Ratusan hektar sawah tadah hujan gagal panen di Klaten, Jawa Tengah. Pompanisasi dijadikan solusi jangka panjang.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Kekeringan mengakibatkan ratusan sawah tadah hujangagal panen di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Persoalan itu sebetulnya menjadi masalah tahunan. Sistem irigasi perpompaan disiapkan pemerintah daerah sebagai solusi jangka panjang.
Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten, sejak Januari lalu, sebanyak 583 hektar sawah gagal panen akibat kekeringan di daerah tersebut. Sebarannya antara lain 60 hektar di Kecamatan Wedi, 369 hektar di Kecamatan Bayat, dan 149 hektar di Kecamatan Cawas.
”Dampak El Nino ini masih kita rasakan bersama. Kadang-kadang lihat stok airnya cukup untuk tanam. Namun ketika berproses, ternyata kekurangan air,” kata Kepala DKPP Kabupaten Klaten Widiyanti saat dihubungi, Selasa (27/8/2024).
Menurut Widiyanti, gagal panen tidak terlalu berdampak pada produksi beras bagi wilayah tersebut. Sebab, luasan gagal panen hanya 1,25 persen dibandingkan total luas tanam yang mencapai 46.514 hektar hingga Juli 2024.
Widiyanti menambahkan, sawah-sawah yang gagal panen itu merupakan sawah tadah hujan. Proses penanamannya bergantung pada ketersediaan air selama musim hujan. Untuk itu, apabila debit air semakin menipis semasa kemarau, risiko gagal panen akan muncul.
”Sekarang dalam optimalisasi sawah tadah hujan, kami akan membuat sistem irigasi perpompaan. Harapannya cara ini akan menjadi solusi jangka panjang,” kata Widiyanti.
Dalam sistem itu, kata Widiyanti, sawah-sawah tadah hujan akan dialiri air hasil pemompaan mesin dari sungai-sungai terdekat. Namun, ia menyadari, tidak semua sawah bertempat di dekat sungai. Pihaknya juga akan mencari sumber air bawah tanah menggunakan pengeboran.
”Ada 25 unit yang akan kami siapkan untuk perpompaan ini. Sebanyak delapan unit itu sumbernya dari air sungai. Lalu, 17 unit dari sumur dalam menggunakan bor. Tentu pengeborannya akan cukup dalam,” kata Widiyanti.
Saat ini, sebut Widiyanti, proses pengadaan sedang berjalan. Ia menargetkan agar akhir tahun ini instalasi perpompaan itu bisa terpasang pada sejumlah sawah tadah hujan. Dengan demikian, ancaman gagal panen yang terjadi pada tahun-tahun selanjutnya bisa diantisipasi.
Di sisi lain, Widiyanti juga terus mengingatkan agar petani mampu memilih komoditas yang akan ditanami secara bijak. Jangan memaksakan untuk menanam padi jika diiringi risiko gagal panen. Diharapkan, lahan-lahan pertanian itu terus produktif bagi petani.
”Kalau cukupnya untuk tanaman yang tidak butuh banyak air, ya sudah ditanami yang tidak butuh banyak air. Bisa diganti palawija, kacang hijau, dan lain sebagainya. Yang penting petani tetap bisa produktif,” kata Widiyanti.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Klaten Mariyanto menyampaikan, tidak semua petani mempunyai pompa air. Padahal, itu merupakan alternatif pengairan apabila sumber air menipis semasa kemarau. Bagi Mariyanto, bantuan pengadaan pompa air akan mengoptimalkan produksi sawah tadah hujan di kemudian hari.
”Orang yang tidak punya pompa itu, kan, harus sewa. Padahal, yang punya pompa ini juga membutuhkan untuk sawahnya. Jika begitu, ada semacam keterlambatan asupan air. Maka, adanya pompanisasi ini akan sangat efektif untuk mengoptimalkan sawah tadah hujan,” kata Mariyanto.