Upacara Ngeruwak menandai proses peletakan batu pertama Sentral Parkir Kuta, Rabu. Ngeruwak dilakukan untuk memohon perlindungan dan anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Prosesi Ngeruwak disertai kegiatan bersih pekarangan dan dengan mengukur lahan. Peletakan batu pertama dilakukan Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya.
Proyek Bali Urban Subway terwujud atas inisiasi Pemerintah Provinsi Bali, PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) dan PT BIP.
Dalam pelaksanaannya, PT SBDJ menetapkan PT Indotek sebagai kontraktor utama bersama China Railway Construction Corporation (CRCC). Mereka akan bekerja sama dengan kontraktor lokal, PT Sinar Bali Bina Karya (Sinar Bali).
Direktur Utama PT SBDJ Ari Askhara mengatakan, rencana pengembangan proyek Bali Urban Subway akan dilakukan dalam empat fase. Fase 1 adalah jalur Bandara I Gusti Ngurah Rai-Kuta Sentral Parkir-Seminyak-Berawa-Cemagi, sepanjang 16 km.
Fase 2, yaitu Bandara I Gusti Ngurah Rai-Jimbaran-Universitas Udayana-Nusa Dua (13.5 km).
Fase 3, yaitu Kuta Sentral Parkir-Sesetan-Renon-Sanur (masih dalam tahap feasibility study/FS atau studi kelayakan). Sedangkan fase 4, yaitu jalur Renon-Sukawati-Ubud (dalam tahap FS).
Total nilai investasi untuk dua fase pertama mencapai 10,8 miliar dollar AS. Sementara untuk empat fase sebesar 20 miliar dollar AS.
”Pembangunan fase Bandara Ngurah Rai ke Kuta Sentral Parkir ditambah keseluruhan Fase 2 diharapkan dapat selesai pada akhir kuartal kedua tahun 2028. Untuk keseluruhan Fase 1 dan Fase 2 akan beroperasi penuh pada akhir 2031,” kata Ari.
Menurut Ari, Fase 1 memang diperkirakan akan lebih lambat. Alasannya, kondisi bawah tanah adalah berbatu keras.
Sementara Fase 2 kondisi tanah adalah kapur atau aluvial sehingga akan lebih cepat dan mudah dalam proses pengeboran. Investor dan pelaksana proyek akan mendatangkan 10 tunnel boring machine (TBM) atau mesin bor terowongan untuk mempercepat proses pembangunan.
”Intinya menjaga momentum harapan masyarakat Bali yang tinggi terhadap solusi kemacetan yang parah dan sudah di atas batas toleransi,” kata Ari.
Ari menambahkan, meski membawa kecanggihan teknologi, proyek akan tetap berkomitmen pada lingkungan dan masyarakat. Proyek akan mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan sesuai nilai-nilai Tri Hita Karana. Hal itu menjaga keseimbangan hubungan dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam.
”Dalam mewujudkan komitmen ini, Bali Urban Subway akan menggunakan konstruksi infrastruktur bawah tanah paling sesuai dengan kondisi geografis dan budaya Bali, serta menjaga keasrian lingkungan,” katanya.
Adapun, terkait kekhawatiran masyarakat mengenai potensi gangguan pada sumur pipa bor air tanah, khususnya ruang bawah tanah, PT SBDJ sudah memiliki alternatif penanganan.
”Kami akan bekerja sama dengan perusahaan daerah air minum untuk meningkatkan kapasitas sistem penyediaan air minum ke rumah-rumah di sekitar jalur pembangunan Bali Urban Subway. Kami juga memperluas jaringan pipa primer serta sekunder secara bersamaan dengan pembangunan terowongan,” kata Pasek Senjaya, Managing Director PT SBDJ.
Menurut Pasek, hal itu dilakukan untuk memastikan masyarakat tetap mendapatkan akses air bersih, membantu mencegah penurunan muka air tanah, dan pencemaran.
”Upaya ini juga akan mencegah potensi kebocoran distribusi pipa air bersih sehingga distribusi menjadi lebih efisien dan optimal,” katanya.
Ke depan, proyek Bali Urban Subway diharapkan tidak hanya memberikan solusi transportasi. Hal itu seperti meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Bali, serta menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.