H-4 Kunjungan Paus Fransiskus ke Dili, PLBN Motaain Siap Layani Pelintas
Lebih kurang 1.000 umat Katolik yang sudah terdaftar akan pergi ke Dili.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
ATAMBUA, KOMPAS — Suasana pelintasan pada Pos Lintas Batas Negara Terpadu Motaain di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, semakin ramai menjelang kunjunganPaus Fransiskus ke Dili, Timor Leste, pada 9-11 September mendatang. Ribuan umat Katolik dari NTT akan pergi ke Dili untuk mengikuti misa akbar.
”Pelintasan ke Dili mulai terjadi, dan puncaknya itu pada tanggal 9 September. Kami sudah siap dengan segala fasilitas demi mendukung kelancaran para pelintas ini,” kata Administrator Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Maria Fatima Rika pada Kamis (5/9/2024).
Sebagai contoh, untuk pos pemeriksaan imigrasi yang biasanya dua titik, sementara ditambah menjadi enam. Jika terjadi peningkatan jumlah pelintas, dapat ditambah lagi sesuai kebutuhan. Begitu pula pada pos karantina dan bea dan cukai pun akan disesuaikan.
Selain itu, di PLBN Motaain juga dibangun pos kesehatan yang melibatkan tenaga medis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. Tenaga medis ini sebagian akan mendampingi pelintas ke Dili. Tujuan para pelintas adalah mengikuti misa akbar yang dipimpin Paus Fransiskus pada 10 September.
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Pemerintah Timor Leste, para pelintas dari Indonesia akan diinapkan di fasilitas umum milik pemerintah. Lokasi itu tak jauh dari Lapangan Tasitolu, tempat akan berlangsungnya misa akbar.
Demi kelancaran pelintasan, Rika mengingatkan para pelintas untuk menyiapkan berbagai dokumen termasuk kendaraan yang digunakan. Registrasi kendaraan bisa dilakukan beberapa hari sebelum keberangkatan. ”Tujuannya agar tidak terjadi penumpukan kendaraan di pos pelintasan,” katanya.
Sekretaris Umum Pusat Pastoral Keuskupan Atambua Yosef ML Hello yang dihubungi secara terpisah mengatakan, dari Keuskupan Atambua, sekitar 600 orang sudah terdaftar, dan menyatakan akan pergi ke Dili. Jumlah itu sedikit berkurang karena banyak yang mengundurkan diri dengan alasan kesehatan.
Di luar jumlah itu, akan datang juga umat Katolik dari Keuskupan Agung Kupang, beberapa keuskupan di NTT, serta mereka yang pergi secara mandiri. Kelompok ini belum terdata. Diperkirakan lebih dari 1.000 orang yang akan menyeberang ke Timor Leste.
Bagi yang terdaftar di Keuskupan Atambua, kata Yosef, telah disiapkan 75 angkutan yang didominasi bus dengan kapasitas hingga 24 tempat duduk. Setiap penumpang akan dikenai tarif sebesar Rp 400.000 pergi dan pulang. ”Rencana berangkat 9 September dan pulang 10 September malam setelah selesai misa,” katanya.
Waktu tempuh perjalanan dari Atambua ke Dili sekitar 3 jam melalui PLBN Motaain. Selama kunjungan Paus, otoritas Timor Leste hanya membuka satu pos pelintasan darat, yakni Motaain. Tiga pos yang lain, yakni Motamasin, Wini, dan Napan, sementara ditutup demi keamanan. Operasionalisasi pos kembali normal setelah Paus Fransiskus meninggalkan Timor Leste.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM NTT Marciana D Jone mengatakan telah berkoordinasi dengan Pemerintah Timor Leste untuk kelancaran kegiatan umat Katolik dari NTT. Itu ia sampaikan secara langsung kepada Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao dalam pertemuan pada Rabu (4/9/202).
Pemerintah Timor Leste memberi kompensasi dengan membuka pintu pelintasan pada 10 September malam. Biasanya pintu pelintas ditutup pada sore hari.
Pemerintah Timor Leste memberi kompensasi dengan membuka pintu pelintasan pada 10 September malam. Biasanya pintu pelintas ditutup pada sore hari. ”Jadi, selesai misa, sudah bisa langsung pulang ke Indonesia,” katanya.
Kunjungan Paus ke Timor Leste ini merupakan yang kedua kalinya. Kunjungan pertama pemimpin umat Katolik Sedunia itu terjadi tahun 1989. Saat itu, datang Paus Yohanes Paulus II. Lebih kurang 250.000 umat Katolik menghadiri misa.
Saat itu, Timor Leste, yang bernama Provinsi Timor Timur, masih menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Timor Timur kemudian melepaskan diri lewat jajak pendapat tahun 1999.