Masuk Permukiman, Beruang Madu Mengais Tumpukan Sampah di Lampung Barat
Seekor beruang madu muncul di permukiman penduduk dan mengais tumpukan sampah di Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Beruang madu masuk permukiman dan mengais sampah di sekitar Pasar Liwa, Kecamatan Liwa, Kabupaten Lampung Barat, Lampung. Perilaku tidak wajar itu rentan menjadi indikasi minimnya pakan satwa liar itu di tempat tinggal alaminya.
Pada Jumat (9/8/2024) beredar video di media sosial yang merekam satu individu beruang madu (Helarctos malayanus) sedang mengais tumpukan sampah di Lampung. Tidak hanya sekali, aktivitas satwa ini terekam dua kali.
Dalam video berdurasi 45 detik dan 2 menit 30 detik, beruang madu itu keluar hutan pada sore dan malam hari. Satwa itu terlihat menarik karung dari tumpukan sampah.
”Kami masih menelusuri informasi itu. Petugas masih berusaha mengidentifikasi keberadaan dan asal satwa tersebut,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Hifzon Zawahiri, Minggu (11/8/2024).
Ia mengatakan, petugas dari Seksi Konservasi Wilayah III Lampung bersama petugas Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) tengah memastikan kebenaran video tersebut. Petugas juga menelusuri lokasi pengambilan gambar untuk mencari jejak keberadaan satwa tersebut.
Berdasarkan pengamatan video, perilaku satwa liar tersebut masih stabil. Beruang madu, misalnya, tidak menyerang hewan ternak atau manusia di sekitarnya.
Meski begitu, petugas masih menyelidiki jenis makanan apa yang dicari beruang madu dalam tumpukan sampah tersebut. Alasannya, makanan utama yang selama ini dikonsumsi beruang madu adalah buah-buahan, madu, atau aneka serangga kecil di dalam hutan.
Aktivitas beruang madu di sekitar tumpukan sampah dapat menjadi indikasi satwa itu telah mengalami perubahan perilaku dalam mencari makanan. ”Kami masih mencari tahu makanan apa yang dicari beruang tersebut, apakah jeroan hewan ternak yang dibuang atau jenis makanan yang lainnya. Untuk sementara, kami sudah mengimbau masyarakat sekitar untuk lebih waspada,” kata Hifzon.
Hifzon berpendapat, kemunculan satwa liar di permukiman penduduk itu dapat menjadi indikasi adanya perubahan dalam ekosistem hutan yang selama ini menjadi habitat satwa.
Apabila satwa mengalami kesusahan mencari makan di habitat alaminya, mereka akan mencari makanan di daerah sekitar hutan. Hal itu dapat dipicu menurunnya stok makanan di dalam hutan akibat alih fungsi lahan atau kerusakan hutan.
Laporan kemunculan beruang madu di permukiman pernah terjadi sebelumnya di Lampung. Pada 2022 petugas BKSDA mendapat laporan beruang madu menerkam ternak kambing di Kecamatan Semaka, Tanggamus.
Kala itu beruang madu kerap masuk ke permukiman, menyerang hewan ternak warga. Konflik yang ditimbulkan bahkan semakin meluas, hampir di seluruh Kecamatan Semaka. Dari laporan warga, sedikitnya 30 kambing dimangsa beruang madu. Satwa itu mengincar jeroan kambing.
Karena itulah, petugas masih memantau lokasi munculnya beruang madu tersebut. Apabila hewan liar itu muncul kembali, petugas akan berupaya menggiring beruang madu agar menjauh dari permukiman. Petugas juga berusaha mengevakuasi beruang tersebut jika konflik semakin meningkat.
Sementara itu, Decis Maroba dari Humas Balai Besar TNBBS mengatakan, petugas telah mendapatkan laporan terkait dengan kemunculan beruang madu di Kecamatan Liwa. Hingga saat ini petugas belum dapat mengidentifikasi asal satwa tersebut.
”Asal satwa belum ada indentifikasi pasti. Hanya saja, memang daerah itu berbatasan dengan kawasan TNBBS,” katanya.