Buruh Duga Bocornya Tungku Smelter PT IMIP akibat Produksi Berlebih
Bocornya tungku smelter PT IMIP, Morowali, ditengarai akibat kerja yang berlebih. Penyelidikan terpadu dinanti.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Serikat buruh di PT Indonesia Morowali Industrial Park, Sulawesi Tengah, menyinyalir bocornya tungku smelter akibat proses peleburan yang berlebih dan tanpa henti. Buruh mendesak penyelidikan bersama untuk ungkap kecelakaan yang berulang terjadi agar korban nyawa tak berulang.
Ketua Serikat Buruh Industri, Pertambangan, dan Energi (SBIPE) IMIP Morowali Henry Foord Bebas menjabarkan, tungku milik PT Lestari Smelter Indonesia (LSI) tersebut diduga dalam kondisi yang tidak proporsional untuk bekerja. Berdasarkan informasi yang dihimpun, tungku bocor karena diduga sudah membengkak dan harus diperbaiki. Namun, pekerjaan peleburan nikel terus berlangsung tanpa henti.
”Informasi sementara yang kami kumpulkan seperti itu. Oleh karena itu, untuk membuka semuanya secara terang benderang, perlu ada penyelidikan bersama yang melibatkan buruh,” katanya, dihubungi dari Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (11/8/2024).
Tungku smelter milik PT LSI di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park diketahui bocor pada Jumat (9/8/2024) malam. Cairan nikel tiba-tiba keluar dari tungku peleburan di tempat puluhan pekerja yang bertugas. Cairan panas meluber dan menciptakan api di area tungku tersebut.
Saat ini, tambah Henry, perusahaan juga mengeluarkan aturan agar tidak ada karyawan yang mendekat ke lokasi tungku, apa pun alasannya. Hal ini semakin menambah kecurigaan ada yang ditutupi dari kejadian tersebut.
Oleh sebab itu, pihaknya terus mendesak perusahaan tidak hanya melakukan penyelidikan internal. Namun, melibatkan pihak buruh sebagai garda terdepan yang berhadapan dengan risiko saat terjadi kecelakaan kerja.
”Selama ini penyelidikan hanya terbatas di internal, dan kementerian. Tapi, pihak buruh tidak pernah dilibatkan. Dalam faktanya, yang selalu disalahkan adalah pihak pekerja, tapi tidak pernah sampai tahap manajemen atas. Padahal, kecelakaannya berulang,” kata Henry.
Sejak kecelakaan besar yang menewaskan puluhan orang pada Desember 2023, ia melanjutkan, pihak buruh telah meminta agar dilibatkan dalam penyelidikan. Namun, hingga kecelakaan terus berulang pada Juni lalu, permintaan itu tidak kunjung diakomodasi.
Cairan nikel tiba-tiba keluar dari tungku peleburan di tempat puluhan pekerja yang bertugas. Cairan panas meluber dan menciptakan api.
Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan menyampaikan, sampai saat ini tim masih terus bekerja untuk mencari penyebab kejadian bocornya tungku tersebut. Ia tidak ingin berspekulasi lebih jauh terkait penyebab karena penyelidikan masih terus berjalan.
”Memang tungku itu bekerja 24 jam. Tapi, kalau dibilang tungku itu bengkak karena terus-menerus beroperasi seharusnya tidak juga. Karena secara umum itu, ada waktu-waktu yang di mana tungku diistirahatkan,” kata Dedy. Meski begitu, ia belum bisa memastikan apakah hal yang sama berlaku di tungku yang bocor tersebut.
Meski begitu, ia melanjutkan, tungku memiliki waktu perawatan tiga tahun sekali. Sejumlah hal bisa menjadi penyebab utama tumpahnya cairan nikel, antara lain faktor kesalahan manusia, sistem mekanis tungku, hingga teknik penuangan nikel. Namun, ia tidak mau berspekulasi lebih jauh dan menunggu hasil penyelidikan tim lapangan.
Terkait proses penyelidikan, tim internal PT IMIP saat ini bekerja untuk mencari tahu penyebab utama kecelakaan tersebut. Untuk pelibatan buruh, pihaknya bisa dapat mengakomodasikan. ”Karena kami masih fokus di internal,” ucapnya.
Meski tidak ada korban jiwa, tambah Dedy, pihaknya tetap melakukan penghentian operasionalisasi sementara tungku tersebut. Penghentian dilakukan hingga waktu yang belum ditentukan. Tim investigasi juga telah diturunkan untuk melakukan penyelidikan terkait kejadian tersebut.
Kawasan IMIP adalah daerah hilirisasi nikel dengan tenaga kerja mencapai 80.000 orang. Perusahaan di kawasan yang mengelola 6.000 hektar lahan ini mengolah bahan baku nikel menjadi tiga kluster besar, yaitu baja nirkarat, baja karbon, dan komponen baterai.
Kalau sampai terjadi kecelakaan yang berulang, berarti ada kesalahan sistem keselamatan kerja yang tidak berjalan lancar.
Investasi di kawasan ini mencapai 21 miliar dollar AS pada 2022. Hasil ekspor triliunan yang sebagian besar dikirim ke China menjadi bagian nilai tambah nikel yang rutin disampaikan pemerintah.
Sebelumnya, pemerhati kesehatan dan keselamatan kerja (K3) Andi Erwin mengatakan, kembali terjadinya kecelakaan kerja di pabrik itu menunjukkan tidak ada upaya perbaikan yang signifikan dari perusahaan untuk meningkatkan aspek keselamatan kerja.
”Kalau sampai terjadi kecelakaan yang berulang, berarti ada kesalahan sistem keselamatan kerja yang tidak berjalan lancar,” ujar Andi, Juni¹.
Andi menambahkan, penyebab kecelakaan kerja bisa beragam, mulai dari sistem pengawasan keselamatan kerja yang tak berjalan optimal hingga beban kerja yang berlebih. Maka, audit menyeluruh perlu dilakukan agar bisa dicari akar persoalan dan bagaimana upaya pembenahannya (Kompas, Jumat, 14/6/2024).