Epos Veddriq, Jangan Hanya Sekali Lalu Mati Tanpa Arti
Ribuan warga menyambut Veddriq Leonardo, peraih emas Olimpiade Paris 2024, saat pulang kampung di Pontianak.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
Ribuan warga dan pelajar menyambut Veddriq Leonardo, peraih medali emas panjat tebing Olimpiade Paris 2024, saat dia pulang kampung di Kota Pontianak. Di antara mereka ada yang setia menunggu di warung kopi demi mendapat tanda tangan dari sang idola.
Benus Syamsiar, guru di SMP Bruder Pontianak, Kalimantan Barat, memesan kopi hitam saring di salah satu warung kopi Jalan Gajah Mada, Kota Pontianak, Rabu (21/8/2024). Namun, dia tidak hendak benar-benar bersantai sembari menikmati kopi di pagi hari. Kebetulan kedai kopi itu ada di jalan yang bakal menjadi rute pawai membawa Veddriq Leonardo, peraih emas Olimpiade Paris 2024.
Benus tidak datang sendirian menanti Veddriq. Ada 764 siswa SMP Bruder datang bersama dia. Sebagian besar tersebar di Jalan Gajah Mada, yang dijuluki Coffee Street. Julukan itu merujuk pada banyaknya kedai kopi di jalan itu.
”Sambil menunggu Veddriq dan mengawasi siswa, saya ngopi dulu,” kata guru Bahasa Inggris itu.
Setelah sekitar dua jam menunggu, tamu yang dinanti datang juga. Veddriq terlihat berdiri di atas truk hias. Tak menunggu lama, Benus lalu mengeluarkan dua baju tim atlet Olimpiade Indonesia dari tasnya.
”Ini saya beli online bertepatan saat Olimpiade berlangsung,” tutur Benus.
Saat Veddriq melintas ada di dekatnya, ia lalu membentangkan jersi itu dan menyodorkan sebatang spidol. Namun, tidak mudah melakukannya saat truk hias itu berjalan.
Benus tidak patah arang. Setelah memastikan siswanya ditangani guru lainnya, dia langsung menuju Pendopo Gubernur Kalbar. Di sana, dia beruntung. Veddriq membubuhkan tanda tangannya. Senyum Benus tak terbendung tatkala berjumpa sang idola.
”Saya menyaksikan bagaimana Veddriq berjuang meraih emas di Olimpiade Paris. Saya bangga karena dia mewakili Indonesia, khususnya warga Pontianak. Saya berharap Veddriq menjadi motivasi bagi para siswa kami,” kata Benus.
Jangan dilarang
Selama arak-arakan Veddriq melintasi jalan Gajah Mada, sejumlah pengunjung warung kopi dan pramusaji sejenak menuju pinggir jalan mengabadikan gambar Veddriq. Beberapa pramusaji Warung Kopi Winny awalnya tidak menduga bahwa di arak-arakan itu ada Veddriq.
”Semula saya kira itu karnaval tujuhbelasan. Ternyata Vedrriq,” ujar salah satu pramusaji warung kopi itu.
Arak-arakan juga sebelumnya melintasi Jalan HOS Cokroaminoto. Mur (38), pramusaji warung kopi Kang Wo di sekitar Jalan HOS Cokroaminoto, mengatakan, sejak 19 Agustus ada pemberitahuan dari Pemerintah Kota Pontianak bahwa akan ada arak-arakan Veddriq pada Rabu (21/8).
Jangan sampai pembinaan diabaikan. Lalu, jangan sebatas euforia sesaat. Pemangku kebijakan terkait perlu membina dan pendataan calon-calon atlet. Mana saja mahasiswa yang memiliki bakat panjat tebing. Berikan mereka fasilitas latihan memadai agar lahir bakat besar lainnya.
Tidak hanya pramusaji, pengunjung pun antusias. Kopi hangat di meja ditinggalkan demi melihat Veddriq. ”Kalau anak-anak kalian memanjat, jangan buru-buru dilarang. Siapa tahu nanti bisa menjadi atlet seperti Veddriq,” begitu sebagian teriakan yang muncul ketika Veddriq lewat.
Ujaran itu bukanlah pertama kali terdengar dalam kunjungan Veddriq ke Pontianak. Insan Nur Akbar, komedian Indonesia yang menjadi master of ceremony (MC) dalam penyambutan Veddriq di Pendopo Gubernur Kalbar, juga sempat berujar, ”Kalau orangtua melihat anaknya manjat pagar atau pohon, jangan dilarang. Siapa tahu bisa seperti Veddriq.”
Perbincangan
Prestasi Veddriq di Olimpiade ternyata juga menjadi perbincangan di warung kopi, terutama mereka yang memiliki pengalaman pribadi memanjat tebing. Di Pondok Literasi Kopi, kawasan Universitas Tanjungpura (Untan) Kampoengpreneur, misalnya, mahasiwa dan pengelola Pondok Literasi Kopi membahasnya dengan serius.
Dede Purwansyah, pengelola Pondok Literasi Kopi di kawasan Untan Kampoengpreneur, mengatakan, saat Veddriq meraih emas, dia menjadi viral, termasuk di Pontianak. Epos Veddriq di Paris sukses jadi perbincangan utama selama berhari-hari.
Akan tetapi, Dede mengatakan, lawan bicaranya sepakat, kisah Veddriq tak boleh muncul sekali lalu mati. Sudah saatnya panjat tebing di berbagai daerah mendapat perhatian. Fasilitas hingga pelatihan harus diperhatikan pemegang kebijakan. Hingga kini, banyak atlet panjat tebing kesulitan mendapat fasilitas memadai.
”Jangan sampai pembinaan diabaikan. Lalu, jangan sebatas euforia sesaat. Pemangku kebijakan terkait perlu membina dan pendataan calon-calon atlet. Mana saja mahasiswa yang memiliki bakat panjat tebing. Berikan mereka fasilitas latihan memadai agar lahir bakat besar lainnya,” tutur Dede yang sebelumnya sempat menjajal panjat tebing.
Itu saja tidak cukup, kompetisi yang reguler juga diperlukan untuk memantik atlet-atlet baru. Aspek ini hendaknya mulai digaungkan mulai dari kampus hingga negara untuk mendukung panjat tebing. Jangan tunggu lebih lama, wujudkan itu secepatnya.