Ribuan Hektar Areal Pertanian di Bandung Barat Terdampak Kekeringan, Petani Nantikan Pompa Air
Ribuan hektar areal pertanian di Bandung Barat terdampak kekeringan. Petani menantikan janji pompa air dari pusat.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG BARAT, KOMPAS — Sekitar 1.500 hektar sawah dan lahan palawija terancam gagal panen akibat kekeringan di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Petani berharap program bantuan pompa air dari Kementerian Pertanian segera terealisasi.
Pada Jumat (16/8/2024), lahan terdampak kekeringan ada di Kecamatan Cihampelas, Bandung Barat. Sawah hingga kebun cabai mengering setidaknya dalam dua bulan terakhir.
Saluran irigasi juga mengering. Kondisi ini mengakibatkan areal pertanian padi ataupun palawija tak teraliri air. Sejauh ini, petani baru sekali panen di tahun 2024.
Opang Sopani (65), petani Desa Citapen, Kecamatan Cihampelas, mengaku terpaksa panen lebih awal. Padahal, padinya dalam kondisi belum layak panen.
Opang mengatakan, cara itu menurunkan hasil panen. Bila sebelumnya mendapat 480 kilogram sekali panen, ia kini hanya bisa mendapat sekitar 200 kilogram.
”Kondisi kemarau yang berkepanjangan juga diperparah saluran irigasi tak berfungsi selama musim kemarau. Kami berharap pemerintah bisa membantu menyiapkan fasilitas pompa air untuk mengatasi masalah ini,” harap Opang.
Hal senada disampaikan Dadang (45), petani cabai di Cihampelas. Ia pun menyebut hanya dapat memanen cabai sekali dalam sebulan.
Padahal, lanjut Dadang, biasanya dia dapat memanen cabai tiga kali dalam sebulan. Catatannya, saat itu didukung ketersediaan air yang cukup.
”Air menjadi satu-satunya kebutuhan kami saat musim kemarau berkepanjangan. Kondisi ini sangat menyulitkan mendapat penghasilan lebih baik,” tuturnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bandung Barat Lukmanul Hakim mengatakan, areal pertanian di Cihampelas menjadi salah satu daerah terdampak kekeringan. Tidak hanya minim air, kondisi itu dipicu pendangkalan sendimen lumpur.
”Areal pertanian Cihampelas termasuk dalam Daerah Irigasi Leuwi Kuya yang mengairi sawah seluas 2.357 hektar. Perbaikan saluran irigasi tersebut di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi Jabar,” tuturnya.
Lukmanul menambahkan, pihaknya telah menerima 64 pompa air dari Kementerian Pertanian. Namun, pompa tersebut dikhususkan untuk sawah tadah hujan.
”Saya telah menyampaikan kepada Kementan secara tertulis agar adanya intervensi pompa air juga untuk sawah irigasi yang terdampak kekeringan,” tambahnya.
Pompa air
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono di sela pembukaan Gebyar Perbenihan Tanaman Pangan Nasional IX di Soreang, Kabupaten Bandung, pada 27 Juli 2024 menyatakan telah menyalurkan sekitar 30.000 pompa air ke seluruh di Indonesia.
Tujuannya, mencegah petani gagal panen akibat musim kemarau panjang. Momen itu diperkirakan terjadi hingga akhir Agustus.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika hingga dasarian II Juli 2024, 45 persen dari 699 zona musim di wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.
Diprediksi, curah hujan pada dasarian III Juli hingga Agustus II tahun ini berada di kriteria rendah-menengah, 0-150 milimeter per dasarian.
Daerah yang terdampak hingga Agustus, antara lain Sumatera Utara, Riau, sebagian besar Sumatera Selatan, sebagian besar Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
Selain itu, kekeringan bakal berdampak pada sebagian NTT, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian besar Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, Maluku, sebagian besar Papua, dan Papua Selatan.
Diketahui 75.000 pompa air disediakan Kementan tahun ini. Sebanyak 30.000 pompa telah disalurkan Kementan ke daerah-daerah.
Sebanyak 40.000 pompa lainnya akan tersalurkan pada bulan depan. Nanti, sisanya akan disalurkan pada September.
”Dengan pompanisasi dan penyediaan pipa, daerah pertanian yang terdampak kemarau bisa tetap mendapatkan pasokan air yang cukup. Harapannya, daerah tersebut tetap produktif menghasilkan tanaman pangan,” kata Sudaryono.