” jawab Buhing.
Saat ditemui Kompas, Andrew mengatakan, dirinya datang untuk membantu masyarakat. Saat ditanya soal bisnis karbon, Andrew menjawab, ”Bukan hanya itu (karbon), lebih dari itu kami ingin membantu masyarakat di sini menjaga hutannya, juga di bidang sosial dan ekonomi.”
BEF merupakan yayasan yang didirikan oleh Jeff Bezos yang menyumbangkan 10 miliar dollar AS untuk melawan perubahan iklim. Yayasan ini membentuk tim di sejumlah negara untuk menjalankan visinya itu. Di Indonesia, mereka bekerja sama dengan pemerintah.
Selain Andrew, ada juga Frank Zacharias Robin Goldsmith yang memiliki gelar bangsawan ”Lord” dari Inggris. Ia menyebutkan, kedatangan BEF untuk belajar dari masyarakat adat dan mendengarkan apa yang mereka katakan soal alam. ”Tetapi, kami ingin membantu,” kata Lord Goldsmith yang pernah menjabat Menteri Lingkungan Hidup Inggris.
Kepala Desa Kinipan Willem Hengki berharap kedatangan Siti Nurbaya dengan BEF bisa membawa dampak baik khususnya terkait hutan adat yang selama ini diperjuangkan. ”Semoga ada tindak lanjutnya,” katanya.