Kekeringan, Ratusan Hektar Sawah di Cirebon dan Indramayu Terancam Gagal Panen
Ratusan hektar sawah di Kabupaten Cirebon dan Indramayu, Jabar, terancam gagal panen karena kekeringan.
CIREBON, KOMPAS — Ratusan hektar sawah di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terancam gagal panen akibat kekeringan. Selain merugikan petani, kondisi itu juga berpotensi mengurangi produksi padi. Petani mendesak pemerintah segera mengantisipasi masalah itu.
Di Desa Suranenggala, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, misalnya, kekeringan tampak dari sawah yang retak-retak. Tanah sawah di lokasi itu merekah hingga selebar 10 sentimeter. Tanaman padi pun akhirnya mati. Saluran irigasi juga mengering, menyisakan lumpur dan sampah plastik.
”Sudah dua minggu sawah di sini enggak dapat air. Memang ada tata gilir air. Tapi, airnya enggak sampai di sini, habis di jalan,” kata Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Desa Suranenggala Astika, Jumat (23/8/2024).
Astika menjelaskan, dalam sistem penggiliran air itu, sawah di Desa Suranenggala hanya mendapat air sekali dalam 11 hari. Penyaluran air dari Bendungan Rentang di Kabupaten Majalengka, Jabar, itu hanya berlangsung selama 12 jam.
Air dari Bendungan Rentang itu berasal dari Bendungan Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jabar. Namun, pada dua kali masa penggiliran air, Desa Suranenggala tidak mendapatkan air secara optimal. Akibatnya, kekeringan pun melanda area itu.
Baca juga: Ratusan Hektar Sawah di Indramayu Terdampak Kekeringan
Menurut Astika, selain di Desa Suranenggala, kesulitan air juga melanda sejumlah desa lain, seperti Desa Bungko dan Desa Suranenggala Lor. Desa-desa tersebut di bagian hilir saluran irigasi.
”Total ada 450 hektar sawah di tiga desa ini, yang kekeringan sekitar 200 hektar. Yang kekeringan dan sudah mati ada 3 hektar,” ungkapnya.
Astika mengemukakan, tanaman padi yang gagal panen itu berusia 1,5 bulan. Daun tanaman itu tampak tidak lagi hijau, tetapi berwarna kemerahan. Bulirnya pun tak tumbuh.
Dia menambahkan, luas sawah yang puso atau gagal panen di wilayah itu bisa meluas. ”Kalau air enggak nyampai (ke sini) dalam kurun satu minggu, otomatis ada gagal panen lagi,” ujarnya.
Baca juga: Antara Kemarau dan Tuntutan Pemeliharaan, Penutupan Bendungan Colo Dilematis
Apalagi, sawah di daerah itu juga rentan terdampak air asin karena lokasinya yang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari laut. Dengan posisi itu, air asin dari laut bisa merambat ke saluran irigasi. Kondisi itu menghambat pertumbuhan tanaman padi dan membuat ikan air tawar mati.
Padahal, kata Astika, sekitar 1,5 bulan lagi, sawah di daerah itu bakal memasuki masa panen. Petani pun sudah mengeluarkan ongkos untuk modal tanam dan pemupukan yang bisa mencapai Rp 10 juta per hektar. Ini belum termasuk ongkos sewa sawah yang mencapai Rp 15 juta per hektar per tahun.
”Jadi, kalau tidak diantisipasi, sekitar 200 hektar bisa gagal panen. Itu kerugian petani bisa lebih Rp 1 miliar,” ungkap Astika.
Oleh karena itu, dia mendesak pemerintah pusat dan pemerintah daerah memberikan solusi terkait sawah petani yang terdampak kekeringan dan terkena air asin dari laut.
Baca juga: Ribuan Hektar Lahan Pertanian di Bandung Barat Kekeringan
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Cirebon Kuryadi mengatakan, lembaganya masih mendata luas lahan yang terdampak kekeringan. ”Informasi sementara ada sekitar 3.000 hektar di daerah utara yang terdampak kekeringan. Kalau yang gagal panen, kami belum dapat info,” ungkapnya.
Daerah terdampak kekeringan itu antara lain tersebar di Kecamatan Suranenggala, Kapetakan, serta Panguragan. Meskipun belum ada laporan puso, Kuryadi memperkirakan gagal panen bakal terjadi jika belum ada pasokan air ke areal persawahan dalam seminggu ke depan.
”Kekeringan ini juga berdampak pada produksi padi di Cirebon. Kalau kering, pertumbuhan anakan padi tidak maksimal. Jadi, penurunan produksi bisa 30 persen sampai 40 persen,” ujar Kuryadi.
Setiap tahun produksi padi di Cirebon bisa mencapai lebih dari 500.000 ton gabah kering panen (GKP) per tahun. Kuryadi mendesak pemerintah menyelesaikan masalah kekeringan dengan menguruk sedimentasi untuk memperlancar saluran irigasi.
Kekeringan ini juga berdampak pada produksi padi di Cirebon. Kalau kering, pertumbuhan anakan padi tidak maksimal
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Alex Suheriyawan mengatakan, sawah yang terdampak kekeringan di daerah itu tercatat seluas 235 hektar dan 0,5 hektar di antaranya mengalami gagal panen atau puso. Untuk mencegah meluasnya area terdampak kekeringan, sejumlah langkah ditempuh.
Salah satunya berkoordinasi dengan dinas pekerjaan umum dan penataan ruang setempat serta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung terkait informasi penggiliran air dan perbaikan saluran irigasi. ”Kami juga mempersiapkan pompa air pada lokasi rawan kekeringan,” ungkap Alex.
Kondisi Indramayu
Di Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, ratusan hektar sawah juga terancam gagal panen. Ketua Kelompok Tani Sriwijaya IV Fahrurozi mengatakan, sekitar 350 hektar sawah di desanya terdampak kekeringan dan terancam puso karena sudah sekitar 10 hari tidak terairi.
Padahal, usia tanaman padi di sawah itu sudah 1,5 bulan dan sangat membutuhkan pasokan air. ”Kemarin, orang BBWS Cimanuk-Cisanggarung sudah datang ke sini, mengecek lapangan. Katanya akan disalurkan air. Tapi, belum tahu kapan. Kalau dua minggu enggak ada air, bisa puso,” katanya.
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Indramayu Imam Mahdi mengaku belum menerima laporan adanya gagal panen di daerahnya. Namun, instansi itu mencatat adanya kekeringan yang melanda 765 hektar sawah di Indramayu.
Baca juga: Memasuki Kemarau, Waspada Bencana Kekeringan
Kecamatan di Indramayu dengan area terdampak kekeringan paling luas adalah Gantar dengan 383 hektar, lalu Kroya (154 hektar), Terisi (151 hektar), Gabuswetan (17 hektar), dan Kandanghaur (60 hektar). ”Mungkin (jumlah sawah terdampak kekeringan) bisa bertambah. Tapi, mudah-mudahan tidak,” kata Imam.
Dia menambahkan, pemerintah terus berupaya mencegah puso. Salah satunya dengan membuat irigasi perpompaan di 118 titik. Irigasi perpompaan merupakan sistem irigasi dengan menggunakan pompa air yang memanfaatkan air bawah tanah atau air permukaan.
Program Kementerian Pertanian itu dilaksanakan untuk mengantisipasi kekeringan. Adapun irigasi perpompaan di Indramayu tersebar di wilayah Gantar, Haurgeulis, Terisi, Balongan, hingga Krangkeng. Daerah-daerah itu selama ini kesulitan mendapat pasokan air. Dengan adanya irigasi perpompaan, diharapkan masalah kekeringan bisa diatasi.
Kekeringan kerap melanda areal persawahan di Indramayu saat musim tanam kedua yang bersamaan dengan musim kemarau. Tahun lalu 8.640 hektar atau 7,2 persen dari 120.000 hektar sawah di Indramayu terdampak kekeringan. Adapun produksi padi di wilayah lumbung padi itu mencapai 1,4 juta ton GKP tahun lalu.