Jejak Pelarian Bekas Wali Kota dan Bandar Judi Filipina di Batam
Dua buron bandar judi Filipina ditangkap di Batam. Cermin keseriusan Indonesia memberantas judi daring di Asia Tenggara.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atau Kemenkumham RI berupaya melacak keberadaan mantan Wali Kota Bamban, Alice Guo, yang merupakan buron Filipina terkait kasus judi daring. Sebelumnya, yakni pada 20 Agustus 2024, petugas imigrasi menangkap saudara perempuan dan rekan Alice di Batam, Kepulauan Riau.
Kharisma Rukmana dari Humas Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Batam, Jumat (23/8/2024), mengatakan, empat buron Filipina terdeteksi masuk ke Batam dengan feri dari Singapura pada 18 Agustus 2024. Buron itu terdiri dari Alice Guo, Wesley Guo, Shiela Guo, dan Cassandra ”Cassy” Li Ong.
”Alice kemungkinan masih berada di Indonesia. Sebelumnya, ia terdeteksi terbang dari Batam menuju Jakarta, sedangkan Wesley sudah keluar dari wilayah Indonesia,” kata Kharisma.
Alice adalah mantan Wali Kota Bamban, Filipina. Ia dan keluarganya dituding bertanggung jawab terkait kasus POGO (Philippine offshore gaming operators/operator judi lepas pantai Filipina). Operator judi milik keluarga Guo, POGO Lucky South 99, juga dituding terlibat perdagangan manusia, penahanan ilegal, serta penyiksaan tenaga kerja.
Lewat pernyataan tertulis, Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Direktorat Imigrasi Safar M Godam mengatakan, Shiela dan Cassy ditangkap tim intelijen Kantor Imigrasi Batam pada 20 Agustus. Diketahui, juga ada warga negara Singapura berinisial ZJ yang membantu akomodasi mereka di Batam.
Shiela dan Cassy telah dipulangkan ke Filipina pada 22 Agustus. Menurut Safar, penangkapan tersebut merupakan langkah konkret kerja sama aparat kedua negara untuk memerangi kejahatan transnasional di Asia Tenggara.
”Dua buron lain (Alice dan Wesley) masih dalam pengejaran. Otoritas Indonesia dan Filipina terus berkoordinasi untuk menangkap mereka,” kata Safar.
POGO adalah bisnis judi daring yang targetnya menggaet pemain dari China. Filipina dipilih menjadi markas operator POGO karena usaha itu dilarang di China. Bisnis judi itu sering menjadi selubung kegiatan ilegal perdagangan orang dan love scam.
Melansir Reuters, POGO mulai menjamur di Filipina pada masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte. Dulu, jumlah POGO di negara itu pernah mencapai 300 operator. Namun, bisnis itu terus menurun dan tersisa 42 operator POGO akibat pengetatan pajak dan pengawasan di Filipina.
Menurut media The Diplomat, POGO juga sering dikritik karena lokasinya sering kali berdekatan dengan fasilitas militer di Filipina. POGO milik keluarga Guo di Kota Bamban dekat dengan Pangkalan Angkatan Udara Filipina di Bandara Internasional Clark. Adapun di Provinsi Cavite, lokasi POGO berdekatan dengan Pangkalan Angkatan Laut Filipina.
Di tengah hubungan Filipina dengan China yang memanas, operator POGO dicurigai sebagai mata-mata terselubung. Dalam wawancara dengan televisi Filipina pada awal Juli lalu, Alice menyangkal bahwa dia adalah mata-mata China dan menyatakan bahwa dia adalah warga negara Filipina dan asli kelahiran Filipina.
WNI korban POGO
Kompas pernah mewawancarai dua warga Batam yang menjadi korban perdagangan orang akibat bekerja di POGO Filipina. Pasangan kekasih Awan dan Langit, bukan nama sebenarnya, menyatakan dipaksa bekerja sebagai operator judi daring di POGO yang berlokasi di Cavite Februari 2022.
Menurut Awan, dalam satu hari ia ditarget untuk bisa mengeruk keuntungan Rp 500 juta bagi bandar. Apabila tidak tercapai, ia akan disetrum dan dipukul. Mereka tidak bisa meminta pertolongan karena ponsel mereka disadap. Mereka juga tidak mungkin kabur dari pulau itu karena perusahaan dijaga orang-orang bersenjata.
Awan dan Langit diselamatkan Kedutaan Besar RI di Manila pada Juni 2022. Mereka menyebut, saat itu ada sekitar 40 WNI yang bekerja di Cavite, tetapi yang berhasil dipulangkan hanya 14 orang.