Ratusan Hektar Sawah di Indramayu Kekeringan, Produksi Padi Terancam
Ratusan hektar sawah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terdampak kekeringan. Produksi padi pun terancam menurun.
INDRAMAYU, KOMPAS — Ratusan hektar sawah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terdampak kekeringan pada musim tanam kedua. Jumlah itu diprediksi bertambah karena kekeringan masih bisa berlanjut. Produksi padi di lumbung pangan itu pun terancam menurun.
Di Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, Indramayu, misalnya, kekeringan tampak dari tanah yang retak-retak. ”Rata-rata usia tanaman padi yang kekeringan ini 1,5 bulan. Itu lagi butuh banyak air,” ucap H Fahrurozi, Ketua Kelompok Tani Sriwijaya IV, Kamis (22/8/2024).
Menurut dia, kekeringan terjadi karena minimnya pasokan air saluran irigasi dari Bendungan Rentang di Majalengka dan Bendungan Cipanas. Terakhir, sawahnya mendapatkan air pekan lalu. Itu pun dengan debit yang sedikit karena harus berbagi dengan desa dan kecamatan lainnya.
”(Petani) di sini sudah satu bulan enggak maksimal kebagian air,” ucapnya. Padahal, ia memperkirakan, di Desa Karanganyar sekitar 350 hektar terdampak kekeringan. Bahkan, sejumlah petani menggelar balap lari dan motor di sawah yang mengering, Selasa (20/8/2024).
”Petani spontan saja (balap lari dan motor). Kami bikin ini biar kekeringan dipikirkan,” ungkap Fahrurozi yang turut serta dalam kegiatan itu. Setelah video balap lari dan motor di lahan kering itu tersebar di media, katanya, sejumlah lembaga pemerintah terkait datang ke daerah tersebut.
Ia berharap pemerintah segera menangani dampak kekeringan itu agar petani tidak merugi. Fahrurozi, misalnya, telah menghabiskan sekitar 14 juta untuk biaya tanam dan pemupukan sawahnya yang seluas 2 hektar. Ia khawatir, tanpa pasokan air, sawahnya jadi puso.
Produksi padi juga berpotensi berkurang karena tanah tidak subur lagi. Tanahnya kering, sudah retak-retak.
”Produksi padi juga berpotensi berkurang karena tanah tidak subur lagi. Tanahnya kering, sudah retak-retak,” ucapnya. Namun, ia belum bisa memprediksi berapa penurunan produksi padi di lahannya. Dalam kondisi normal, ia bisa memanen sekitar 5 ton gabah kering panen (GKP).
Kondisi serupa terjadi di desa lainnya di Kandanghaur. Dari 13 desa, lanjutnya, hanya dua desa yang bisa terselamatkan jika pasokan air irigasi belum normal.
Fahrurozi menyebutkan, hampir 80 persen sawah di Kandanghaur kekeringan. Luas area tanamnya mencapai sekitar 4.000 hektar.
Kepala Bidang Tanaman Pangan di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Indramayu Imam Mahdi mengakui, kekeringan melanda lahan pertanian di Indramayu karena minimnya pasokan air dari irigasi dan sungai. Hingga kini, pihaknya mencatat, 765 hektar sawah kekeringan.
Kecamatan terdampak kekeringan paling luas adalah Gantar dengan 383 hektar, lalu ada Kroya (154 hektar), Terisi (151 hektar), Gabuswetan (17 hektar), dan Kandanghaur (60 hektar). Lahan kekeringan di Kandanghaur ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan data Fahrurozi, yakni sekitar 350 hektar.
”Mungkin (jumlah sawah terdampak kekeringan) masih bisa bertambah. Tapi, mudah-mudahan tidak,” kata Imam. Pihaknya juga mengklaim belum menerima laporan puso atau gagal tanam akibat kekeringan. Sejauh ini, menurut dia, pemerintah terus berupaya mencegah puso.
Andalkan pompa
Salah satunya dengan membuat irigasi perpompaan atau Irpom di 118 titik. Irpom merupakan sistem irigasi dengan menggunakan pompa air yang memanfaatkan air bawah tanah atau air permukaan. Program Kementerian Pertanian ini, lanjutnya, untuk mengantisipasi kekeringan.
Adapun Irpom di Indramayu tersebar di Gantar, Haurgeulis, Terisi, Balongan, hingga Krangkeng. Daerah itu selama ini kesulitan mendapatkan pasokan air. Imam mengklaim, pengerjaan proyek itu sudah 90 persen dan telah membantu petani menghadapi kekeringan.
Meski demikian, Imam mengakui, masih ada daerah kesulitan pasokan air dan terancam puso. ”Kalau air semakin menipis, ada potensi kekurangan produksi. Tapi, kan datanya belum diketahui karena belum masa panen,” ungkapnya.
Bahkan, katanya, masih ada petani yang belum menanam karena kesulitan air. Tahun ini, masa tanam kedua yang biasanya dimulai bulan April harus mundur sampai Juli karena terdampak kemarau. Dari 125.442 hektar target luas tanam, sekitar 92.000 sawah sudah ditanami padi.
Pada musim tanam rendeng atau pertama (Oktober-Maret), luas tanam padi di Indramayu mencapai 130.559 hektar. Adapun produksinya mencapai 965.000 ton GKP. Pada 2023, produksi padi di salah satu daerah lumbung pangan nasional ini mencapai 1,4 juta ton GKP.
Kekeringan kerap melanda saat musim tanam kedua yang bersamaan dengan musim kemarau. Tahun lalu, katanya, sebanyak 8.640 hektar atau 7,2 persen dari 120.000 hektar sawah terdampak kekeringan.
”Tahun ini, kami perkirakan yang terdampak kekeringan tidak seluas itu. Sekarang sudah lebih baik,” ucapnya.
Baca juga: Tanaman Padi Puso, Petani Indramayu Tak Nikmati Kenaikan Harga Beras